Tuduhan Vanessa membuat Jeremy marah hingga meninggalkan gadis itu begitu saja. Dia tidak habis pikir apa semua wanita yang akan menikah memiliki perasaan insecure seperti itu.
Vanessa selalu mengatakan dirinya berubah, padahal dari dulu sikapnya sama saja, memang tidak pernah ada kontak fisik berlebih di antara mereka. Entahlah, bukan karena tidak suka, dia hanya tidak tertarik melakukannya.
Sampai di rumah, Jeremy langsung menuju kamar Juwi, setelah mengetuk beberapa kali, gadis itu membukakan pintu dengan wajah sedikit pucat, beberapa bulir keringat juga tampak di leher dan dahinya.
"Katanya gak sakit, tapi muka kamu pucat gitu" ucap Jemy sambil menempelkan tangannya di dahi Juwi.
"Gak apa-apa Kak, besok juga sudah baikan, Kakak istirahat saja, udah dulu ya, aku mau lanjut tidur" Juwita hendak menutup kembali pintu, tapi Jemy menahannya dan malah menarik tangan gadis itu menuju ranjang.
"Berbaringlah, aku akan bawakan obat dan bubur hangat"
"Gak usah Kak"
"Jangan membantah Juwi!" Suara Jemy yang naik satu oktaf ditambah tatapan matanya yang mengintimidasi membuat gadis berpiyama jingga itu terdiam lalu naik ke atas kasur.
Melihat sang adik sudah menurut, Jemy bergegas keluar dan tidak sampai 15 menit kemudian dia kembali dengan satu baki besar di tangannya yang berisi, semangkuk bubur seduh, air putih, obat penurun panas dan sebuah baskom yang berisi air hangat dan handuk kecil.
"Kakak lebay deh, dibilang aku gak apa-apa" protes Juwi, karena bisa pastikan Jemy akan lama berada di kamarnya.
"Kamu diam saja, biarkan aku yang bekerja"
Dengan pasrah Juwita menerima semua pelayanan Jeremy, mulai dari membantunya makan dan minum obat lalu mengompresnya dengan air hangat yang ternyata semua itu membantunya tertidur dengan cepat.
Jemy mengeringkan sisa air dari handuk di kening Juwi dengan telapak tangannya dan tanpa sadar kegiatan itu berlanjut dengan membelai kepala gadis itu. Terasa begitu nyaman hingga ia ingin terus melakukannya.
Matanya kemudian teralihkan oleh beberapa bulir keringat di leher Juwita, secara naluri tangannya-pun turun ke sana, menyeka pelan tanpa sungkan. Namun tiba-tiba muncul perasaan aneh, sesuatu dalam dirinya bergejolak menuntutnya menjamah lebih jauh. Jemy tahu hasrat ini, tapi yang membuatnya tidak mengerti, mengapa keinginan itu justru muncul bukan pada Vanessa, calon istrinya.
Segera, ia menarik tangannya dan meninggalkan kamar Juwita. Begitu sampai di kamarnya, Jemy langsung berlari ke kamar mandi dan menyiram kepalanya dengan air dingin.
"Apa aku sudah gila?" rutuknya seraya menjambak rambut lebatnya.
🎀
Saat terbangun di pagi hari, Juwita sudah merasa lebih baik, suhu badannya sudah kembali normal. Untung saja Jemy merawatnya semalam, kalau tidak kondisinya mungkin akan bertambah parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJU Couple (End)
ChickLitJuwita pernah menaruh hati pada Jeremy, namun terpaksa ia pendam karena sahabatnya Serena memiliki perasaan yang sama dan berbalas. Bertahun-tahun ia menjadi saksi perjalanan cinta keduanya dan turut bahagia untuk mereka. Hingga kebenaran terkuat da...