Chapter 9

439 74 59
                                    

Wedding's life ceritanya aja sudah susah apalagi kenyataannya ya. Shout out kepada para pasangan suami-istri pokoknya!

❄️
❄️
❄️

“Love is hard to find, hard to keep, and hard to forget.”
—Alysha Speer—

Althea benci mengakui kalau dirinya merasa ekstra tidak nyaman tiap kali berada di rumah keluarga Atzel. Selain harus keluar dari zona nyaman, dia juga kerap kali merasa kalau secara tak langsung keluarga Atzel justru mengasingkannya. Mereka secara sengaja membicarakan hal-hal yang jelas hanya lazim di kalangan mereka saja: liburan ke luar negeri, belanja barang branded, hingga pertemuan dengan tokoh-tokoh penting di Indonesia. Dua hari sejak kedatangannya di sini, tapi eksistensinya masih juga tidak dianggap.

Hal itu justru membuat Althea berpikir: Apa jangan-jangan keluarganya juga secara tak sadar membuat Atzel tak nyaman karena terus-terusan membicarakan telur ayam di kandang belakang? Gawat! Sepertinya dia dan Atzel kurang briefing!

Tapi, alih-alih mengkhawatirkan tentang pentingnya briefing sebelum bertemu keluarga masing-masing, Althea justru lebih khawatir pada Atzel yang kelihatan ekstra lelah menghadapi orang tuanya sendiri. Begitu masuk kamar, Atzel langsung memeluknya, mungkin sekitar dua menit, lalu minta dikelon sembari pillow talk seperti biasa. Hidup mereka selama dua hari ini serasa hanya berlangsung di dalam kamar saja. Matanya terpejam, tapi tangannya mengembara dan mendaki kesana kemari.

“Don’t you find my mom a bit annoying? For ignoring you like that, I mean.” Sepertinya Atzel memang punya kecenderungan suka ghibah.

Althea hanya merespon dengan ‘hm’ sementara tangannya membelai rambut Atzel. “Aku nggak apa-apa sih, cuma agak jealous aja sedikit ketika dia nelpon temen SMP kamu terus ketawa-ketiwi kayak akrab banget gitu. Jujur deh, Dyandra itu pernah jadi pacarmu ya?”

“Mana ada,” tolak Atzel keras. Matanya melirik Althea, lalu mengecup sudut bibirnyakarena perempuan itu malah tertawa. “Dyandra aja tuh yang suka aku, tapi aku enggak.”

“Kalau kamu yang suka, nanti malah aku yang berabe dong. Ya kali suamiku malah suka orang lain. Nangis aku,” ucap Althea lembut. Jemarinya masih menyusuri helaian rambut Atzel, mengecup puncak kepalanya beberapa kali, lalu melingkarkan kaki supaya bisa memeluknya dengan erat. “Boleh nanya nggak?”

“Enggak.”

“Baique.”

“Hehehe... boleh cinta.”

“Kamu kalau denger cerita masa laluku gitu, suka cemburu nggak sih?”

Atzel mendongak, mensejajarlan posisi tidur dengan Althea. “Kayak kalau denger cerita kamu dan Adimas yang selama dua tahun tinggal bareng?”

“Nggak spesifik itu sih, tapi ya bisa lah.” Althea sedikit mengoreksi.

“Kalau dipikirin terus-terusan sih cemburu ya, tapi kan saat itu aku bahkan nggak masuk circle temen kamu,” katanya.

“Kok kamu bijak banget?”

“Itu namanya penerimaan garis hidup. Lagipula kenapa sih kamu tiba-tiba nanya tentang Adimas lagi?” tanya Atzel sambil duduk bersila.

Mengikuti cara duduk suaminya, Althea juga membuat dirinya nyaman sebelum meraih kedua tangan Atzel dan mencium punggungnya tiga kali. Katanya karena Tuhan suka angka ganjil. “Kamu dulu pernah bandel nggak sih?”

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang