Jeremy tidak pernah melakukan ini sebelumnya, namun ia sangat ingin melihat wajah Juwi saat ini juga dan makan siang bersama menjadi alasan yang dipakainya. Untunglah gadis itu setuju.
Beberapa makanan kesukaan sang adik, sudah tersaji di atas meja ruang makannya, diantaranya ada mie goreng dan soto ayam. Jemy ingin menikmati waktu berkualitas dengan gadis kesayangannya itu di tengah kesibukannya bekerja. Entah mengapa ia merasa hubungan mereka kembali berjarak setelah kedatangan Vanessa dan ia tidak menyukai hal itu.
"Halo" jawab Jemy pada panggilan masuk dari calon tunangannya.
"Bagaimana kalau kita makan siang bersama, ada restoran jepang yang baru buka di dekat apartemenku, setelah makan, kamu juga bisa mampir untuk istirahat sebentar" ajak Vanessa lembut. Wanita itu rupanya tidak menyerah pada hubungan mereka.
"Maaf, aku sudah ada janji. Lain kali saja, ok!" Jawab Jemy pada tawaran yang sebenarnya menggiurkan. Namun saat ini, ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Juwita. "Aku harus pergi, sampai nanti" tambahnya mengakhiri panggilan. Dia bahkan tidak menanyakan kabar Vanessa dan itu tentu membuat yang bersangkutan kecewa.
Tidak sabar menunggu kedatangan Juwita, Jeremy memutuskan turun ke loby untuk menunggunya. Begitu ia keluar dari lift, lelaki itu mendapati adiknya celingak-celinguk memperhatikan orang-orang yang melintas.
Dia tersenyum karena Juwi linglung terlihat seperti anak hilang. Gadis itu memang sangat jarang datang ke kantor. Jemy mulai berpikir untuk lebih sering memintanya datang karena bagaimanapun perusahaan itu adalah miliknya juga.
Apa yang kamu lihat?" Tegurnya dan berhasil mengalihkan perhatian gadis itu.
"Bapak itu Kak, kasihan, sudah tua tapi masih kerja berat" jawabnya menunjuk orang yang dimaksud.
"Oh, Pak Umar, dia memang sudah puluhan tahun kerja di sini. Sudah disuruh pensiun tapi katanya pusing kalau gak kerja, sekarang tugas dia cuma yang ringan-ringan saja" jelas Jemy.
"Kakak dekat sama dia?"
"Sejak hari pertama aku masuk kerja, dia yang bikinin aku kopi. Ayo ke atas, kita makan di ruangan ku saja, soalnya jam dua nanti aku ada meeting, terlalu mepet waktunya kalau makan di luar" ajak pria yang tidak suka memakai dasi itu. Saat ini ia bahkan sudah tampil semi formal dengan lengan kemeja yang digulung setengah"
Juwita mengangguk setuju, ia tidak menolak ketika tangannya di genggam masuk ke dalam lif menuju lantai 11. Lantai yang bukan ruang kerja, melainkan lebih mirip apartemen tempat Jemy biasa istirahat jika tidak sempat pulang ke rumah karena lembur.
Tidak sembarang orang bisa masuk ke sana tanpa ijin sang pemilik. Bahkan Vanessa juga belum pernah. Pak Umar-pun masuk membersihkan jika ada Jeremy di dalam.
Sebelum membuka pintu. Jeremy mendaftarkan sidik jari Juwita, ia ingin tempat itu jadi milik mereka berdua sama halnya dengan perusahaan.
Begitu pintu terbuka, hal yang terlihat tidak seperti yang dibayangkan Juwita. Daripada terlihat maskulin, tempat itu malah terkesan hangat dengan beberapa tanaman hias yang membuat ruangan terasa lebih segar. Warna catnya-pun terkesan cerah dengan dominan warna putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJU Couple (End)
ChickLitJuwita pernah menaruh hati pada Jeremy, namun terpaksa ia pendam karena sahabatnya Serena memiliki perasaan yang sama dan berbalas. Bertahun-tahun ia menjadi saksi perjalanan cinta keduanya dan turut bahagia untuk mereka. Hingga kebenaran terkuat da...