Seminggu setelah kunjungan Vanessa ke rumah keluarga Dharmawangsa yang berakhir tidak menyenangkan. Wanita itu terus berusaha menghubungi Jemy untuk mengajaknya bertemu, tapi selalu ditolak.
Kini, keduanya duduk sing berhadapan dengan wajah Vanessa yang tertunduk, merasa sangat bersalah.
"Bagiamana keadaan Juwi, apa dia baik-baik saja?" Tanya wanita itu lirih. Ia memberanikan diri mengangkat wajahnya menatap Jemy.
"Dia sudah sadar dan dalam masa pemulihan" jawab Jemy singkat. Dia menunggu apa yang akan dikatakan Vanessa selanjutnya.
"Aku ingin minta maaf secara langsung padanya, saat itu aku terbawa emosi dan sakit hati sehingga tidak bisa berpikir jernih, tapi kini aku sangat menyesal. Maafkan aku Jem"
Jemy menghela napas panjang. Akhir-akhir ini perempuan di sekitarnya begitu gampang menangis, termasuk Vanessa. Wanita itu kini sibuk menyeka buliran bening yang melewati pipinya.
Setelah mampu menguasai diri, Vanessa akhirnya bisa dengan lancar bercerita tentang Ronald yang mengajaknya bekerja sama untuk membalas dendam pada Juwita. Namun dirinya menolak dan berusaha memperingatkan Jeremy, tapi diabaikan.
"Ini kelalaian ku!" Jemy mengutuk kebodohannya sehingga memberi kesempatan kepada paman laknatnya mencelakai Juwita.
"Aku juga salah, setelah apa yang kulakukan kalian tidak mungkin mempercayaiku. Aku bersyukur Om Ronald sudah ditangkap, dia tidak akan bisa berbuat jahat lagi, oh ya bagiamana Tante Rosa, dia pasti kembali terpukul"
"Itu sudah pasti, tapi Mamaku orang yang kuat" Jemy menatap Vanessa tidak lagi segarang biasanya. Meski masih kesal dengan teman masa kecilnya itu, dia tetap menghargai niat baiknya.
Siang itu, di kantin Rumah Sakit, keduanya berbaikan. Meski Jemy tak berjanji bisa menjadi teman seperti dulu, Vanessa tetap lega. Ia bisa kembali ke Amerika tanpa beban rasa bersalah.
🎀
Selang satu Minggu, Juwita sudah diperbolehkan pulang. Ia pulih dengan cepat tanpa ada infeksi dan efek samping dari prosedur operasi yang dijalaninya. Jemy selalu setia mendampingi dan urusan Ronald diserahkan sepenuhnya pada Sebastian dan Mario. Dia tidak mau melihat dan berurusan dengan pamannya itu lagi.
Rosa sendiri-pun sudah pasrah dan mengambil sikap yang sama dengan putranya. Meski demikian, sesekali ia masih menangis diam-diam demi meluapkan kesedihannya.
"Mama baik-baik saja?" Juwita bertanya sambil menelisik mata Rosa yang sembab. Seminggu setelah kembali ke rumah sakit, ia sering mendapati mamanya dalam keadaan seperti itu.
"Tentu saja Nak, ini Mama buatkan jus, minumlah!" Jawab Rosa santai lalu menyodorkan jus yang dibuatnya. Kondisi Juwi sudah jauh lebih baik, tapi belum bisa melakukan aktifitas berat.
"Ma, bisakah Mama menemani ku menemui om Ronald?" Pinta Juwi hati-hati, takut membuat Rosa kembali sedih, dan benar saja, wanita itu terlihat terkejut dengan pandangan mulai mengabut.
KAMU SEDANG MEMBACA
JEJU Couple (End)
ChickLitJuwita pernah menaruh hati pada Jeremy, namun terpaksa ia pendam karena sahabatnya Serena memiliki perasaan yang sama dan berbalas. Bertahun-tahun ia menjadi saksi perjalanan cinta keduanya dan turut bahagia untuk mereka. Hingga kebenaran terkuat da...