08. Pantang Menyerah

9.6K 693 19
                                    

Sabrina tidak berkutik ketika dihadapkan pada kedua orang tua angkatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabrina tidak berkutik ketika dihadapkan pada kedua orang tua angkatnya. Dengan wajah tertunduk dan air mata yang terus mengalir, gadis itu kembali mengarang kebohongan baru.

Dia dibegal, itulah pengakuan barunya. Karena takut akan dimarahi jika langsung pulang ke rumah dalam kondisi berantakan, akhirnya ia mengarang cerita yang justru makin tidak masuk akal.

Mengaku tahu Juwita adalah sahabat Sabrina, kedua paruh baya itu berinisiatif mencari mereka di rumah gadis itu dan ternyata dugaan mereka benar.

Jemy yang tidak mau tau, mengajak Juwi menepi ke dapur dan membuatkan teh lemon untuk mereka berdua. Tidak ada pembicaraan karena Juwi ingin tetap bisa mencuri dengar pembahasan yang terjadi di ruang tamu.

"Stop khawatirkan dia! Dia itu problematik" gerutu Jemy melihat Juwi yang masih saja kepo.

"Iya-iya, Kakak kok jadi jutek gini sih, padahal dulu baik sama Rina"

"Aku paling gak suka kalau ada yang mengganggu ketenangan keluarga kita dan Sabrina itu termasuk, dia yang hasut kamu buat keluar dari rumah, dia kenalin kamu dengan cowok, karena dia hari ini suasana rumah jadi rusuh, dan kamu juga terluka dan hampir celaka karenanya"

Jemy kembali mendengus kasar mengingat kembali rentetan peristiwa yang baru dia sebutkan. Juwi yang tak ingin lagi memancing kemarahan pria itu memilih diam sampai akhirnya ia mendengar suara Rosa memanggilnya.

Ternyata, pasangan Sumitra hendak pamit dengan membawa serta Sabrina. Mereka minta maaf karena telah membuat keributan, namun Sabrina hanya terus tertunduk dan tidak mengucapkan sepatah katapun sampai mereka sekeluarga meninggalkan rumah Dharmawangsa.

"Kok bisa Sabrina punya keputusan kayak gitu, Mama kira dia dewasa dan pintar" celetuk Rosa, ketika hanya tersisa mereka bertiga, sementara Jemy sudah kembali ke kamarnya.

"Dia itu masih remaja  Ma, wajar kalau berpikiran pendek, anak kita juga pernah seperti itu kan? Kabur dari rumah, pengen ngekost dan hidup mandiri katanya"

Sebastian melirik Juwita yang berdiri tak jauh dari mereka, gadis itu pura-pura tidak mendengar sindiran mereka dan sibuk dengan ponselnya.

"Nak, kepalamu masih sakit?" Tanya Rosa penuh perhatian, ia mendekat dan memeriksa luka putrinya.

"Sudah mendingan kok Ma, oh ya aku balik ke kamar dulu. Mama Papa juga lanjut tidur lagi, maaf sudah buat kalian terbangun" ujar gadis itu merasa bersalah, karena memang keributan yang terjadi adalah bagian dari rencananya untuk mencegah Sabrina tinggal di rumah mereka.

"Gak apa-apa kok Nak, tapi pesan Mama, kamu jangan sampai seperti Sabrina, apapun masalah yang kamu punya sekarang atau nanti tolong bicarakan dengan kami, kami akan selalu ada buat kamu. Selamanya kita adalah keluarga, jangan pernah menganggap dirimu orang lain, paham?"

"Paham Ma, kalian jangan cemas, sekarang ayo tidur" Juwi menarik tangan Sebastian dan Rosa sampai ke depan pintu kamar mereka, setelah kedua orang tuanya itu masuk, dia menghela napas lega karena akhirnya ia bisa istirahat juga.

JEJU Couple (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang