"Jem, makan dulu Nak" ucap Rosa dari balik pintu kamar Juwita yang kini di tempati sang putra.
Jika tidak dipanggil dan di paksa, Jemy akan terus mengurung diri di kamar. Hal itu sudah berlangsung sejak Juwita menghilang. Pria itu berubah drastis, ia jadi semakin irit bicara bahkan kepada kedua orang tuanya, senyum tulus dari hati tak pernah lagi tersungging di bibirnya.
Rosa dan Sebastian sudah menyerah untuk membujuk Jeremy yang makin gila kerja untuk lebih peduli pada dirinya. Namun, dia tidak bergeming dan terus larut dalam rasa kehilangan. Karena itulah akhirnya mereka sadar kalau Jeremy mencintai Juwita bukan sebagai adik.
"Nanti saja Ma" hanya itu jawaban yang di terima Rosa hingga kembali membuatnya menghela napas panjang dan akhirnya pergi dari depan kamar itu.
Dengan hanya mengenakan celana boxer pendek, Jemy yang dikira sedang meratap ternyata melakukan push up sambil menonton kolase foto dan kumpulan video Juwita melalui Ipad-nya.
Dia memang sempat terpuruk dan patah semangat, namun harapannya untuk bisa bertemu kembali dengan Juwita lebih besar. Hal Itu yang memacu semangatnya untuk menutup hati dan membentuk fisiknya demi Juwi seorang.
Peluh bercucuran membasahi perutnya yang berkotak enam, sambil meminum susu protein ia memandang ke dinding yang lagi-lagi dipenuhi gambar sang pujaan. Jemy lalu berjalan menuju cermin, mengangkat kedua lengannya untuk melihat benjolan otot yang selama ini ia bentuk dengan kerja keras.
"Saat kita bertemu, aku akan memelukmu dengan erat sampai kamu tidak bisa kabur lagi" gumamnya pelan seraya tersenyum membayangkan kejadian tersebut. Senyum dari gejolak hati yang menyimpan kerinduan.
🎀
Setalah sarapan, sekitar pukul delapan, Juwi merawat kebunnya seperti biasa. Pekerjaan yang sebenarnya hanya ia gunakan untuk membunuh waktu karena tidak banyak penghasilan yang diperoleh dari sana. Sumber pemasukan utamanya adalah kiriman uang rutin dari Mario, itupun hanya digunakan seperlunya.
Tidak seperti hari-hari biasanya, banyak truk-truk besar pengangkut material bangunan yang melintas di depan rumahnya, hal itu cukup mengganggu karena berisik dan debu beterbangan kemana-mana. Juwita berpikir mungkin sedang ada yang membangun rumah di Desa sebelah.
"Ita, selamat pagi, rajin banget pagi-pagi begini udah berkebun aja" sapa Bu Mia yang langsung masuk setelah membuka pengait pagar, di tangannya terdapat keranjang kecil berisi buah pepaya dan mangga, dia adalah tetangga terdekat Juwita, wanita paruh baya berusia 40-an.
"Pagi Bu Mia, wah buahnya segar-segar, baru dipetik ya?" Sambut Juwita ramah, dia melepas sarung tangan kainnya dan merima keranjang buah yang disodorkan padanya.
"Ia, biasa, pengen barter" balas Bu Mia lalu terkekeh kecil. Hal tersebut memang biasa mereka lakukan, termasuk dengan tetangga lain karena lebih menghemat biaya dan waktu.
"Silahkan ambil aja Bu"
Juwita lalu masuk ke dalam rumah untuk menaruh buah, tidak lama kemudian dia kembali membawa keranjang Bu Mia yang sudah kosong dan segelas air putih yang ditaruh di bale-bale.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJU Couple (End)
ChickLitJuwita pernah menaruh hati pada Jeremy, namun terpaksa ia pendam karena sahabatnya Serena memiliki perasaan yang sama dan berbalas. Bertahun-tahun ia menjadi saksi perjalanan cinta keduanya dan turut bahagia untuk mereka. Hingga kebenaran terkuat da...