11

14.7K 998 11
                                    

"Umurnya mas baru mau enam tahun! Makanya tadi mas takut kalo main sama kamu." ujar Dalveno apa adanya.

Elviro melongo mendengar itu semua, memang ini hal baru sehingga sering kali membuatnya terkejut dan geli secara bersamaan. Mungkin nanti ia akan membiasakan dirinya dengan hal ini.

"Mas? Kamu ajak teman barunya ke kamar kamu ya? Biar dia bisa melihat-lihat apa yang ada di dalam sana, kan mulai hari ini kalian akan satu tempat tidur." ujar bunda, membuat Dalveno menganguk semangat sebelum segera turun dari sofa, sedangkan Elviro hanya bisa mengikuti saja karena tangan mereka masih saling bertaut satu sama lainnya. Untuk sekarang biarlah ia menurut lebih dulu, tapi jika semakin lama tingkah pria itu semakin seenaknya maka ia akan marah, jelas saja dirinya bukan pembantu!

"Kamarnya mas ada di lantai dua! Kata bunda itu karena memandangannya bagus makanya kamar mas di atas! Tapi pemandangannya memang bagus! Nanti kamu akan tahu sendiri kalo ikut sama mas ke dalam kamar," ujar Dalveno dengan terus menautkan tangan mereka, ia merasa sangat senang mempunyai teman sehingga sulit untuknya melepaskan genggaman tangannya.

"Lo eh kamu nggak takut tidur sendirian?" ujar Elviro, hanya sekedar basa-basi semata karena ia tak ingin di anggap cuek dan pria itu cepu! Bisa di tendang dengan sangat keras dirinya dari sini.

"Nggak, kata bunda nggak ada yang perlu di takutin lagi pula mas pemberani jadi mana mungkin takut. Kamu takut? Nanti mas temenin kok!" ujar Dalveno dengan senyuman miliknya, senyuman yang mampu membuat Elviro terpesona, andai saja pria itu tak spesial pasti akan menjadi targetnya! Lumayan punya gebetan ganteng yakan?

Saat mereka sampai di kamar yang tadi Dalveno katakan, Elviro di buat terdiam melihat betapa bersihnya kamar ini dengan semua hal tersusun sangat rapi di tempatnya, walaupun masih terlihat banyak mainan di lantai tapi semuanya terlihat sangat rapi untuk ukuran pria berkebutuhan khusus, ia saja yang normal kamarnya seperti tempat pembuangan sampah umum soalnya malas membersihkannya, ujung-ujungnya juga kotor lagi yakan?

"Ini kamu yang bersihin?" tanya Elviro, ia tak bisa berpikiran bagus, tak mungkin pria itu yang membersihkan ini semua bukan? Tingkahnya seperti anak kecil, pasti jorok juga seperti anak kecil.

"Ini mas yang bersihin! Bunda bilang bersih itu bagus jadi mas bersihin sendiri eh kadang di bantuin bunda sih," ujar Dalveno dengan menarik pemuda itu agar mengikuti dirinya, membuka pintu balkon yang ada di dalam kamarnya sebelum terdiam saat sudah menunjukan apa yang ia inginkan tadi.

"Pemandangannya baguskan? Ini yang bunda bilang bagus," ujar Dalveno, ia menatap ke arah samping karena teman barunya itu hanya diam saja sejak tadi, apa yang sedang dia lihat sehingga hanya diam saja?

"Hah? Iya ..." ujar Elviro, ia tengah sibuk dengan pemikirannya sendiri sejak tadi, di sini ada hal yang sangat aneh terjadi mungkinkah itu semua bisa pria itu lakukan di saat tubuhnya masih mengangap dia masih kecil? Ia baru tahu akan ini semua jadi apa yang dirinya lihat sangat aneh menurutnya.

"Biasanya mas pergi ke sana buat jalan santai. Eh bukan jalan santai tapi olahraga kata papa. Anak laki-laki tubuhnya harus sehat jadi harus rajin olahraga, kamu suka nggak olahraga?" ujar Dalveno dengan menunjuk satu area terbuka di mana ia sering keluar bersama dengan ayahnya untuk bersenang-senang berdua.

Elviro mengerjab saat melihat apa yang sedang pria itu tunjuk, sebuah area terbuka yang di mana sering orang gunakan untuk jalan santai atau olagraga lalu terkadang ada juga yang hanya menggunakan kesempatan itu untuk membeli semua makanan yang dia inginkan, ia pernah ada di posisi itu.

"Aku jarang sih olahraga, soalnya aku sibuk," ujar Elviro itu hanya pengalihkan topik saja karena ia terlalu malas mengatakan fakta jika ia sangat benci hal itu, demi apapun jiwa magernya sangat membenci olahraga.

"Nanti kalau kamu mau, kamu bisa temenin mas olahraga. Kita lihat-lihat apa yang ada di sana sekalian mas bilang sama semua orang kalo sekarang mas sudah punya teman yang baik, mau mendengarkan mas bicara dan mau pegangan tangan! Biasanya kalo mas pegang tangan orang pasti dia marah, katanya mas itu aneh nanti dia ikut aneh. Padahal mas sering mandi kok jadi nggak kotor yakan?" ujar Dalveno, ia merasa sangat-sangat senang sekarang karena bisa mendapatkan teman yang sangat baik padanya dan mau pegangan tangan dengannya! Ugh rasanya mau teriak dan bilang sama semua orang jika ia sangat bahagia saat ini.

Elviro terdiam, walaupun pria itu memang aneh tapi itu semua bukan sepenuhnya salah dia. Karena kita tak bisa memilih ingin lahir bagaimana bukan? Jika bisa maka semua orang ingin lahir dalam keadaan sempurna tanpa ke kurangan apapun tapi sayangnya di sini sang pencipta yang melakukan semuanya bukan kita. Jujur ia merasa sedih mendengar itu semua, membayangkan jika ia yang ada di posisi itu pasti sangat sakit saat orang-orang secara terang-terangan mengatakan dirinya berbeda dan seakan-akan dirinya mahkluk paling hina di dunia ini. Tapi walaupun begitu entah kenapa ia juga merasakan aneh di satu sisi yang berbeda sebab ini pertama kalinya ia ada posisi ini.

Cukup sulit untuk terbiasa karena ia termasuk salah satu orang yang juga sering mengatakan dengan lantang tentang kekurangan seseorang, rasanya sangat tertampar mendengar pendapat yang pria itu berikan.

"El?"

"El?"

"Teman?"

"Hey! Kamu denger mas bicara? Kenapa kamu diam? Apa kamu lapar?" tanya Dalveno saat merasa pemuda itu hanya diam, ada apa dengannya?

"Hah?" Elviro melamun lagi, pemikiran itu semua berhasil menariknya hingga sejauh ini sampai pria itu memanggil saja ia tak tahu.

"Kamu lapar? Kenapa hanya diam? Apa kamu lelah? Kalo lelah kita bisa tidur siang dulu baru nanti main," ujar Dalveno lagi, ia merasa cemas melihat temannya hanya diam saja seperti itu, apa mungkin dia lelah?

"Gue-eh aku mau berangkat kuliah dulu soalnya ini udah lumayan siang," ujar Elviro secara cepat, ia ada tugas kuliah tapi di kumpulnya siang.

"Kuliah itu sekolah ya? Kamu pulangnya cepet kan? Biar kita bisa main," ujar Dalveno, suaranya jadi sangat pelan dan sendu mendengar itu semua, ia mengira mereka bisa langsung bermain bersama tapi itu semua salah.

"Iya sekolah, aku sekolah dulu nanti kalau udah pulang baru kita bisa main."  ujar Elviro untuk sekarang ia akan pergi kuliah lebih dulu sebelum kembali ke sini lagi, pikirannya perlu ketenangan lebih dulu karena kurang bisa menerima ini semua.

"Oke, jangan lupa makan siang ya nanti mas akan tunggu kamu pulang biar kita bisa bermain." tutur Dalveno dengan melepaskan genggaman tangannya, berat sebenarnya tapi ia tak bisa memaksa pemuda itu untuk tak masuk sekolah.

Bersambung...

Votmen_

My Idiot Husband {BXB} {TERBIT}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang