"Akhirnya, selesai juga!" seru Molly seraya menghela napas lega. Sambil berkacak pinggang, mata Molly menyusuri kondisi apartemen yang sudah rapi. Rambut yang digulung sembarangan dengan wajah sedikit kusam sama sekali tak melunturkan kecantikan alami yang wanita itu miliki.
Cliff baru saja berdiri dari posisi setengah berlututnya setelah selesai memperbaiki pintu bawah kabinet dapur. Ia menepuk-nepuk bagian lutut jeansnya, lalu menyalakan keran air dan mencuci tangannya yang kotor. Senyum kecil pun menghiasi wajah Cliff saat matanya mengunci Molly yang berdiri di dekat meja dapur. Wanita itu terlihat gembira meskipun lelah, tapi setidaknya kegembiraan itulah yang Cliff harapkan terpancar di wajah Molly.
"Semua sudah diperbaiki dan dibersihkan, Sir. Apa ada lagi yang harus kami lakukan?" tanya kepala jasa kebersihan yang ia sewa. Tidak langsung menjawab, Cliff menatap Molly yang langsung menggeleng dan tersenyum puas, seolah tahu apa yang hendak ia tanyakan.
"Aku ke kamar dulu, ya," ucap Molly riang pada Cliff, yang segera ia jawab dengan anggukan kecil. Dengan langkah ringan dan senyum ceria, wanita itu pun menghilang dari hadapannya.
"Saya rasa kalian sudah bisa pulang," ujar Cliff tenang sembari mengeringkan tangan dengan serbet yang tergantung di dekat bak cuci piring, "terima kasih banyak atas bantuannya."
"Terima kasih kembali, Sir," sahut pria itu disertai anggukan hormat dan senyum simpul. Pria itu pun mengajak ketiga anggotanya yang segera berpamitan pada Cliff sebelum meninggalkan apartemen. Tak terasa, jam menunjukkan pukul 19.35 dan rasa lapar pun mulai menyerang. Cliff segera menghampiri Molly di kamar tidur dan mendapati wanita itu sedang berkutat dengan pakaian yang akan dibawa ke kediamannya.
"Kamu mau makan apa, Baby?" tanya Cliff ringan.
"Bagaimana kalau makanan Thailand? Kamu suka?" usul Molly seraya menarik ritsleting koper.
"Tidak masalah," sahut Cliff santai, "aku akan memesannya, jadi kita bisa makan malam di sini."
"Good idea!" seru Molly riang sembari menurunkan koper dari tempat tidur. Cliff merogoh ponsel dari saku belakang, lalu mencari restoran Thailand terdekat yang memiliki rating terbaik. Molly kembali menyibukkan diri dengan barang-barangnya, sementara Cliff berbalik menuju ruang tamu sekaligus ruang TV.
Setelah selesai memesan beberapa makanan dan memberikan alamat yang jelas, Cliff menyalakan TV untuk mengisi kesunyian di tempat itu, lalu meletakkan remote-nya di meja. Cliff pun berbalik menuju lemari pendingin yang ada di area dapur, lalu mengeluarkan sebotol jus jeruk berukuran besar dan menuangkannya ke dua gelas kaca yang ia ambil dari kabinet atas. Menyadari bahwa mereka akan berada di sini hingga malam, mereka pun membeli beberapa camilan serta minuman dalam perjalanan menuju apartemen Molly tadi pagi.
Sembari meneguk jus jeruk yang menyisakan rasa manis dan sedikit asam di lidahnya, tiba-tiba Cliff kembali teringat percakapan singkatnya dengan Molly tadi pagi.
'Kamu mengucapkan semua itu seolah kamu mengenal dunia mereka.'
Cliff tahu, Molly hanya sekedar mengungkapkan pendapat setelah mendengar penjelasannya tentang kehidupan seorang pembunuh bayaran. Namun, ia tak mampu mengendalikan rasa takut dan panik yang menyerangnya tiba-tiba ketika kalimat itu terucap dari bibir Molly.
Molly tidak bermaksud melabelkan kata 'pembunuh bayaran' pada dirinya. Bahkan, tak ada sedikit pun Molly menyatakan bahwa Cliff adalah pembunuh bayaran. Hanya saja, rasa takut itu langsung menyergapnya setelah Molly mengucapkan kalimat yang begitu menohok dirinya. Cliff masih belum siap mengungkapkan siapa dirinya yang sebenarnya. Itulah mengapa ia terpaksa kembali menutup diri, bahkan menjaga jarak dan berbicara sedikit sinis demi menghentikan percakapan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4
RomanceWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca. Sadar diri, sadar umur.) ***** Berdarah dingin. Kejam. Menyukai darah. Pecinta...