Seharusnya Sabrina lari ke pelukan Juwita, tapi sekarang gadis itu malah tersedu dengan wajah basah dalam pelukan Jeremy. Tidak mau kecolongan gadis ber-piyama biru muda itu lantas menarik Sabrina agar beralih ke pelukannya. Agak sulit karena dia seperti lintah yang menempel. Benar-benar tidak tahu malu.
"Ada apa Rin? Kenapa kondisi kamu seperti ini?" Tanya Juwita mencoba bersabar, namun ia menepuk-nepuk sedikit keras punggung gadis yang sedang sesenggukan itu untuk melampiaskan kekesalannya.
"Ayah, Ayahku memukuliku karena tertidur saat menjaga toko" ucap gadis itu tergugu. "A-aku kabur dari rumah, aku gak tahan lagi sama perlakuan mereka, tolong aku Juwi, Kak Jemy" lanjut gadis itu ingin kembali beralih ke pelukan Jemy tapi Juwi mencegahnya.
"Kak, tolong ambilkan minum"
"Ok" Jemy berjalan ke arah dapur dengan langkah biasa, rasa prihatin dan kesal bercampur menjadi satu karena lagi-lagi Sabrina merecoki hidup Juwi. Sejak tahu gadis itu mencoba menjodoh-jodohkan adiknya, ia mulai tidak menyukainya. Namun, kali ini Jemy akan memberi sedikit toleransi karena kondisinya yang babak belur.
Ketika Jeremy kembali ke ruang keluarga, sudah ada Rosa dan Sebastian di sana menatap penuh simpati pada gadis yang masih lunglai di pelukan Juwita.
"Ya sudah untuk sementara kamu tinggal saja dulu di sini, masih ada kamar tamu yang kosong, tapi malam ini kamu bisa tidur di kamar Juwi dulu" putus sang Nyonya rumah membelai lembut rambut Sabrina. Rosa yang selalu berprasangka baik sangat mudah luluh dengan kondisi gadis itu. Atas perintahnya, Juwi akhirnya membawa Sabrina ke kamarnya untuk membersihkan diri
"Ini handuk dan baju ganti, aku akan ke dapur membuat kamu susu hangat" tutur Juwi mengantar sang sahabat sampai ke depan pintu kamar mandinya, wajah prihatin sengaja ia tunjukkan demi meyakinkan Sabrina kalau usahanya telah berhasil.
Selesai membuat susu hangat, gadis itu masuk ke ruang laundry dan menghubungi seseorang yang menurutnya akan membuat semuanya jadi jelas.
Dalam kamar mandi, Sabrina tersenyum puas, akhirnya ia bisa tinggal di rumah Dharmawangsa meski hanya sementara. Selanjutnya, ia akan mencari cara lagi untuk tinggal lebih lama. Dia tidak perduli dengan rasa perih di wajahnya asalkan rencananya berhasil.
"Rin, apa kamu butuh bantuan? Ini sudah aku buatkan susu" seru Juwi dari luar. Sabrina-pun bergegas mengeringkan tubuh dan memakai pakaiannya, wajah sedih kembali ia pasang sebelum membuka pintu kamar mandi.
"Terima kasih ya, Wi, aku gak tahu kalau nggak ada kalian aku pasti udah luntang lantung di jalan" ujarnya kembali menitikkan air mata. Juwi terpaksa harus menghela napas samar beberapa kali demi menambah stok kesabarannya.
"Maaf, bukannya aku gak percaya, tapi kok bisa sih Ayah kamu jadi kasar begitu padahal setahuku beliau orang yang baik, kamu juga sering cerita begitu" selidik Juwi.
"Selama ini aku bohong, mereka suka kasar dan maksa aku buat kerja ini itu, puncaknya tadi, aku kedapatan tidur dan beberapa pelanggan jadi batal beli karena gak ada yang melayani. Kamu bisa lihat sendiri gimana sadisnya mereka mukulin aku" jelasnya sambil kembali menunjukkan bekas tamparan dan lebam di sudut bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJU Couple (End)
ChickLitJuwita pernah menaruh hati pada Jeremy, namun terpaksa ia pendam karena sahabatnya Serena memiliki perasaan yang sama dan berbalas. Bertahun-tahun ia menjadi saksi perjalanan cinta keduanya dan turut bahagia untuk mereka. Hingga kebenaran terkuat da...