Tawa riang anak-anak, beberapa penghuni komplek perumahan yang bercengkerama sembari berjalan di trotoar, serta suara kendaraan yang lalu lalang mengisi Sabtu paginya yang cerah. Senyum ceria nan ramah antara para tetangga pun menambah kehangatan atmosfer di lingkungan itu. Semua keceriaan, semangat, serta kegembiraan yang tersaji di depan matanya saat ini seharusnya mampu memberikan kedamaian bagi batin Molly, tapi tidak.
Kenyataannya, pikiran dan perasaan Molly masih tertuju pada pertemuan rahasia Cliff kemarin malam. Kecurigaannya pun semakin menguat ketika Cliff tiba di rumah sekitar pukul 03.15. Pertemuan yang dilakukan di suatu tempat dan waktu yang janggal seolah menegaskan bahwa Cliff sedang melakukan sebuah transaksi atau kegiatan terlarang yang dapat membahayakan nyawa pria itu.
Penasaran? Sangat. Curiga? Apalagi. Namun, mau tidak mau Molly terpaksa memejamkan matanya. Ketika Cliff selesai mandi dan berganti pakaian, pria itu segera berbaring, lalu melingkarkan pelukan posesif di pinggang Molly. Pelukan itu tentu saja mampu meredam kegelisahan Molly karena akhirnya Cliff bisa tiba di rumah dengan selamat, tapi tidak dengan kecurigaannya.
Hari ini, Molly mendapatkan libur selama dua hari. Kejadian yang menimpa Molly hari Kamis lalu, membuat manajer kafe—yang terkenal kikir dan sulit memberikan kelonggaran bagi karyawan—akhirnya berbaik hati dan memperbolehkan Molly untuk beristirahat. Molly pun bersyukur karena pria itu memutuskan untuk memberhentikan Lukas.
Setelah mendengar rumor akan kedekatannya dengan Cliff—yang notabene adalah pengacara ternama—manajer kafe rela memberi kelonggaran padanya agar dapat mengambil libur kapan pun dibutuhkan. Keputusan tersebut diambil agar Molly bisa segera menyelesaikan seluruh masalah hukum yang berkaitan dengan Lukas maupun tragedi pembunuhan mama. Namun di balik itu, Molly tahu kalau sesungguhnya manajer kafe bersikap baik padanya hanya demi menjaga nama baik kafe. Hal tersebut terlihat jelas dari senyum hangat palsu yang pria itu berikan padanya ketika berbicara berduaan di dalam kantor.
Molly berterima kasih karena sudah diberi kelonggaran, meskipun sesungguhnya ia enggan berdiam diri seharian di rumah karena sudah terbiasa bekerja. Bahkan dulu, saat mama masih hidup, Molly selalu mencari kesibukan setiap kali mendapat giliran libur. Ia bisa membersihkan dan mengatur ulang posisi kamar agar tidak bosan, memasak makan siang untuk dibawa ke rumah sakit tempat mama bekerja, bahkan menghabiskan sisa waktu dengan membaca novel.
Namun, di rumah ini sudah ada Martha yang terbiasa mengurus semuanya, sehingga Molly tidak bisa melakukan kegiatan lain untuk mengisi waktu kosongnya. Membaca novel? Ia sedang tidak berminat untuk melakukannya. Masalah yang bertubi-tubi menghampiri, membuat Molly kehilangan selera untuk membaca cerita romantis.
Suasana di luar rumah yang begitu ceria dan penuh kegembiraan, sangat berbeda dengan suasana di dalam rumah. Begitu sunyi, tenang, bahkan terkesan dingin. Cliff, yang masih tidur ketika Molly selesai mandi, membuatnya merasa kesepian di rumah yang besar dan luas ini.
Setelah sarapan berdua, Martha bergegas merapikan seluruh peralatan makan karena hari ini wanita itu harus berbelanja. Ia menawarkan diri untuk ikut, tapi Martha menolak dengan tegas dan mengingatkan Molly bahwa hingga saat ini nyawa serta keselamatannya masih terancam. Dalang pembunuhan mama, yang hingga detik ini belum ditemukan, membuat Molly tidak bisa keluar rumah tanpa seizin Cliff.
Akhirnya, Molly memutuskan untuk menikmati segelas jus jeruk dingin di ruang tamu. Ia berdiri di dekat jendela dengan pandangan tertuju ke halaman depan. Sesekali, ia meneguk jus dalam gelas tinggi, sementara pikirannya tertuju pada Cliff.
"Apa yang kamu pikirkan?"
Suara Cliff yang berat dan dalam, membuat Molly tersentak kaget, lalu menoleh ke arah datangnya suara. Napasnya pun terhenti seketika saat melihat Cliff yang terlihat segar dalam balutan celana jeans serta kaos hitam body fit lengan panjang. Rambut Cliff yang disisir ke belakang dengan beberapa helai rambut yang menjuntai keluar hingga menyentuh dahi, membuat pria itu terlihat begitu tampan, liar, dan menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Trust You? (21+) - The "C" Series No. 4
RomanceWARNING 21++ !! (Cerita ini mengandung unsur adegan dewasa, kekerasan, dan kata-kata yang tidak diperuntukkan untuk anak di bawah umur. Harap kebijakannya dalam membaca. Sadar diri, sadar umur.) ***** Berdarah dingin. Kejam. Menyukai darah. Pecinta...