52

9.2K 744 13
                                    

Pintu ruang rawat itu mulai terbuka sangat pelan dengan Elviro masuk ke dalam sana, tatapan kedua mata bulat itu mengarah pada ranjang pasien di mana ada suaminya masih berbaring di sana. Ia melangkah mendekat sebelum terdiam saat melihat pria itu dalam jarak sedekat ini, hampir seharian dirinya tak melihat suaminya ini, rasanya cukup melegakan bisa berada di sini kembali. Matanya bisa memastikan sendiri jika kondisi suaminya ini baik-baik saja, karena saat berada di luar rasanya sangat tak tenang.

"Gimana kondisi mas sekarang? Masih belom mau bangun dan bicara sama aku? Mas nggak kangen sama aku? Kita biasanya bicara terus jika ada waktu senggang tapi sejak kemarin mas hanya diam saja tanpa membalas perkataanku sama sekali. Rasanya sangat sakit tau!" ujar Elviro, bolehkan jika ia hanya lemah di sini? Karena hatinya sangat sesak melihat kondisi suaminya sekarang, rasanya sangat sakit bahkan lebih sakit dari luka yang bisa sembuh jika di obatin.

"Biasanya setelah pulang dari kampus, mas bakalan menyambut ke pulanganku di depan pintu rumah tapi sekarang setelah pulang sekolah aku malah datang ke rumah sakit. Tempat yang sangat aku hindari selama ini, hatiku sakit banget mas." ujar Elviro kembali, ia akan membagi semuanya tanpa tersisa apapun, mengatakan semua yang dirinya rasakan selama dua hari ini, baru dua hari tapi kondisinya sudah sangat hancur seperti ini. Mungkin jika sebelum bertemu dengan suaminya itu semuanya akan terasa biasa saja karena mereka tak saling mengenal satu sama lainnya tapi sekarang? Ini semua jelas berbeda, Dalveno suaminya, pria itu cinta pertamanya, dunianya dan juga hidupnya bagaimana ia bisa baik-baik saja jika dunia dan hidupnya seperti ini?

"Dosen bilang kalau beberapa bulan lagi kelulusan kuliah tapi bukannya semangat buat belajar, aku malah nggak fokus sama sekali. Bodoamat kalau harus ngulang lagi walaupun perjuangan selama empat tahun ini bakalan sia-sia tapi aku nggak peduli, pikiranku berantakan. Cuman sama mas aku bisa semangat belajar dan raih nilai tinggi, tanpa mas semangatku juga hilang," tangan itu mengelus tangan milik suaminya yang selalu menggenggam tangannya jika ada kesempatan, tapi sekarang tangan ini terasa dingin dan tak ada kehangatan di dalamnya seperti biasanya.

"Aku harus bagaimana mas? Aku nggak bisa ngejalani semuanya seakan-akan aku baik-baik aja, mungkin dunia bakalan bilang kalau aku bodoh karena cinta tapi ini lah yang aku rasain sekarang. Orang hanya bisa mengatakan hal yang nggak mereka rasakan, jadi aku nggak peduli sama sekali. Aku hanya ingin mas kembali, tersenyum ke arahku, bicara tentang banyak hal walaupun itu semua sudah sering kita bahas, aku nggak peduli. Aku hanya pengen denger suara kamu sekarang ini." ujar Elviro dengan menjatuhkan kepalanya di dekat tangan milik suaminya itu, ia lemah. Sekuat apapun mencoba, dirinya tak akan bisa terlihat kuat seakan-akan tak ada yang terjadi.

"Selama ini aku jarang banget tau nangis, soalnya semuanya biasa aja tapi sekarang rasanya pengen nangis terus cuman udah nggak bisa. Air matanya ada batasan ternyata tapi liat kondisi mas kayak gini hatiku sakit banget mas." gumam Elviro dengan terus menatap ke arah tangan milik suaminya itu saja, kepalanya pusing karena belum makan sama sekali selama dua hari ini, napsu makannya berkurang sejak kejadian kemarin bahkan untuk minum saja ia tak selera.

"El .... ugh!"

Kepala itu langsung terangkat sebelum menekan tombol yang ada sangat cepat, sebelum menatap ke arah kedua mata teduh yang mulai terbuka itu. Ini bukan mimpi bukan? Dengan mata kepalanya sendiri ia melihat mata yang selalu menatap ke arahnya itu mulai terbuka sebelum terkunci pada mata miliknya. Jika ini memang mimpi, tolong jangan bangunkan Elviro. Ini saat-saat yang tak mungkin akan terulang kembali.

"E-el dari mana aja? Mas tungguin kamu tadi .... kata bunda El harus sekolah tapi kenapa nggak izin sama mas dulu? Kepalanya mas sakit tahu pas bangun tadi tapi cuman ada bunda sama ibu di sini, El-nya nggak ada," ujar Dalveno setelah berhasil mengatasi rasa sakitnya, sekitar pukul 9 pagi tadi ia terbangun, kepala serta tubuhnya sakit semua terutama bahu dan dokter langsung memeriksa dirinya. Tapi hanya ada bunda dan ibu di sini, saat ia bertanya di mana Elviro karena takut pemuda itu pergi, bundanya mengatakan jika Elviro harus ke sekolah sehingga ia harus menunggu, meminum obat sampai tertidur namun tadi saat masih tidur, dirinya mendengar suara pemuda itu sehingga ingin segera bangun.

"Mas beneran udah bangunkan? Ini aku nggak mimpi? Soalnya bunda sama ibu nggak ada kasih tau aku apapun itu tadi makanya aku kaget banget sekarang," ujar Elviro dengan kedua mata berkaca-kaca, ia sampai tak percaya karena melihat kondisi suaminya seperti kemarin, bagaikan mimpi buruk untuknya.

"Iyaa! Ini Mas Dalveno! Tadi mas mimpi ketemu sama El dan orang asing tahu! Orang asingnya mau bawa mas pergi tapi mas nggak mau karena ada El di sana. Mas milih ikut El aja karena kita sudah menikah sekarang 'kan? Orang yang sudah menikah nggak boleh berpisah!" ujar Dalveno semangat, mengabaikan rasa sakit yang ada di kepalanya saat ini, itu semua tak penting karena dirinya begitu bersemangat bisa bertemu dengan Elviro kembali setelah menunggu hampir 5 jam.

Air mata yang sejak tadi Elviro tahan jatuh begitu saja setelah mendengar apa yang suaminya katakan barusan, ia merasa begitu bahagia bisa bertemu suaminya kembali sampai terharu dan setelah mendengar itu semua ia langsung saja menangis. Jika Dalveno tak memilihnya mungkin saja sekarang mereka sudah berpisah karena kematian, membayangkan itu semua membuat hatinya tak sanggup.

"Jangan nangis! Mas baik-baik aja kok! Tadi dokternya bilang mas hanya perlu minum obat teratur sama istirahat yang cukup biar cepet sembuh jadi kamu jangan sedih. Mas baik-baik aja!" ujar Dalveno dengan menarik tangan pemuda itu agar menatap ke arahnya, tangannya masih mengangur satunya tak di kasih infus jadi bisa melakukan ini semua.

Air mata itu bertambah jatuh, tangan yang ia tunggu sejak tadi kembali meraihnya. Demi apapun setelah ini ia tak akan pernah meninggalkan suaminya itu walaupun hanya sesaat, mandi pun akan ia bawa agar pria itu selalu dalam pandangan miliknya.

"Aku seneng banget akhirnya mas sadar juga dari sakitnya, makanya nangis sekarang." ujar Elviro dengan berusaha menghentikan air matanya, ia harus memperhatikan suaminya itu sekarang bukan menangis, menanyakan bagaimana keadaannya, apakah ada yang sakit, bukan menangis seperti ini.

Bersambung...

Votmen_

My Idiot Husband {BXB} {TERBIT}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang