Juwi sangat ingin memaki dan mengusir Digo yang berani muncul tiba-tiba di depannya. Untung saja mamanya tidak ikut kursus hari ini karena ada arisan. Kalau tidak, ia bisa salah paham dan menganggap mereka ada hubungan.
"Ada urusan apa kamu di sini?" Tanyanya mencoba bersikap santai.
"Jemput kamu, udah selesai kan? Sekalian mau ngajak makan, aku yang traktir deh" jawab Digo dengan percaya diri dan sok cool, padahal penampilannya biasa saja, standar anak kuliahan dengan jeans dan sepatu kets.
"Tau aku kursus di sini dari mana?" Cecar Juwi lagi, meski ia sudah bisa menduga sumber informasinya.
"Dari Sabrina, soalnya kamu bikin aku penasaran sih, gimana mau ikut aku nggak?"
Gadis yang terlihat kasual dengan skinny jeans biru itu tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk setuju. "Ok deh, tapi beneran kamu yang traktir ya?" Sahutnya kemudian.
"Siip, Ayo!" Digo-pun tersenyum lebar, namun sayang itu tidak bertahan lama, karena ternyata mereka tidak pergi jauh, hanya di restoran yang ada di sebelah tempat kursus. Padahal di bayangan pemuda itu, mereka bisa berboncengan dan sesekali ia akan mengerem mendadak demi membuat Juwi salah tingkah.
"Makanan di sini enak-enak loh, ayo masuk" ajak Juwi antusias menjalankan rencananya.
Ia memilih meja di bagian tengah, tempat dimana banyak orang berlalu lalang dan sedikit berisik karena tidak jauh dari speaker musik. Setelah pelayan datang membawakan daftar menu, Digo dibuat tercengang dengan harga makanan yang gadis itu pesan.
Satu porsi steak premium seharga 200 ribu dan jus dari campuran beberapa buah yang dibandrol 50 ribu per gelas, belum lagi Juwi memesan cake tiramisu spesial seharga 25 ribu per potong. Dompet Digo langsung menjerit dibuatnya.
"Kamu pesan apa?"
"A-air mineral saja, aku nggak begitu lapar kok" elaknya demi menyelamatkan uang bensinnya.
"Mana boleh begitu" ucap Juwi sok perhatian. "Mas, samain aja pesanan kami" pesannya pada sang pelayan yang langsung dengan sigap mencatat dan mengkonfirmasi ulang pesanannya.
Keringat dingin mulai mengucur tanpa bisa Digo cegah, ia bisa malu kalau sampai ketahuan uangnya tidak cukup. Dengan alasan ke toilet, ia menghubungi Sabrina untuk meminta bantuannya. Meski mendapat makian dari gadis itu, untunglah ia tetap mau mentransferkan sejumlah uang hingga akhirnya Digo bisa bernapas lega.
🎀
"Dasar cowok bego" umpat Sabrina kesal lalu melempar ponselnya ke kasur. Ia frustasi kerena tidak ada kemajuan sama sekali dalam rencananya, kini, bahkan ia harus mengeluarkan modal juga.
"Kenapa semuanya jadi terasa sulit" gerutunya frustasi seraya menjambak kasar rambutnya sendiri. Napasnya memburu dan matanya-pun mulai memerah karena amarah. Dia baru saja pulang dari kuliah dan kini harus menjaga toko orang tuanya, benar-benar hidup yang memuakkan. Sabrina ingin cepat keluar dari keadaan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJU Couple (End)
ChickLitJuwita pernah menaruh hati pada Jeremy, namun terpaksa ia pendam karena sahabatnya Serena memiliki perasaan yang sama dan berbalas. Bertahun-tahun ia menjadi saksi perjalanan cinta keduanya dan turut bahagia untuk mereka. Hingga kebenaran terkuat da...