Yok vote sebelum baca.
==========================================
BAGIAN
DUA PULUH EMPAT (24)
==========================================
"Romi yang takut dimarahi ibunya karena mengambil sepotong kue cokelat di atas meja diam-diam, langsung minta maaf."
"Ibunya tentu memaafkan dan menasihati Romi agar tidak mengambil kue lagi."
"Horeee."
Seruan sang buah hati pun keluar kencang karena tahu sesi mendengarkan cerita telah usai. Tentu, inilah yang dinanti Arjuv.
Sepertinya sang putra sudah mengantuk, beberapa kali menguap tadi dilihatnya.
"Arjuv mau menjadi anak kayak Romi?"
Saatnya menguji pendapat jagoan kecilnya atas cerita yang baru dibacakannya.
Sejak dini, Arjuv memang dibiasakannya dan Acintya untuk mengemukakan opini, setelah sesi mendongeng selesai.
Tentu akan menjadi penilaian, seberapa banyak sang buah hati telah memahami alur dari cerita yang dibacakan.
"Gakk mauuhh, Papaaa."
"Omi nak yang akal."
Artinya : Romi anak yang nakal.
Nusra pun terkekeh mendengar jawaban sarat semangat diluncurkan sang putra.
Arjuv memang selalu lucu. Apalagi saat mengekspresikan ketidaksukaan.
"Iya, Ajuv nggak boleh meniru Romi jadi anak yang nakal. Harus tumbuh jadi putra yang rajin, sayang dengan orang lain, dan juga pintar. Oke, Nak? Ajuv bisa?"
"Bisaaaa, Papaaa!"
"Anak ganteng hebat sekali," puji Nusra.
Lalu, dipeluknya kembali sang buah hati, tentu Arjuv mendekap juga dengan senang sembari mengeluarkan tawa renyahnya.
"Ajuv suka nggak mau punya adik."
Nusra masih ingin mengobrol bersama sang putra. Seru saja bercakap-cakap dan mengambil topik bahasan yang ringan.
"Suka, Papa."
"Ajuv nanti harus sayang dengan adiknya Ajuv. Melindungi dan menjaga adik juga. Oke? Ajuv bisa jadi kakak yang baik?"
"Yaaa, Papaaa."
Nusra pun terkekeh lagi. Siapa tidak akan gemas melihat tingkah batita dua setengah tahun yang senantiasa bersikap manis.
"Oke, sekarang saatnya Ajuv bobok."
"Besok pagi biar bisa olahraga dengan Papa. Oke, Nak? Ajuv mengerti?"
"Oteee, Papaa."
Nusra menyaksikan putra kecilnya segera memejamkan mata untuk mulai tidur. Ia pun membelai-belai sayang rambut Arjuv.
Setiap malam, masih bisa dimiliki waktu berharga guna menemani buah hatinya.
Momen seperti ini, pasti akan menghilang seiring dengan kian besar Arjuv nanti.
Sejak menjadi seorang ayah untuk Arjuv, ia merasa dunianya benar-benar berubah.
Lebih berwarna saja.
Apalagi, dirinya memiliki tanggung jawab yang besar untuk ikut membesarkan Arjuv.
Memainkan perannya sebagai ayah terbaik bagi sang buah hati, tentu tak semudah itu.
Apalagi ia dihantam fakta mengejutkan jika Arjuv adalah darah dagingnya sendiri.
Yang awalnya dikira adalah buah cinta dari pernikahan sang adik dan Acintya.
Ternyata, Newara sudah ciptakan sebuah jebakan untuknya hingga membuatnya jadi punya seorang anak sekaligus keturunan baru untuk keluarga Dyatmika.
Walaupun takdir ini tidak termasuk dalam bagian rencana hidupnya, namun ia begitu bahagia dengan pernikahannya sekarang.
Dan ketika mendengar suara pintu kamar yang dibuka dari luar oleh sang istri, ia bergegas bangun. Dituruni juga ranjang.
Acintya berdiri di ambang pintu, tentunya lekas dihampiri wanita pujaan hatinya itu.
"Sudah bobok Arjuv, Mas?"
"Sudah, Sayang." Nusra menjawab lembut seraya merengkuh mesra sang istri.
"Kalau gitu aku boleh minta Mas lakukan sesuatu karena kayaknya ngidam."
"Ngidam apa, Sayang?"
Acintya memamerkan senyuman dengan cara yang aneh. Membuatnya jadi curiga.
Apakah akan mengidam hal-hal tak biasa lagi seperti kemarin? Ia jadi penasaran.
"Aku mau ....."
"Mama, obok sinih, Mamaaa."
Rupanya Arjun belum tidur. Nyaris saja sang putra melihatnya mencumbu Acintya. Untung saja belum dilakukannya.
.................
KAMU SEDANG MEMBACA
Peran Ayah Pengganti
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part dewasa 21++] Nusra Dyatmika (36th) tak berencana mengikat diri dalam sebuah pernikahan. Namun, pada akhirnya ia harus meminang Acintya Maharasti (28th), mantan istri mendiang adik laki-lakinya. Nusra harus menjad...