48

9.5K 783 20
                                    

Kedua mata itu mulai terbuka, rasanya pusing dan juga sakit bahkan matanya terasa mengabur saat ini. Cukup lama ia terdiam sampai semuanya bisa terlihat, tempat ini sangat gelap hanya ada satu lampu di atasnya sekarang, kedua tangannya terasa sangat sulit di gerakan sampai membuatnya tersadar apa yang terjadi sekarang, tangannya di ikat dan posisi dirinya duduk di kursi usang, tangan kakinya di ikat.

"Gue kira lo bakalan mati tadi, baru mau gue buang ke hutan biar di makan sama binatang buas di luar sana,"

Suara itu sangat ia kenali, membuat Dalveno mendongak sebelum tertawa sangat kencang, senyuman miring tercetak di bibir tipis itu walaupun kepalanya terasa pusing dan ada yang aneh terasa mengalir.

Plak!

"Kenapa lo ketawa? Apa yang lucu? Dalam situasi mau mati aja lo masih ketawa dasar cowok aneh! El nggak pantes sama lo anjing! Lo tuh aneh dan susah di tebak, orang kayak lo pantesnya mati bukan hidup dan bahagia di dunia ini!" ujar Iron dengan menampar pipi Dalveno hingga terlihat merah di sana bahkan seperti akan keluar darah saking putihnya pria itu, ia benci mendengar tawa itu seakan-akan pria aneh ini tengah menertawakan dirinya, sungguh memuakan dan juga menjijikan.

"Nggak heran kenapa El nggak suka sama kamu. Liat apa yang kamu lakukan sekarang? Sakit hati sampai mau membunuh seseorang, coba pikirkan baik-baik setelah kamu melakukan ini semua bukannya Elviro akan bertambah benci sama kamu? Bahkan mungkin melihat wajahmu saja dia nggak bakalan mau, karena kamu sudah mencelakai orang yang dia sukai. Sangat miris sekali melihat kamu melakukan hal keji seperti ini pada pria yang nggak tau apa-apa sepertiku," ujar Dalveno dengan senyuman miliknya, mengabaikan rasa pusing serta sakit di bibirnya, ia baru saja sembuh dari sakit tapi masalah ini sudah datang, memang benar jika hidup terasa membahagiakan terus maka akan ada kejutan di akhir seperti apa yang barusan ia rasakan.

"Persetan! Yang penting lo musnah! Urusan El benci sama gue bahkan semua orang benci sama gue, gue nggak peduli. Nggak ada orang yang berhak bahagia sama El selain gue! Dulu gue berusaha ikhlas tapi ngeliat El mulai cuek dan ngehindar gue ngerasa lo udah ngeracunin pikirannya! Nikmati aja saat-saat terakhir lo sekarang!" ujar Iron dengan mencengkam rahang Dalveno sangat kencang, ia sangat menbenci pria ini, pertemanan yang selama ini berjalan baik hancur karena kedatangan pria ini di dalam hidupnya.

"Setidaknya setelah kepergianku maka kamu akan semakin sengsara, melihat El hancur karena orang yang dia cintai harus pergi di tangan temannya sendiri. Pasti itu sangat menyakitkan bukan? Atau bahkan El akan menyusulku juga? Nggak ada yang tau itu semua dan kamu nggak akan tau sebesar apa cintanya untukku." ujar Dalveno, tak ada rasa takut sama sekali setelah mengatakan ini semua, sekarang ia bukan pria lugu yang biasa menangis saat takut atau bahkan memohon agar di beri belas kasihan, sekarang dirinya orang berbeda.

"Akh! Kenapa lo harus lahir di dunia ini hah! Kenapa lo harus datang ke dalam kehidupan gue sama El? Kenapa?!" Iron mengacak-acak rambutnya sendiri setelah mendengar itu semua, ia tak akan sanggup melihat orang yang dirinya cintai sengsara karena harus kehilangan orang yang dia cintai.

"Secara nggak langsung kamu membuat tembok sendiri di dalam pertemanan kalian setelah melakukan ini semua. El akan membencimu, Danil juga akan menjauh, keluargamu akan hancur, kuliahmu hancur, orang-orang akan menganggap kamu pembunuh dan hidupmu akan semakin hancur melihat orang yang kamu cintai harus merasakan sakit yang luar biasa, kehilangan teman, orang yang di cintai, keluarga, prestasi, semuanya akan hancur," ujar Dalveno, ia sama sekali tak bisa menyalakan pemuda ini, pikirannya masih sangat labil dan cinta pertamanya harus kandas begitu saja. Ia bisa mengerti itu semua jadi tak ada amarah sama sekali, jika sekarang dirinya harus pergi setidaknya selama sebulan ini begitu banyak kebahagiaan mendatanginya, itu sudah lebih dari cukup.

Iron terdiam mendengar itu semua, yang ada di dalam pikirannya tadi hanyalah rasa sakit dan harus ia balaskan sebaik mungkin. Tak ada pikiran sejauh itu sehingga langsung saja melakukan semuanya tanpa pikir panjang lebih dulu, sisi lain dari Dalveno memang benar, tak seharusnya ini semua terjadi.

"Lo bisa jamin kalo lo nggak bakalan sakitin Elviro? Gue cinta banget sama dia cuman pertemanan kami jauh lebih penting, tapi ngeliat lo aneh kayak gini gue ngerasa orang yang gue cintai bakalan di sakiti maka dari itu hal kayak gini sampai gue lakuin," ujar Iron, alasannya melakukan ini semua hanya untuk membuat Elviro baik-baik saja, ia tak ingin temannya itu merasa sakit hati atau hancur karena cintanya berantakan.

"El itu duniaku sekarang, lalu bagaimana aku bisa menyakiti dia? Memang ini semua terdengar aneh tapi percayalah ini semua hanya akan terjadi saat diriku merasa terancam. Kalau semuanya baik-baik saja ini semua juga akan baik, hal aneh nggak bakalan terjadi. Walaupun aku melakukan ini semua secara sadar tapi percayalah ini bukan diriku yang asli, apa yang selama ini kamu lihat itu lah yang asli. Apapun keputusanmu nanti aku akan menganggap ini semua hanyalah masalah biasa, kita ingin pergi, pergi lah dari sekarang sebelum semuanya berantakan, tapi jika kamu ingin menghancurkan semuanya maka lakukan apa yang ingin sekali kamu lakukan tadi." ujar Dalveno, ia tahu pemuda itu masih mempunyai belas kasihan dan rasa cintanya untuk Elviro jauh lebih besar dari rasa sakitnya jadi mungkin pilihannya akan baik-baik saja.

Iron menatap ke arah pria itu, semua hal tentang Dalveno masih abu-abu untuknya tapi satu yang ia tahu sekarang, jika pria itu dan juga Elviro saling memiliki satu sama lainnya, mereka terhubung jadi jika salah satu dari mereka celaka maka rasa sakitnya akan sangat luar biasa.

"Lo mau maafin gue setelah apa yang terjadi sekarang? Gue udah nyakitin lo bahkan ngelakuin ini semua sama lo yang kurang sehat," ujar Iron, ia mulai merasa bersalah saat melihat kepala pria itu mengeluarkan darah, bagian bahunya juga kurang bisa di katakan baik, pipi itu merah karena tamparannya tadi dan bibirnya sobek.

"Jika kamu sungguh-sungguh meminta maaf dan nggak akan mengulanginya lagi maka dengan senang hati aku akan memaafkan kamu. Kita anggap ini semua hanya salah paham sesaat dan Elviro tak akan pernah tau jika kamu pelakunya." ujar Dalveno dengan tatapan mengarah pada pemuda itu, sebelum Iron mendekatinya dan membuka ikatan tangan serta kakinya.

"Gue bakalan bawa lo kerumah sakit dan kasih tau El tentang keadaan lo. Maafin gue dan gue berharap lo bisa jadi suami yang baik buat orang yang gue cintai itu. Gue bakalan berusaha lupain semuanya sama menebus semua yang udah gue lakuin sekarang dengan menjauh dari hubungan kalian." ujar Iron dengan membantu Dalveno berjalan, ia akan memperbaiki semuanya semoga saja ini tak terlambat walaupun saat berada di dalam mobil pria itu sudah kehilangan kesadarannya, demi apapun ia merasa takut tapi ini semua harus segera dirinya lakukan agar orang yang di cintai Elviro baik-baik saja.

Sampai setelah mengantar pria itu dan membayar semuanya, Iron mengirim alamat rumah sakit ini serta mengatakan jika kondisi Dalveno kurang baik menggunakan nomor cadangan sebelum membuang nomor itu ke dalam tong sampah agar semuanya tak hancur.

"Maafin gue dan semoga lo baik-baik aja. El emang bener lo baik dan orang baik pantes dapet yang terbaik juga." ujar Iron sebelum beranjak dari sana.

Bersambung....

Votmen_.

My Idiot Husband {BXB} {TERBIT}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang