Dalveno terdiam melihat Elviro beranjak dari tempat duduk mereka bersama dengan Danil, sedangkan dirinya hanya tinggal berdua dengan Iron saja saat ini.
"Umur lo udah berapa tahun? Kayaknya udah lumayan dewasa deh kelihatannya mungkin lebih tua beberapa tahun dari kami bertiga," ujar Iron mulai membuka pembicaraan saat ini karena melihat pria itu hanya diam saja dan raut wajahnya terlihat datar? Ah atau hanya ia yang merasakan ini semua? Tadi pria itu terlihat sangat ceria saat bersama dengan Elviro tapi ketika pemuda itu pergi, rasanya berbeda.
"25 tahun," ujar Dalveno tanpa raut wajah ceria seperti tadi, ia hanya menjawab apa yang perlu di jawab saja sekarang.
"Oh? Lo udah lama deket sama Elviro? Lo harus tau ya kalo dia tuh inceran semua orang jadi lo berpaling dikit bisa hilang dia dari pandangan lo. Kalo kata gue sih jaga-jaga aja takutnya dia di ambil orang dan lo nggak bisa ambil dia lagi," ujar Iron, ia sama sekali tak merasa aneh karena mungkin saja pria itu merasa kurang nyaman bersama dengannya sehingga bersikap dingin, itu mungkin saja terjadi bukan?
"Termasuk kamu juga suka sama Elviro 'kan?" tebak Dalveno dengan suara santai miliknya, ah ia sangat tahu bagaimana tipe orang yang sekarang ada di depannya saat ini.
"Hah? Maksud lo?" tanya Iron terkejut, jelas saja karena selama ini hanya dirinya sendiri yang tahu jika ia menyukai Elviro dan tak ada orang lain yang tahu ini semua tapi kenapa Dalveno bisa tahu?
Dalveno tersenyum mendengar itu semua, pandangan itu mengarah ke arah lain sebelum terdiam, selama ini tak ada yang tahu ini semua. Setiap kali merasa ada ancaman maka sisi lain dari dirinya keluar begitu saja bahkan kedua orang tuanya sendiri tak tahu ini semua, kecuali dokter mereka pasti tahu hanya saja sampai saat ini tak ada yang memberitahu kedua orang tuanya. Ini semua sama sekali tak bisa di kendalikan oleh dirinya sendiri karena hanya akan muncul saat merasa tak nyaman saja, jika semuanya terkendali maka sikapnya akan kembali seperti anak kecil tanpa sadar apa yang sudah ia lakukan.
"Kamu juga suka makanan yang tadi mau Elviro pesan! Mas tahu itu semua karena kamu pesannya sama kayak El! Pasti karena kamu suka juga 'kan?" ujar Dalveno dengan senyuman manis seperti biasanya bahkan bibir itu terus saja mengulas senyuman saat ini.
"Ah! Iya lo bener banget juga," ujar Iron dengan senyuman kikuk miliknya, ia masih bertanya-tanya kenapa sikap pria itu mudah sekali berubah? Atau ini hanya perasaannya saja? Tapi memang tadi raut wajah Dalveno sangat datar tapi sekarang sudah ceria kembali tanpa ada tanda-tanda raut tadi.
"Kalian bicarain apa berdua?" tanya Elviro penasaran karena kelihatannya topik mereka berdua cukup menarik sehingga bisa membuat Dalveno tersenyum senang seperti ini.
"Kita bicarain hal biasalah pendekatan antara temen, ya nggak Dal?" ujar Iron dengan menatap ke arah Dalveno, sedangkan pria itu sendiri sibuk sama makanannya sendiri.
"Di kacangin nggak tuh, kasihan amat," sindir Danil dengan mengambil tempat duduk miliknya, sedangkan Elviro ikut melakukan hal yang sama juga dengan senyuman menatap ke arah Dalveno, ia sangat tahu jika pria itu sudah bertemu makanan pasti hanya akan diam saja.
"Kamu kalau masih mau nambah nanti kasih tau Danil ya? Nanti di pesenin sama Danil." ujar Elviro di sela-sela makannya karena ia cukup tahu bagaimana porsi makan dari pria itu.
Terlihat Dalveno hanya menganguk dengan pelan sebagai jawaban karena ia tengah fokus untuk makan sekarang.
"Lagi ngapain kalian?" tanya seseorang yang baru saja datang, pria itu melangkul Elviro dari belakang sebelum mencium pipi pemuda itu secepat kilat.
"Kangen banget sama lo," sambung pria itu setelah mencuri satu ciuman di pipi Elviro membuat pemuda itu terdiam kaku di tempat duduknya, sial ia lupa jika di sini cukup banyak pria yang masih berstatus sebagai kekasihnya, bagaimana jika Dalveno tak menyukai ini dan memberitahu kedua orang tuanya? Aduh!
"Kita lagi makan masa lo nggak liat? Punya mata kan buat liat kalo kami lagi makan? Sana pesan makanan biar bisa gabung di sini juga." ujar Danil saat melihat raut tak nyaman dari Elviro, di antara kekasih temannya itu hanya pria tadi yang berani melakukan sentuhan fisik seperti itu bersama dengan Elviro.
"Tungguin gue ya? Nanti gue yang bayarin semua makanan kalian." ujar pria itu sebelum beranjak dari sana membuat Elviro mengerjab beberapa kali, untuk beberapa menit ke depan ia akan aman bahkan sangat aman. Untung lah temannya itu peka sehingga langsung mengusir pria tadi secara halus.
Mereka bertiga sama sekali tak menyadari perubahan raut wajah dari pria yang sejak tadi fokus dengan makanannya sendiri. Tatapan itu terlihat sangat datar dan menusuk setiap orang yang melihatnya dan itu mengarah pada orang yang mencium pipi Elviro tadi. Pemuda itu hanya miliknya, temannya dan juga segalanya untuknya jadi orang lain tak punya hak untuk melakukan itu semua.
"Pengganggu."
"Hah?"
Ketiga orang itu terkejut bukan main saat melihat kepergian pria tadi dan secara tiba-tiba ada suara sangat dingin terdengar. Dan yang paling mengejutkan lagi suara itu berasal dari Dalveno membuat Elviro terdiam seribu bahasa, bingung ingin melakukan apa saat ini, mungkin saja pria itu tengah marah padanya atau merasa tak nyaman?
"Mas mau pulang ...." ujar Dalveno dengan menatap ke arah pemuda itu, ia sudah tak betah berada di sini apa lagi setelah melihat itu semua secara gratis.
"Em kita nggak ada kelas tambahan kan? Kalo nggak ada gue mau langsung pulang sekarang, mungkin dia lagi ngantuk atau lagi nggak mood bicara sama seseorang jadi bicaranya ngelantur." ujar Elviro dengan beranjak dari tempat duduknya, ia mengeluarkan beberapa lembar uang untuk di serahkan pada kedua temannya agar membayar semua makanan mereka sekarang.
"Nggak ada sih, mungkin besok baru ada karena lo tau sendiri miss tadi lagi nggak mood."
"Kalo ngedadak ada dan di kasih tugas sama miss lo kabarin gue ya nanti di grub biasa." ujar Elviro sebelum meraih tangan Dalveno agar mengikuti dirinya, pria itu mengatakan ingin pulang tapi hanya diam saja setelah mengatakan itu semua membuat ia merasa sedikit takut di buatnya.
"Nanti saat sampai di rumah kamu langsung mandi ya? Karena habis dari luar nanti kamu sakit." ujar Elviro saat mereka sampai di area parkiran, tadi ia sudah meminta seseorang membelikan helm untuknya jadi sekarang baik dirinya maupun Dalveno sama-sama aman saat ini.
"Nunduk dikit dong biar aku bisa pakein helmnya buat kamu," ujar Elviro saat merasa pria itu hanya diam saja sejak tadi sampai saat ini, rasanya aneh jadi ia berusaha memancing Dalveno agar mau bicara dengannya.
Terlihat pria itu menunduk sehingga membuatnya tersenyum sebelum mengenakan helm itu.
"Oke ayo kita pulang!" seru Elviro sebelum naik ke atas motor miliknya.
Bersambung...
Votmen_
#Dalveno kenapa? Cembukor kah? Atau gimana ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband {BXB} {TERBIT}✔️
Lãng mạnElviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya pun sampai di buat pusing dengan tingkah anak mereka yang sangat luar biasa itu, lalu bagaimana jadi...