ALKAFFA
~}>-----------------------<{~•
•
•39. Danau
*****
"Di balik setiap senyuman manis, ada kesedihan pahit yang tidak pernah bisa dilihat dan dirasakan oleh siapa pun"
- Alkaffa Baskara*****
Di pagi hari rain berangkat sekolah dengan suasana hati yang gelisah. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu sehingga membuatnya tidak fokus ketika mengerjakan soal latihan.
Bel istirahat berbunyi. Ara, hellena, rania serta rain pergi ke kanin untuk mengisi perutnya yang sedari tadi berbunyi. Hellena dan rania saling tatap menatap ketika melihat rain yang tidak memakan makananya dan hanya di aduk pelan.
"Makan woi" ucap hellena.
"RAI!" teriak rania membuat rain kaget.
"Apa?"
"Lo kenapa sih nglamun mulu. Mikirin apa, ada masalah?"
"Enggak sih"
"Cerita aja gak papa" ucap hellena.
"Cerita apa, gue aja gak tau apa yang ada di hati gue" ucap rain.
"Ohh gue tau penyebab lo kek gini. Pasti lo mikirin kaffa kan, dia kan sekarang gak masuk tuh" ucap hellena.
"Gak masuk kenapa?"
"Tuh kan bener apa gue bilang" kekeh hellena.
"Jawab njir"
"Gue gak tau, tapi waktu gue lewat kelasnya bangkunya kosong"
"Perasaan gue gak enak" ucap rain.
"Kenapa?"
"Gue gak tau. Kaya bakal terjadi sesuatu gitu, tapi apa dan siapa"
"Itu perasaan lo kali" sahut rania.
"Hisss lo kan tau kelebihan gue"
"Itu mungkin orang lain. Udah tenangin diri lo, nih minum es teh biar adem" ucap hellena.
Rain mengusir pikiran yang mengganggu dirinya dengan cara memikirkan rumus rumus matematika serta fisika.
Terdengar suara pecutan cambuk di suatu ruangan. Terlihat seorang remaja sedang meringkuk kesakitan di lantai gudang. Rintihan, erangan di bibir kaffa. Dirinya di cambuk seratus kali, dan di siram cairan asam ke setiap luka yang tercetak.
"Kau yang harus mati, anak sialan!" sarkas baskara.
Kaffa terus merintih kesakitan, perih yang ia rasakan. Kaffa mencoba tuk mendekati kaki dari ayahnya itu, tapi ayahnya lebih dulu menendang kepala kaffa begitu kuat sampai darah mengalir di bagian belakang kepalanya.
"Kau pembawa sial!! Anak tidak berguna"
Baskara mengeraskan rahangnya, dia mengambil kembali cambuk dan mendekati kaffa. Nafasnya naik turun saking emosinya.
"Aku akan menambah hukuman mu, anak tidak berguna" bisim baskara seraya menyeringai.
"Ayah aku mohon berh..." ucapan kaffa berganti dengan teriakan kesakitan. Kulit punggungnya yang terdapat luka kembali di timpa dan itu sangatlah menyakitkan.
"Aargh!"
Kaffa hanya mampu mengerang saja. Meminta ampu pun percuma. Ayahnya tidak akan berhenti, bahkan akan semangkin gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKAFFA
Ficção AdolescenteAlkaffa Baskara adalah putra bungsu dari seorang ceo terkenal di jakarta, setelah kepergian mamahnya kehidupanya menjadi berubah menahan rasa sakit adalah hal yang biasa ia rasakan, Kaffa bertemu dengan seorang gadis psikopath yang dulunya pernah me...