Part 13

7K 306 10
                                    

 yok bisa yok 50 vote dulu.

==========================================

BAGIAN 

TIGA BELAS (13)

==========================================


"Yaayyy!"

Sang buah hati meloloskan seruan andalan dengan cukup kencang. Putra kecilnya itu juga bertepuk tangan begitu riuh.

Senyuman semringah yang lebar. Disertai kedua mata yang berbinar antusias.

Ekspresi diperlihatkan oleh batita itu, tentu menunjukkan jelas keriangan yang tengah menaungi Arjuv karena merasa senang.

Sudah pasti jagoannya akan bergembira melihat laut, salah satu kesukaan batita itu.

"Mau enang, Papa! Mau enang!"

"Renang? Ajuv mau renang?"

Sang buah hati pun mengangguk-angguk dengan semangat. Senyuman sudah kian lebar dipamerkan oleh putranya itu.

Dan untuk apa yang diminta Arjuv, ia pun harus mempertimbangkan karena tak akan mudah berenang di pantai, yang baru saja pertama kali mereka datangi.

Apalagi, mengajak seorang batita, walau Arjuv sudah mulai pandai berenang.

"Enang, Papa. Enang, ayooo!"

Sang anak hati kian antusias saja. Tentu masih berusaha mendapatkan keinginan.

"Nanti sore, gimana, Nak?"

"Arjuv tidur siang dulu, setelah bangun, akan Papa ajak berenang. Oke?"

Nusra coba membujuk buah hatinya sebab sekarang bukan waktu yang tepat untuk menuruti apa yang dikendaki Arjuv.

Walau kecemberutan menghias wajah sang putra, jagoan kecilnya mau menurut.

"Bagus, Nak. Anak pintar," puji Nusra.

"Sekarang Arjuv ke kamar dulu dan tidur siang. Setelah bangun langsung berenang."

"Yaaa, Papa."

Sang putra pun segera melakukannya.

Berlari ke arah kamar tidur salah satu vila yang memang akan dipakai Arjuv selama berlibur di sini, yakni dua hari.

Ada dua ruangan saja. Tentu yang lainnya akan ditempati olehnya dan Acintya.

Untuk pertama kali, berbagi kamar.

Selama tiga tahun menikah, mereka telah sepakat tidur terpisah dalam dua ruangan yang berbeda, namun bersebelahan.

Acintya meminta sejak awal, tentu ia tidak bisa menolak keinginan wanita itu demi menciptakan kenyamanan mereka.

Tentu, karena ia memiliki tujuan merebut hati Acintya segera, maka dirinya harus berani lebih selangkah bersikap agresif.

Malam ini, akan disentuh wanita itu dan menunjukkan kepemilikan atas Acintya.

Tentu, ia berhak mengingat dirinya adalah suami sah secara agama dan hukum.

"Mas?"

Kepala segera ditolehkan ke sumber suara terdengar, yang berada di belakangnya.

Lalu, matanya menangkap dengan jelas sosok sang istri. Acintya berjalan ke arah balkon dimana dirinya tengah berdiri.

Wanita itu membawa kotak P3K.

Tentu, akan digunakan mengobati lukanya akibat terkena duri tanaman bunga tadi.

Tanpa banyak bicara, Acintya menuang cairan antiseptik ke goresan di lengannya.

Cukup perih, namun ia tidak akan sampai meringis untuk hal-hal kecil seperti ini.

Dalam waktu yang juga singkat, sang istri sudah selesai mengobati semuanya.

"Ada yang lain, Mas?"

"Ada," jawab Nusra cepat tanpa berpikir panjang lagi atas apa yang ditanyakan.

"Yang mana kena duri?" tanya Acintya seraya melihat ke lengan suaminya.

Namun, tangannya malah diraih. Lantas, digenggam erat oleh Nusra Dyatmika.

"Saya bercanda."

"Tidak ada luka yang lain."

Walau merasa asing dengan candaan sang suami, sebab biasanya pria itu lebih sering bersikap serius saat mereka bicara.

Kali ini, malah berguyon.

Tentu, harus dihargainya usaha dari Nusra, sehingga tawa pun dikeluarkannya.

"Acintya ...,"

"Kenapa, Mas?"

"Apa kamu bersedia sekamar dengan saya nanti malam? Saya ingin bersama kamu."

Nusra sadar kekakuan gaya bicaranya, ia harusnya tak terlalu blak-blakan.

"Iya, Mas. Kita bisa tidur bersama."

=============================

Peran Ayah Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang