Part 11

6.8K 307 8
                                    

yok bisa yok 50 votes dulu.

==========================================

BAGIAN

SEBELAS (11)

==========================================




"Biar saya saja yang gendong."

Atas permintaan sang suami, Acintya pun menjauhkan dari baby carseat yang telah semua sabuk pengamannya dilepas.

Memberi ruang pada Nusra Dyatmika agar bisa memindahkan Arjuv dari sana.

Tentu saja, sang suami dengan mudah saja menggendong jagoan kecilnya keluar.

Lalu, dibawa masuk ke dalam rumah lewat pintu garasi yang terhubung langsung ke ruang tamu sebagai akses sering dipakai.

Tentu, dirinya mengekor di belakang.

Saat Nusra lanjut berjalan menuju kamar sang buah hati, Acintya memilih pergi ke dapur karena kerongkongan cukup kering.

Tanpa dirinya ikut, Nusra Dyatmika sudah tahu cara menempatkan Arjuv dengan baik di atas kasur agar putranya tak bangun.

"Segar," gumam Acintya pelan, manakala sudah menghabiskan segelas air.

Cuaca yang agak panas, walau di malam hari, jadi pemicu dirinya cukup haus.

"Lagi apa?"

Acintya cukup terkesiap mendapati sosok Nusra Dyatmika yang sudah berada tepat di belakangnya, dengan jarak cukup dekat.

"Minum, Mas."

"Mau segelas air?" tawarnya lalu. Bentuk kesopanan dalam bersikap, tentunya.

"Tidak, Acintya."

"Arjuv tidurnya bagus, Mas? Tadi nggak kebangun pas dibawa ke kamar?"

Acintya ingin tahu kondisi putranya

"Arjuv tidak bangun."

"Oh, oke," tanggapnya dengan cepat.

Lalu, keheningan tercipta di antara mereka yang saling memandang intens, sebab tak ada satu pun berbicara kembali.

Ingin sekali diakhiri kontak mata dengan Nusra Dyatmika saat ia merasa kian gugup akan atmosfer di antara mereka.

Namun, tak sopan saja melakukannya.

"Acintya ...,"

"Kenapa, Mas?" Lekas diberi balasan.

"Kamu suka dengan makan malam tadi?"

Acintya mengangguk pelan. "Suka, Mas."

"Makasih sudah ajak aku dan Arjuv pergi makan malam," ucapnya dengan tulus.

Atas kebaikan dilakukan Nusra Dyatmika, ia tentu harus mengapresiasi bukan?

Pria itu tak hanya menyewa ruang VIP di restoran bintang lima yang sering mereka kunjungi, namun meminta dekorasi khusus juga, sehingga tampak seperti acara makan malam untuk pasangan, begitu romantis.

Upaya Nusra Dyatmika membuatnya jatuh cinta memang terlihat sungguh-sungguh. Hal tersebut justru membebaninya.

Apalagi, ditengah keinginan untuk dapat menyatukan pria itu lagi dengan Mahira.

Jadi, menerima usaha Nusra Dyatmika tak benar saja rasanya karena sama saja akan menyakiti mantan kekasih pria itu.

Namun, tak mudah juga meminta bercerai karena Nusra belum menyetujui idenya.

Bisa saja, dipaksakan kehendak agar dapat menepati janji pada Mahira, namun ia tak mau membuat buah hatinya bersedih jika perceraian dilakukan dalam waktu dekat.

Apalagi, Arjuv masih membutuhkan peran seorang ayah untuk tumbuh kembangnya.

"Kamu memikirkan apa, Acintya?"

"Apakah ada saya di pikiran kamu?"

Tak hanya terkejut akan pertanyaan Nusra Dyatmika, namun juga aksi pria itu yang merangkul pinggangnya dengan erat.

"Apakah bisa kamu melupakan cinta kamu pada adik saya? Berikan hati kamu untuk saya, Acintya? Saya ingin kamu cintai."

Apa tadi yang dikatakan Nusra? Apa pria itu berpikir ia mencintai mendiang mantan suaminya? Takkah diketahui jika orientasi seksual Newara Dyatmika berbeda?

"Saya akan membahagiakan kamu, jika kamu bersedia melupakan perasaan sayang kamu pada almarhum Newara, Acintya."

"Dia sudah meninggal. Lupakan dia."

Sial, ia pasti akan terkesan mendesak, tapi harus dilakukan demi memastikan ada satu ruang untuknya di hati wanita itu.

Sebenarnya, Nusra juga ingin meminta tidur sekamar dengan Acintya mulai malam ini, tapi jika dilakukan ada kekhawatiran jika sang istri akan menjaga jarak dengannya.

===========

Mana nih komennya?

Peran Ayah Pengganti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang