All we need just heal》
_I.N_
▪︎ Bukan Kami ▪︎
===================================
☘☘☘
"Mahaka dan Mahesa itu kakak adik kandung, Bu. Rasanya tidak mungkin jika Ibu hanya mengadopsi salah satu dari mereka."Paruh baya berjilbab cokelat susu dengan gamis hitam duduk berhadapan dengan seorang wanita di kursi kayu ruangannya. Dokter muda dari Jakarta. Datang jauh ke Yogyakarta membawa serta suami dan anak semata wayangnya. Katanya, ia ingin memperkenalkan sang anak pada kehidupan di luar dunia kota. Wanita itu, ingin membiarkan anak laki-laki tunggalnya yang baru berusia tujuh tahun agar mendapat makna dari kata syukur yang selalu ia ajarkan.
"Andaru terbiasa sendiri, Bu. Dia sangat tertutup, tidak mau bergaul, tidak suka dan tidak mudah cocok dengan orang lain. Tapi hari ini, dia sangat menikmati bermain bersama Mahaka sampai dia bilang ingin Mahaka ikut pulang ke rumah dan menjadi Abangnya," binar di matanya menyala seolah bangga dengan perkembangan sang putra.
"Saya janji, Bu... saya akan kembali lagi dan menjemput Mahesa untuk ikut setelah saya berhasil membujuk Andaru. Saya mohon," tak henti ia mengucapkan kalimat permohonan.
Andaru adalah anak tersayangnya. Selama ini sedih rasanya melihat tumbuh kembang anak itu seorang diri. Ia tidak mau berteman. Sangat tertutup dan mudah marah pada semua orang. Ia juga merasa bersalah karena setelah operasi pengangkatan rahimnya, musnah sudah harapan untuk dapat memiliki momongan kembali.
Dua hari lalu, saat datang ke sini, Andaru yang biasanya sangat pemalu, bisa langsung menurut saat diajak bermain oleh seorang remaja laki-laki berusia tujuh belas tahun. Bahkan anak itu sampai lupa dan tidak lagi merengek meminta pulang. Nuri melihat anaknya tertawa lepas dan sangat bersemangat saat diajak bermain bola oleh remaja bernama Mahaka. Namun sayang, anak itu tetap tidak mau bermain dengan anak-anak lain sebayanya.
"Saya mengerti, Bu Nuri. Namun bagaimana dengan Mahesa? Ia anak yang cukup pendiam, anak itu sangat dekat dengan Mahaka, Kakaknya. Ia pasti akan sangat kehilangan jika Ibu membawa Mahaka."
Amirah, kepala panti yang selama ini mengurus anak-anak di sana sangat memahami karakter masing-masing dari mereka. Ada Mahaka si jenius yang ambisius dan pandai bergaul. Pramudia, si pekerja keras, lembut dan penyayang walau agak nakal dan tak memiliki bakat akademik yang mumpuni. Si kecil Mahesa, yang sangat pendiam, mudah menangis dan hatinya lembut sekali. Serta beberapa anak lain yang sangat ia sayangi.
Sembari menikmati secangkir teh hangat yang dibuatkan Aruna, anak wanitanya yang beranjak remaja, Amirah Menghela napasnya. "Saya hanya tidak ingin Mahaka mendapat gambaran buruk di hati adiknya nanti jika anak itu menyetujui untuk ikut."
"Saya mohon, Bu... sejak pulang dari panti Andaru terus murung. Ia kehilangan nafsu makan dan terus merengek ingin Mahaka ikut bersama kami untuk menjadi Abangnya," tatapnya penuh permohonan. Syarat akan ketulusan.
Tadinya, ia hanya akan memberikan pengertian pada sang putra. Bahwa tidak bisa membawa Mahaka ke Jakarta. Namun, sore tadi ia tampak tak tega. Akibat dari hilangnya nafsu makan dan terus menerus menangis sepanjang malam, asma yang anak itu derita kembali menyiksanya. Nuri tidak pernah bisa melihat anaknya jatuh sakit. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk mendatangi panti dan membujuk Mahaka untuk dapat ikut serta bersamanya.
"Saya janji, hanya sampai Andaru bisa mengerti. Saya akan datang kembali menjemput Mahesa. Saya mohon, Bu Amirah...."
"Baik, Bu Nuri, mari kita bicarakan dengan Mahaka. Saya rasa dia sudah cukup besar untuk menentukan keputusannya sendiri."

KAMU SEDANG MEMBACA
IN
Novela JuvenilMenepilah. Jika segala tentang hilang terbilang bahagia. Jika segala gundah terbayar suka. Jika hadir bukan lagi pelipur lara.