13. |Belukar Berduri|

912 91 16
                                        

All We Need Just Heal》

Belukar Berduri

■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■□■

Kelas 11 IPA 3 sudah seperti pasar kaget di jam pertama selepas pembiasaan literasi. Hari ini, dewan guru sedang melakukan rapat kedinasan, jadi siswa Gardacitya mendapat kebebasan untuk melakukan kegiatan apa pun dengan syarat menjaga kondisi tetap kondusif. Siswa duduk berkumpul sesuai koloni mereka.

Ada Janeta yang berkumpul bersama tiga temannya. Membahas lagu terbaru BTS, boy band korea kesukaan mereka.

Ada Bian. Lelaki tampan yang duduk di pojok kanan belakang, tengah asik bernyanyi dengan petikan gitar di pangkuan. Beberapa murid ada yang ikut bernyanyi. Jevon, berteriak histeris saat gitar Bian mengalunkan lagu Dewa.

"Separuh napas ku terbang bersama dirimu
Saat kau tinggalkan ku
Salahkan ku...."

Sinta, pengagum Bian, bersemu merah di bangkunya.

"Kepsek guys!" seru Tala si ketua kelas di depan kelasnya.

Ia baru saja kembali dari toilet dan bertemu dengan kepala sekolah. Pak Budi menanyakan keberadaan kelas 11 IPA 3. Tampaknya akan ada anggota baru yang masuk di kelas mereka. Oleh karena itu, Tala berjalan cepat mendahului agar dapat memberitahu kelasnya yang pasti sedang ribut sendiri.

Siswa berlari tunggang langgang ke bangkunya masing-masing. Janetta memasukkan liptint yang ia pegang ke dalam saku roknya agar tidak terkena razia. Bian menyimpan gitar di atas lemari dan kembali ke bangkunya. Jevon berpura-pura mengerjakan tugas agar terlihat rajin katanya.

"Assalamu'alaikum, selamat pagi anak-anak."

Bian mengalihkan fokus dari gawainya. Menatap ke depan melihat kepala sekolah masuk bersama dengan guru bimbingan konseling. Di belakangnya ada seorang anak laki-laki yang membuat Bian berbinar. Sahabatnya ada di sana. Mahesa akan bersekolah di tempat yang sama dengannya.

"Ji, pindah sana ke tempan Melan, mumpung kosong. Bisa cepet lu gebet," pinta Bian pada Fauzi teman sebangkunya.

Sejak awal memang Fauzi selalu ingin duduk di sebelan Melani. Anak baru pindahan dari Kalimantan. Berparas manis dan cantik memikat siapa pun yang melihat. Namun, Bian kerap kali menahannya. Ia bilang tidak mau duduk sendiri karena akan sangat diawasi saat ulangan.

"Beneran?"

Bian mengangguk. Membantu Fauzi memasukan buku ke dalam tasnya. "Gih buruan, biar anak baru duduk sini."

Setelah Fauzi pindah, Bian kembali fokus pada perkenalan Mahesa di depan kelasnya.

"Hari ini kita kedatangan teman baru, mohon diterima dengan tangan terbuka. Belajar bersama dan dibantu mengenal lingkungan Gardacitya. Silakan Mahesa," Pak Budi memberikan kesempatan pada Mahesa untuk maju dan memperkenalkan dirinya.

"Assalamu'alaikum selamat pagi teman-teman, perkenalkan saya Lingga Dwikardi Mahesa, biasa dipanggil Esa. Saya pindahan dari SMA Pancasila Pembangunan Yogyakarta. Salam kenal."

Mahesa membungkuk. Memberikan salam pada seluruh yang ada di kelas.

"Silakan Mahesa cari tempat duduknya. Yang lain tetap tenang, kerjakan tugas yang sudah berikan. Bapak dan Pak Budi permisi."

Bian mengangkat tangan dengan senyum lebarnya setelah Pak Damian dan Pak Budi meninggalkan ruangan. Kelas mulai ribut kembali, sebagian dari mereka ada yang berbisik-bisik membicarakan Esa. Sementara sebagian lainnya ada yang dengan berani berkenalan dengan Esa. Bian merangkul pundak Esa begitu anak itu duduk di sebelahnya.

INTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang