50

10K 791 11
                                    

Komen kalian semangat gue, jadi jan lupa komen yaa~ nggak nyangka bisa sampai chp 50 si mas Dalveno kita!

****

Elviro terdiam setelah mendengar apa yang barusan dokter katakan, ini semua di luar dugaannya sama sekali, ia mengira suaminya memang pergi tapi ada orang yang menemukannya dalam keadaan sakit saja bukan seperti ini, mungkin bisa di katakan pikirannya terlalu positif tapi ia melakukan itu semua demi dirinya sendiri agar tak sakit.

Tangan itu bergetar saat membuka pintu ruang rawat milik suaminya, berjalan mendekat ke arah pria yang tengah berbaring lemah di sana, kepala yang ada perbannya, pipi yang ikut di beri perban mungkin luka pukulannya terlalu kuat sehingga ini semua bisa terjadi, lalu bahu itu terlihat di perban sangat baik karena luka cedera itu tak mudah. Ia berjalan mendekat, pria yang selama satu bulan ini mengisi hari-harinya bahkan selalu bersamanya terbaring di sini dalam kondisi mengenaskan, dunianya seakan hancur berantakan. Semua orang yang berada di posisinya pasti akan merasakan hal ini, melihat orang yang di cintai seperti ini bagaikan mimpi buruk yang begitu luar biasa, tak ada yang mau berada di posisinya saat ini tapi takdir memaksanya.

"Mas ..." tenggorakan itu terasa begitu tercekat untuk mengatakan begitu banyak perkataan, semuanya terlalu menyakitkan bahkan air matanya sama sekali tak turun hanya mata memerah saja.

"Siapa yang lakuin ini semua sama kamu? Katakan siapa orangnya? Nanti akan El balas orangnya tapi mas jangan diam seperti ini, balas perkataanku. Pasti tadi mas nungguin aku pulang dari kampus kan? Tapi kenapa sekarang mas ada di sini? Bukannya mas sendiri yang bilang kalau mas nggak suka rumah sakit tapi sekarang?" ujar Elviro dengan tatapan terkunci pada wajah pucat milik suaminya itu, baru hari ini kondisinya lebih baik lagi tapi sudah buruk kembali, rasanya sangat-sangat sakit demi apapun itu.

Tubuh itu tersentak saat merasakan sentuhan di bahu miliknya, ia menatap ke arah samping sebelum memeluk ibunya dengan sangat erat, wanita yang sudah melahirkannya itu datang bersama dengan bunda sekarang.

"Ibu ... Mas Dalveno ... kenapa harus mas yang ngerasain ini semua? ... masih ada El yang bisa menerima semuanya, bukan Mas Dalveno," ujar Elviro dengan memeluk ibunya itu sangat erat, menangis di sana karena selama ini ia begitu jarang menangis bahkan nyaris tak pernah tapi sekarang? Ini terlalu menyakitkan, dirinya tak bisa membayangkan apa yang sudah terjadi tadi sehingga sekarang kondisi suaminya memburuk.

"Mas? Kamu kenapa? Siapa yang sudah menyakiti kamu? Bilang sama bunda mana yang sakit? Bilang semuanya, biasanya saat mas sakit atau ada orang yang jahat sama mas pasti mas akan kasih tau bunda bukan? Jadi katakan siapa yang ngelakuin ini semua? Lihat di sana, El menangis karena kamu tidak mau bicara dengan dia," ujar bunda dengan tatapan mengarah pada anak tunggalnya itu, selama ini sejak Dalveno bayi sampai sebesar ini ia selalu menjaganya sebaik mungkin tanpa peduli perkataan orang-orang tentang anaknya yang aneh, baginya anaknya sempurna dan ia bahagia bisa memilikinya.

Tapi sekarang kedua mata ini harus melihat sendiri bagaimana kondisi anaknya menjadi buruk seperti ini. Dokter sudah mengatakan semuanya dan ia merasa hidupnya hancur sebagai seorang ibu.

Elviro melepaskan pelukan miliknya, sebelum berjalan mendekat ke arah bunda sebelum memeluk wanita itu, sehancur apapun dirinya pasti bunda merasa jauh lebih hancur karena harus melihat anak yang begitu dia jaga sebaik mungkin selama ini harus berada di kondisi antara hidup dan juga matinya.

"Mas baik-baik saja, dia hanya butuh waktu untuk memulihkan dirinya. Kita harus menunggu itu semua dan selalu menemaninya di sini," ujar bunda dengan tatapan mengarah pada anak tunggalnya itu, ia yakin ini hanya ujian sementara untuk keluarganya, yang di atas tak mungkin mengambil sumber kehidupan untuk mereka.

Pemuda itu menganguk, ia juga memikirkan hal yang sama dengan bunda, suaminya hanya butuh waktu untuk kembali karena bagaimana pun ini sangatlah menyakitkan.

****

Hari sudah mulai sore dan Elviro masih terus berada di dalam ruang rawat milik suaminya itu dalam diam, menggenggam tangan yang selalu ingin menggenggam tangan miliknya terus-terusan, ia ingin suaminya itu tahu kalau apapun yang akan terjadi dirinya akan selalu berada di sini untuk menemani suaminya itu berjuang. Bunda dan juga ibunya pamit pulang lebih dulu untuk mengambil pakaian miliknya dan hal yang lainnya sehingga hanya tersisa pemuda itu saja di sini sekarang.

Kepala itu ia sandarkan di tangan milik suaminya itu, tubuhnya tak bersemangat lagi untuk melakukan hal apapun itu setelah ini semua. Ia terlalu lelah, papa mengatakan jika tak ada yang aneh terjadi setelah di cari tahu padahal ini sudah jelas-jelas rencana pembunuhan, dirinya begitu yakin jika ini semua terjadi karena seseorang begitupun orang tuanya dan mertuanya, mereka akan mencari tahu lagi tentang semuanya.

Elviro tak pernah membayangkan ini semua akan terjadi dalam hubungan pernikahan mereka berdua, karena selama ini semuanya terasa sangat membahagiakan sampai ia lupa apa itu rasa sakit tapi sekarang rasa sakit itu datang dengan sendirinya seakan-akan mengatakan padanya jika tak ada mudah di dunia ini.

"Baru kemarin lo sembuh dan hari ini keadaan lo semakin buruk, gue ngerasa jadi pembawa sial di sini karena selama ini saat bersama dengan orang tua lo semuanya baik-baik saja, hal kayak gini nggak pernah terjadi tapi sejak nikah sama gue, lo malah dapet ini semua. Sering sakit, dan sekarang keadaan lo memburuk," ujar Elviro, ia merasa sebagai pembawa sial di dalam hidup suaminya, karena sebelum bersama dengannya semuanya baik-baik saja tapi setelah bersama dengannya kondisi pria itu sering memburuk.

"Gue bisa apa? Gue nggak bisa ngelepasin lo gitu aja walaupun emang bener kalo gue pembawa sial di dalam hidup lo, gue emang egois kalo udah cinta sama orang. Tapi apa salahnya? Gue pengen selalu bersama orang yang gue cintai itu aja," ujar Elviro, ia tak bisa melepaskan Dalveno begitu saja jika apa yang ada di dalam pikirannya memang benar, ia egios jika sudah mencintai seseorang.

Kepala itu kembali ia angkat, mengelus pipi suaminya itu lumayan pelan. Pasti jika dalam keadaan sehat Dalveno akan tersenyum manis mendapat perlakuan seperti ini darinya, pria itu sangat menyukai sentuhan darinya namun sekarang ini semua ia lakukan saat kondisi Dalveno seperti ini.

"Cepet sadar, banyak hal yang belom kita lakuin bersama-sama. Masa mas mau biarin aku sendirian ngelakuin itu semua? Nggak asik dong! Mas pernah bilang mau olahraga pagi barengan sama aku kan? Nanti kalau mas sudah sadar dan sehat kita bakalan ngelakuin itu semua. Hal yang belom pernah kita lakukan akan kita lakukan nanti." ujar Elviro, ia takut tapi sekarang dirinya harus kuat karena ini bagian dari ujian hidupnya.

Bersambung....

Votmen_

My Idiot Husband {BXB} {TERBIT}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang