15. |Diam Menikam|

540 77 41
                                    

All We Need Just Heal》

Diam Menikam

■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■

Suara mendentum konstan menyebar ke seluruh sisi ruang. Gelap. Remang. Sedikit cahaya kekuningan membuat ruangan dipenuhi asap rokok yang menari belingsatan. Di tengah di sisi yang paling terang, dua orang lelaki sedang unjuk kebolehan. Beradu pukulan untuk saling menjatuhkan dan membawa pulang uang taruhan.

Death house. Rumah kematian. Begitu kira-kira orang menyebutnya. Bangunan tua tiga lantai bekas bioskop lama di tengah kota yang telah terbengkalai. Dinding kusam. Gelap. Jendela yang kacanya tak lagi utuh. Banyak retak. Kesan gedung tua menyeramkan yang melekat membuat tak banyak orang yang sudi untuk berhenti di sana. Hanya pedagang asongan, loper koran dan beberapa supir bus terminal yang sesekali singgah untuk buang air kecil. Sembarangan. Hingga bau tak sedap menguar.

Namun, siapa sangka, jika gedung tua itu hidup tiap malamnya. Menjadi ajang penyambung hidup bagi mereka yang tak ada pilihan. Lantai tiga. Di tengah ruangan. Bagian yang mendapat sorot paling terang. Dua orang bertarung di atas arena. Menunjukkan siapa di antara mereka yang pantas pulang dengan kemenangan.

Mahesa datang. Dengan seragam sekolah yang masih melekat serta tas berisi buku pelajaran yang berat. Ia memasuki gedung. Mencari keberadaan kawan yang baru saja ia kenal. Yusril manusia berjasa yang Esa anggap sebagai penolongnya.

Ia melambai tangan saat melihat Yusril dari kejauhan. Kemudian berlari kecil menghampiri lelaki dewasa yang enam tahun lebih tua darinya. Tiap tapaknya menjejak penuh keyakinan. Teriakan yang menggema, suara pukulan dan sorakan tak menyiutkan nyalinya. Esa datang dengan sejuta tekat di kepala dan keberanian yang sudah ia tata.

"Baru balik sekolah?" tanya Yusril setelah melakukan tos anak tongkrongan saat bertemu Esa.

Mahesa mengangguk. "Nggak balik dulu. Takut nggak bisa ke sini."

"Lawan lo yang itu," Yusril menunjuk lelaki berbadan tinggi besar yang ada di seberang ring. Tampak menakutkan. Badannya penuh otot dan coretan tato. "Dia ngajuin syarat buat gak nyerang kemaluannya. Kalau lo nggak sengaja, pertandingan otomatis berhenti dan lo kalah."

"Dia pakai knuckle? Emang boleh nggak tangan kosong?" tanya Esa ragu karena melihat knuckle yang ada di jemari kiri lawannya. "Nggak fair, lah."

"Loh, ya boleh. Syarat yang lo ajuin cuma nggak mukul muka. Kalau lo nggak mau pakai senjata, harusnya ya lo ajuin."

Mahesa menghela napas. Ia tidak diberitahu sedetail itu. Untuk kali pertama, Mahesa agak gentar. Bukan takut terluka, Namun takut kalah dan tidak membawa uang. Esa sudah sangat membutuhkan biaya untuk hidupnya. Untuk mengurus perawatan makam Pram. Untuk memberi uang jajan pada adik-adiknya di rusun.

Pertandingan dua laki-laki di ring sudah selesai. Pihak yang kalah dipapah keluar ring dengan tertatih. Sementara lawannya merayakan kemenangan dengan berteriak mengangkat kedua tangan. Esa mulai bersiap. Ia meletakkan tasnya di kursi kayu pojok ruangan. Kemudian membuka seragam dan menggantinya dengan kaus serta celana yang ia bawa. Mahesa melakukan sedikit peregangan. Berulang kali mengatur napas membuang gugupnya. Yusril menepuk pundak Esa. Menenangkan semampu yang lelaki itu bisa.

"Fokus aja, kalau ada kesempatan langsung pukul."

Esa mengangguk dan bergegas naik ke atas ring. Kini mereka sudah berhadapan. Mahesa dan lawannya yang bernama Zidan. Lelaki berusia delapan belas tahun. Putus sekolah sejak SMP dan bekerja sebagai supir mikrolet. Mimik wajahnya meremehkan. Mungkin lelaki itu merasa di atas awan karena postur tubuh yang jauh lebih besar. Di tambah bantuan knuckle yang ada di tangan. Namun, Esa berusaha tetap tenang. Ia yakin kemampuan bela dirinya belum hilang. Maka ketika wasit menginstruksikan untuk mulai, Esa mulai mengangkat kedua tangannya yang sudah terkepal. Bergerak maju dan mulai menyerang. Dua menit pertama berjalan, Esa berhasil memukul telak rahang kiri lawannya. Poin didapatkan. Ia terus bergerak, mencari posisi lengah.

INTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang