Restu untuk menjadi pengangguran sudah di tangan. Juwita akhirnya bisa fokus pada tujuan utamanya. Untuk sementara, gadis bertubuh semampai itu bisa tidur dengan tenang.
Namun berbeda dengan Jeremy, meski sudah lega, anehnya, ia malah tak mampu memejamkan mata padahal sudah mencoba berbagai macam gaya tidur yang berbeda. Sesekali ia juga mengusap dadanya yang tiba-tiba punya ritme yang berbeda.
"Sepertinya aku harus memeriksakan diri ke Dokter" gumamnya, lalu mencoba kembali tidur menyamping menghadap nakas di mana ada foto dirinya dan Juwita ketika perayaan ulang tahun gadis itu yang ke 17. Jeremy tanpa sadar tersenyum dan tak lama kemudian dia bisa tertidur.
🎀
Meski memiliki jiwa dewasa yang sudah banyak mengalami permasalahan hidup, Juwi tetap harus bersikap layaknya gadis remaja agar tidak memancing kecurigaan keluarganya.
Karena keputusan yang di ambilnya kini berbeda, maka ia tidak punya gambaran banyak tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Seperti pagi ini, ketika Juwi turun untuk sarapan, Sabrina sudah ada di meja makan bercengkrama bersama Rosa.
"Pagi Kak Jemy, Juwi" sapanya ramah, dan ternyata Jeremy memang ada di belakang Juwi, sama-sama menuruni tangga.
"Pagi Rin" jawab Juwi mencoba bersikap sama, sementara Jemy hanya mengangguk. "Kok gak bilang, kalau kamu mau datang?"
"Soalnya aku janjiiannya bukan sama kamu tapi sama Tante Rosa, Aku bawa beberapa bahan kue dari toko orang tuaku, setelah sarapan kami mau buat cake lagi" jawab Sabrina enteng sementera Rosa mengangguk mengiyakan.
"Oh" jawab Juwi datar. Ia tak senang tentu saja. Sabrina terlihat terlalu memaksakan diri eksis di keluargannya. Dirinya malas perang pagi-pagi begini, tapi ia akan meladeninya.
Setelah Sebastian datang, sarapan-pun dimulai. Posisi duduk Juwi yang berada di samping Jeremy membuat ia bisa melihat kalau Sabrina sesekali mencuri pandang pada Kakaknya itu. Cara makan-nya pun terkesan dibuat-buat agar tampak anggun. Namun, yang paling membuat Juwi kesal adalah ketika topik dirinya batal kuliah kembali di bahas.
"Kalau aku sih malah ingin menuntut ilmu setinggi-tingginya, soalnya menurutku perempuan juga harus bisa mandiri dan memiliki karir yang cemerlang sama seperti laki-laki" ujar gadis itu tanpa ditanya.
Sebastian dan Rosa mengangguk setuju tanpa berkomentar namun itu sudah membuat Sabrina senang, sementara Jemy hanya fokus pada makanannya.
"Semua laki-laki di keluargaku bisa diandalkan, aku gak harus menyaingi mereka demi membuktikan diriku, daripada melihatku pusing, mereka pasti lebih suka kalau aku menikmati hidupku, iya kan Pa, Ma?" Balas Juwi tak mau kalah
"Tentu saja sayang, meski kamu jadi pengangguran selamanya, kami masih bisa menghidupimu" jawab Sebastian santai.
"Iya Sayang, kamu adalah pemilik sebagian saham perusahaan, makan tidur-pun kau tetap gajian" timpal Rosa diikuti kekehannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJU Couple (End)
ChickLitJuwita pernah menaruh hati pada Jeremy, namun terpaksa ia pendam karena sahabatnya Serena memiliki perasaan yang sama dan berbalas. Bertahun-tahun ia menjadi saksi perjalanan cinta keduanya dan turut bahagia untuk mereka. Hingga kebenaran terkuat da...