Gagal mendekati putranya, Mama-nya pun jadi, Sabrina yang pantang menyerah mencoba lebih mengakrabkan diri dengan Rosa yang memang ramah. Setelah makan siang, bukannya ke kamar Juwita, dia malah betah di dapur membantu sang Nyonya rumah membuat kue.
Juwita hanya memantau dengan tenang dari meja makan. Sebelumnya, ia tidak pernah menilai lain semua kebaikan dan sikap supel Sabrina. Namun kini, dia bisa melihat dan menilainya secara berbeda. Ternyata dulu, sejak dirinya keluar dari rumah, gadis itu mulai menggantikan posisinya.
"Rin, kamu kan kesini mau ketemu aku tapi kok jadinya malah asyik sama Mama, aku cemburu loh" cerocos Juwi pura-pura kesal. Sepasang bola matah cerahnya mendelik sinis pada dua perempuan yang sibuk dengan adonan itu.
"Astaga, maaf Sayang. Ya sudah Rina kamu cuci tangan sana terus ke kamar Juwi, nanti Tante minta Bi Ria bawakan minuman dan cemilan"
"Tapi Tante.."
"Sudah, Tante gak mau Juwi ngambek, nanti dia kabur lagi" sela Rosa cepat, ia bahkan mendorong pelan tubuh Sabrina ke arah wastafel.
"Makasih pengertiannya Ma" ujar Juwita tersenyum puas. Ia bangkit dari kursi dan berniat untuk pergi. "Rin aku tunggu di kamar ya"
"Iya" jawab Sabrina datar, rasa kesalnya ia lampiaskan dengan menggosok keras tangannya yang sedang berlumuran sabun.
🎀
Juwita bersikap santai, mereka beberes sambil ngobrol dan sesekali bercanda. Minuman dan cemilan yang disajikan-pun sisa setengah. Seperti biasa, Sabrina tampil seperti seorang Ibu Peri.
"Btw, kenapa kamu berubah pikiran? padahal seru loh tinggal sendirian, bisa lebih bebas" celetuk gadis itu pada akhirnya setelah lama mutar-mutar di topik tak penting.
Juwi menghela napas panjang sebelum menjawab "Aku ternyata penakut, semalam aku gak bisa tidur karena kangen rumah, jadinya aku pikir macam-macam sampai suasananya jadi horor. Nanti saja deh kalau aku sudah kerja, baru juga lulus"
"Yaah padahal aku sudah sempat iri loh sama kamu yang akhirnya bisa mandiri" balas Sabrina terlihat kecewa.
"Kenapa mesti iri? Apa bagusnya coba jadi aku? Memang kamu mau gantikan tempatku?" Cacar Juwi santai namun mampu membuat Sabrina salah tingkah.
"Ka-kamu ini bicara apa?" Timpal gadis berkulit kuning langsat itu cepat. "Maksudku bukan begitu, dengan tinggal sendiri kamu tidak akan merepotkan Om dan Tante lagi, kamu juga bisa mengukur kemampuanmu sendiri dalam menghadapi kesulitan hidup, gak bergantung sama mereka lagi" jelasnya diplomatis.
Mendengar alasan yang dikemukakan Sabrina, Juwi tergelak, selain menertawakan pemikiran palsu gadis itu, juga menertawakan dirinya yang dulu mau saja termakan omong kosong itu.
"Gak ah, dimana-mana itu orang menjauhi masalah. Mama, Papa dan Kak Jemy justru bakalan sedih kalau aku pergi, aku egois kalau gak memikirkan perasaan mereka yang sudah begitu baik sama aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJU Couple (End)
ChickLitJuwita pernah menaruh hati pada Jeremy, namun terpaksa ia pendam karena sahabatnya Serena memiliki perasaan yang sama dan berbalas. Bertahun-tahun ia menjadi saksi perjalanan cinta keduanya dan turut bahagia untuk mereka. Hingga kebenaran terkuat da...