43

10.4K 859 9
                                    

Elviro menatap ke arah samping di mana ada Danil berada, mereka sama-sama mendengar itu semua dan ia yakin temannya itu memikirkan hal yang sama juga, ini semua sungguh di luar nalar manusia.

"Siapa sangka? Ternyata si Iron itu suka sama lo anjir dan yang lebih mengejutkannya lagi, suami lo tau itu semua mungkin dari sejak awal pertama kali kami bertemu karena lo pasti ingetkan pas kita kembali dari beli makanan? Mereka diem-dieman bahkan kek orang yang nggak pernah ketemu satu sama lainnya, kek orang asing," ujar Danil tak habis pikir, ini semua sungguh di luar nalar untuknya karena selama ini Iron sama sekali tak mengatakan padanya jika temannya itu mencintai Elviro, mungkin takut dirinya marah atau hal yang lainnya?

"Iya, gue juga kaget saat tau ternyata Iron suka sama gue karena selama ini pas gue punya pacar atau jalan sama pacar gue, dia tuh dukung-dukung aja dan nggak kelihatan marah atau gimana-gimana padahal kan seharusnya dia marah dong orang gue deket sama yang lain," ujar Elviro, ia masih tak menyangka temannya itu mencintai dirinya dan Dalveno juga mempunyai sisi berbeda juga.

"Ini dua kejutan di saat bersamaan, suami lo kek orang lain kalo gitu bicaranya tapi yang anehnya dia tuh kek biasa aja kalo sama lo cuman pas sama kami dia beda. Mungkin tadi dia ketus sama gue biar gue sadar kalo dia tuh nggak suka sama Iron, gue baru sadar," ujar Danil tak habis pikir, suami dari temannya itu ternyata menyimpan begitu banyak rahasia di dalamnya, mungkin setelah ini mereka akan mendapatkan kejutan yang lainnya juga.

Elviro menganguk, ia setuju dengan apa yang temannya itu katakan karena saat bersamanya tingkah dan juga prilaku pria itu masih seperti anak kecil sehingga ia tak tahu tentang hal ini jika tak di beritahu oleh Danil tadi.

"Mungkin nanti gue tanyain bunda juga tentang keanehan ini, mereka tau atau nggak. Kalau tau kenapa nggak kasih tau gue? Dan kalau nggak tau, mereka harus tau sekarang." ujar Elviro, ia berencana akan membicarakan hal ini dengan kedua orang tua Dalveno dan melihat sendiri apakah mereka tahu tentang fakta mengejutkan ini ataukah tidak, sebab ini hal yang harus mereka ketahui.

"Kita deketin mereka, nanti makanannya gue kirim aja karena gue takut lo jadi kurang nyaman di sini setelah apa yang terjadi tadi. Usahain bersikap biasa aja seakan-akan nggak ada hal yang kita liat tadi." ujar Elviro dengan berjalan mendekat lebih dulu, untuk sekarang kedua temannya tak bisa berkunjung lebih dulu sebelum dirinya menemukan alasan perubahaan sikap dari suaminya itu dan mengapa ini semua bisa terjadi.

"Mas?" Panggil Elviro, ia ingin memastikan satu hal, apakah pria itu akan bersikap dingin padanya juga?

"Iya?" Suara lembut itu terdengar sebelum Dalveno menatap ke arah Elviro, membuat pemuda itu terdiam memang sangat berbeda saat bersama dengannya.

"Iron sama Danil mau pulang katanya jadi nanti masakannya aku kirim aja ke rumah mereka karena tadi masaknya banyak," ujar Elviro dengan memeluk lengan suaminya itu agar Dalveno merasa lebih tenang, ia ingin membicarakan beberapa hal juga setelah kedua temannya pergi.

Danil langsung menarik Iron agar berdiri dan beranjak dari sana karena demi apapun kejadian tadi masih berputar di dalam ingatan miliknya, ia terlalu terkejut sehingga dirinya bersikap sedikit berlebihan sampai itu semua menjadi rasa takut padahal Dalveno mengatakan itu semua bukan padanya tapi orang lain.

"Mas ... aku mau tanya boleh?" ujar Elviro saat merasa kedua temannya sudah pergi, ia tak ingin karena perlakuan suaminya itu membuat kedua temannya merasa kurang nyaman bahkan menghindari dirinya, sebab selama ini semuanya baik-baik saja tanpa masalah apapun tapi karena hal tadi semuanya jadi canggung.

"Tanya apa?" ujar Dalveno dengan tatapan terkunci pada pemuda itu, ia tersenyum sehingga terlihat sangat tampan, membuat pemuda itu merasa berbeda. Tadi ia melihat sendiri raut tanpa ekspresi dari suaminya itu dan sekarang sudah kembali seperti biasanya.

"Mas kenapa bicara ketus sama temen-temennya aku? Sampai bikin Danil takut dan minta pulang padahal mereka datang ke sini buat temenin mas dan makan barengan sama kita," ujar Elviro, ia tak bercanda atau merasa senang sekarang, dari nada bicaranya saja terdengar cukup dingin serta ketus.

Dalveno menunduk mendengar itu semua, ia tak bisa menahan semuanya sehingga melakukan itu semua. Dirinya takut Elviro pergi dan ia sendirian lagi, sendirian itu tak menyenangkan sama sekali maka dari itu ia berusaha mempertahankan apa yang sudah menjadi miliknya.

"Maaf .... maafin mas ..." kepala itu masih menunduk dengan tangan saling bertaut satu sama lainnya, membuat Elviro terdiam, ia sama sekali tak mengerti bagaimana cara berpikir pria ini, mungkin karena memang mereka baru saling mengenal satu bulan, itu tak bisa membuatnya tahu tentang semuanya.

"Aku nggak butuh permintaan maaf dari mas-nya, aku hanya perlu alasan kenapa mas lakuin itu semua? Apa mas nggak suka sama temen-temennya aku?" ujar Elviro, mengatakan apa yang ada di dalam hatinya, ia ingin suaminya itu jujur agar dirinya tahu di mana letak salahnya dan mungkin saja ia bisa memperbaiki semuanya?

Dalveno menjatuhkan dirinya dengan posisi kedua kaki terkuk ke belakang, ia memeluk Elviro dengan erat, walaupun hanya memeluk perut temannya itu saja. Isak tangis terdengar, ia takut akan suara pemuda itu, selama ini Elviro tak pernah bicara ketus padanya.

Kedua mata bulat itu melotot saat mendengar suaminya itu menangis, kenapa? Apa karena ia bicara ketus atau karena suaminya itu takut padanya?

"Hey .... kenapa?" ia meraih dagu pria itu agar mendongak menatapnya dan tak memeluk perutnya dengan erat lagi, bukannya ingin marah tapi sekarang ia merasa khawatir. Ini pertama kalinya suaminya itu menangis.

Kedua mata yang selalu menatapnya teduh dan lembut itu terus mengeluarkan air mata bahkan baru sebentar sudah terlihat sembab, ia takut ini pertama kalinya ada seseorang yang menangis hanya karena perkataannya sedikit berbeda.

"Sudah .... suttt! Jangan nangis lagi ... nanti aku nangis juga," ujar Elviro saat pria itu kembali memeluk perutnya, ia tak bisa menangani seseorang yang tengah menangis, mungkin biarkan dulu suaminya itu mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya saat ini.

"Jangan marah! Mas udah minta maaf tadi ... nggak akan gitu lagi!" ujar Dalveno setelah beberapa saat menangis, ia mendongak menatap ke arah pemuda itu. Sungguh mendengar suara Elviro seperti tadi, membuatnya ingat perkataan orang-orang yang mengatakan dirinya aneh.

"Iya, jangan nangis lagi. Matanya bengkak terus nanti pusing dan mas sakit." ujar Elviro, mungkin nanti ia akan bertanya kembali namun tidak dengan sekarang, dan suaranya akan ia buat selembut mungkin agar suaminya itu mengerti dan paham.

Dalveno berdiri dari berjongkoknya tadi, memeluk pemuda itu dengan cepat, jangan sampai Elviro meninggalkan dirinya karena hal tadi, ia berjanji tak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi untuk yang kedua kalinya walaupun sulit karena ia terbiasa melakukan itu semua saat tak menyukai sesuatu hal, dirinya tak bisa bersikap biasa aja.

Bersambung....

Votmen_

My Idiot Husband {BXB} {TERBIT}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang