Beberapa bulan berlalu, semuanya berjalan sangat baik bahkan saat ini luka Dalveno sudah sembuh secara total, memang tak ada usaha yang akan menghiati kita dan itulah yang Elviro rasakan saat ini, bisa melihat suaminya itu sembuh serta kembali melakukan hal seperti biasanya, walaupun akhir-akhir ini ia sibuk bekerja di kantor ayahnya, tapi semua hal tentang pria itu tak pernah terlewat sedikitpun dari kedua mata bulat miliknya. Sampai sekarang saat hari libur ia bisa menikmati kebersamaan bersama suaminya itu dengan Dalveno banyak bicara seperti biasanya.
"El? Kerja itu susah nggak ya? Di sana banyak temennya?" tanya Dalveno karena ia merasa begitu penasaran, sebab saat pemuda itu pulang dirinya sudah tidur, akibat terlalu larut pulangnya maka dari itu selagi ada waktu maka ia akan bertanya sebanyak mungkin tentang hal yang sangat ingin ia ketahui.
"Lumayan susah sih, cuman di sana banyak temennya jadi lumayan enjoy juga kerjanya. Mas sendiri selama seminggu ini ngapain aja? Bibi yang di kirim sama bunda sering masakin mas banyak makanan 'kan?" tanya Elviro, memang akhir-akhir ini saat tahu ia bekerja kedua orang tua suaminya itu mengirim pembantu yang bisa menemani serta memasakan suaminya itu tanpa membantah sedikitpun, tentang keputusannya yang akan bekerja setelah lulus kuliah.
"Mas main, membaca, menggambar, nonton tv, tidur, minum vitamin sama kadang olahraga loh! Terus bibi selalu masakin makanan yang mas pengen jadi enak makannya bisa apa aja!" ujar Dalveno mengatakan secara detail tentang apa yang sudah ia lakukan selama seminggu ini, selagi menunggu temannya pulang walaupun saat pemuda itu pulang ia sudah tidur.
"Besok aku bakalan ambil cuti kerja biar bisa habisin waktu kayak gini sama mas, enaknya kita ngapain besok?" tanya Elviro dengan menatap ke arah samping di mana suaminya itu tengah melihatnya, sungguh rasanya sangat meleleh di tatap seperti ini setiap harinya.
"Em ... mari kita bikin anak besok!" ujar Dalveno dengan semangat, senyuman itu terlihat sangat mengembang membuat Elviro melongo mendengarnya, ini memang telinganya salah mendengar atau memang suaminya itu mengatakan hal yang sangat mengejutkan? Semuanya di luar dugaan dan ia sendiri tak pernah membayangkan itu semua akan pria itu katakan padanya.
"B-bikin anak mas?" tanya Elviro gugup, bukan karena takut melakukan hal itu, ia hanya ingin memastikan perkataan suaminya itu memang benar atau dirinya salah dengar.
"Iya! Dulu kan kita temenan! Tapi sekarang kita sudah menikah kayak bunda sama papa! Bunda sama papa punya anak 'kan? Anaknya mas! Itu mereka bikin dulu ya? Jadi kita bikin anak juga ya? Biar mas ada temennya di rumah! El bisa kerja dan mas jagain anaknya di rumah!" ujar Dalveno dengan semangat yang sama.
Elviro terdiam, ini semua sungguh di luar dugaan sama sekali, karena ia mengira suaminya itu tak mungkin tahu tentang ini semua tapi nyatanya, ia lupa jika memang sikap pria itu polos tapi pikirannya sudah mulai dewasa sampai bisa mengatakan ini semua. Padahal ia sendiri sama sekali tak pernah memikirkan ini semua, karena apa? Karena melakukan hubungan pasangan tak mungkin mereka lakukan melihat bagaimana kondisi Dalveno.
"El mau? Mas mau! Kata orang punya anak itu seru tahu El! Pasti nanti mas bakalan punya temen main sama baca buku, biar nggak sendirian terus!" ujar Dalveno, kembali mengatakan keinginannya, ia melihat orang yang sudah menikah rata-rata mempunyai anak lalu kenapa mereka tak membuat juga? Lagi pula ia senang kalau sampai memang bisa punya anak, dirinya ada teman di rumah dan tak sendirian lagi saat Elviro kerja.
"Eh? Em ..." Elviro bingung, apa yang harus ia katakan? Jika memang nanti malam mereka akan melakukan itu semua, kemungkinan terbesar dirinya yang akan mengusai semuanya, suaminya itu tak akan bisa dan setelah mereka melakukan itu mereka tak akan pernah mempunyai anak, bahkan jika main terus setiap saat hal itu masih tak akan bisa membuat mereka memiliki anak sendiri, ia seorang pria mana mungkin bisa mengandung? Itu hanya ada di cerita dan dongeng saja!
"Gimana El? Kenapa kamu diam?" tanya Dalveno heran, bukannya setiap orang yang sudah menikah pasti mempunyai anak tapi kenapa Elviro diam saja? Atau temannya itu merasa takut? Atau yang lainnya?
"Em ... nanti kita liat aja ya mas soalnya nggak mudah buat ngelakuin itu semua, sulit kita harus banyak-banyak belajar biar tau gimana caranya," ujar Elviro, ia butuh waktu untuk memikirkan semuanya lebih dulu, takutnya hal ini akan membawa dampak lumayan buruk untuk suaminya itu jadi lebih baik mencari tahu dulu bukan?
"Gitu? Harus belajar dulu? Nanti kita belajarnya bareng-bareng ya El? Mas juga pengen tau gimana caranya kalau sulit kita belajarnya yang lama biar pintar!" ujar Dalveno dengan semangat, ia selalu senang jika ada hal yang menyangkut Elviro dan juga dirinya, itu semua luar biasa menyenangkan!
"Iya nanti kalau aku udah tau gimana caranya baru deh aku kasih tau mas biar kita bisa belajar bareng! Sekarang kita masuk dulu ke dalam rumah ini udah lumayan lama kita ada luar takutnya mas malah sakit nanti." ujar Elviro, mengalihkan pembicaraan sebenarnya sebelum nanti ia akan mencari tahu, sebab ini semua begitu mengejutkan baginya, bagaimana dengan polosnya suaminya itu memintanya membuat anak bersama, mungkin jika pria itu normal ini akan terdengar sangat cabul serta mesum tapi berbeda halnya sekarang, Dalveno polos serta tak tahu apa pun.
"Kita mau ngapain lagi nanti?" tanya Dalveno saat ia mengikuti langkah pemuda itu dari belakang, ia merasa sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama dengan Elviro hari ini, sebab selama seminggu ini mereka sangat jarang menghabiskan waktu berdua saja, rasanya cukup kesepian.
"Kita lanjut bicara-bicara, aku mau nanya banyak hal sama mas Dalveno," ujar Elviro, ia ingin pria itu membahas hal yang berbeda lebih dulu sekarang karena demi apapun hatinya tak siap.
"Boleh! Nanti mas akan jawab kalau pertanyaannya mudah," ujar Dalveno sebelum mengambil tempat duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tengah rumah mereka.
"Mas memangnya sudah siap kalau misalnya kita punya anak? Nanti kalau aku urusin anak kita dan mas nggak bisa leluasa bicara sama aku kayak gini gimana? Apa mas siap? Takutnya nanti mas malah marah lihat aku cuek," ujar Elviro terkesan menakuti, tapi ia hanya ingin pria itu melupakan semuanya dan menjadi seperti biasanya kembali.
"Mas siap! Biar nanti mas ada temennya!" ujar Dalveno tanpa berpikir lebih dulu, baginya yang terpenting ada teman di rumah itu sudah lebih dari cukup tanpa memikirkan hal yang lainnya, membuat Elviro terdiam, ia mengatakan hal yang sangat salah sepertinya.
Bersambung...
Votmen_
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband {BXB} {TERBIT}✔️
RomanceElviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya pun sampai di buat pusing dengan tingkah anak mereka yang sangat luar biasa itu, lalu bagaimana jadi...