Chapter 11

390 76 21
                                    

Chapter 12 itu will be sweet jadi aku mau publish itu di malem minggu. Ehehehe

Hopefully kalian masih enjoy ya!

❄️
❄️
❄️

“Of all the words of mice and men, the saddest are, “It might have been.”
—Kurt Vonnegut—

Akmal meraung keras saat melihat balasan yang Adimas tinggalkan di unggahan Althea. Pria itu menggunakan akunnya hanya untuk menciptakan kegaduhan yang menurut Akmal berpotensi menjadi masalah besar di rumah tangga orang lain. Pria berperawakan sedang itu buru-buru menghapus komentar yang Adimas tulis sambil berharap kalau Althea belum membacanya sama sekali.

“Hubungan gue sama Althea itu baik banget lho Dim astaga. Gue emang nggak dateng ke nikahannya, tapi gue tahu kalau dia udah nikah sama Atzel. Dia bahkan ngundang gue dan kami masih sering komunikasi juga. Terus Marissa dan anak-anak lain yang di Indonesia kan pada dateng ke nikahan Althea. Adimas anjing banget deh lo bangsat,” kata Akmal yang tak bisa berhenti mengumpati kelakuan sembrono Adimas. “Anjing Kirana sama Marissa langsung WhatsApp gue dong!”

“Coba lo video call aja Mal. Nanti biar gue yang ngomong.” Adimas yang duduk di ujung meja masih kelihatan santai, bahkan caranya merespon juga tidak dihinggapi beban.

“Lo bosen banget hidup ya? Marissa masih mungkin maafin, tapi kalau Kirana, bisa-bisa dia langsung book flight ke Dublin cuma buat ngabisin lo tahu nggak! Ya Allah, cari perkara banget sih lo!”

“Siapa itu yang nelpon?” sahut Adimas, sama sekali tidak peduli dengan konteks omongan Akmal.

Dengan berat hati, Akmal mengangkat panggilan video dari kedua sahabat karibnya, dan hanya menutup mata sambil mendengar segunung kata-kata umpatan dari Kirana.

“Anjing lo Akmal! Maksud lo apa nulis kayak gitu di postingan Thea? Dia emang belum lihat karena masih on board ya, tapi beberapa orang pasti bertanya-tanya tuh! Lo tahu kan anjing kalau Thea followersnya banyak? Bisa-bisanya lo bercanda kayak gitu setan!”

“Ran itu mulutnya tolong dikontrol dikit, kamu lagi hamil tahu,” kata Marissa di sudut lain panggilan. Wanita yang lebih tua dari dua orang lainnya itu menarik napas dalam sebelum mengatakan, “Bajingan sialan lo Mal! Gue nggak suka ya sama cara bercanda lo yang kayak gini! Lo kayak orang goblok dan jahat banget! Padahal lo juga tahu kan sedalam apa luka yang Adimas kasih ke Althea?”

“Sumpah ya Akmal jahat banget bercandanya...” Kirana mulai terisak. Dia ingat betul semua hari penuh tangis dan rasa sakit yang Althea harus jalani karena sikap egois Adimas. Move on dari Adimas adalah salah satu tantangan tersulit yang akhirnya Althea lalui; dan komentar yang Akmal tinggalkan di Instagram (karena mereka sama-sama tidak tahu dalang sebenarnya di balik ketikan itu) benar-benar membuat hati Kirana terluka.

“Gue tahu ya otak lo itu cuma dekorasi. Tapi coba lo usahakan buat mikir gitu kalau komentar semacam itu amat sangat tidak layak. Jangan main ketik-kirim aja!” semprot Marissa tanpa ampun. Padahal dia hampir tidak pernah marah, tapi kali ini, amarahnya benar-benar sudah mencapai puncak.

Tidak mau terus dipojokkan, Akmal akhirnya memberikan pembelaan, “Demi Allah ya ini bukan kelakuan gue! Adimas yang komen kayak gitu! Iya, mungkin gue juga salah karena nggak menaruh prasangka apapun waktu Adimas buka hp, tapi Demi Allah gue mana mungkin sih punya niat buruk buat nyakitin Althea!”

Sorry guys. Komentarnya udah di take down kan ya, jadi semuanya udah aman. Nanti Akmal telpon kalian lagi.”

“Anjir lo malah memperburuk situasi!” pekik Akmal saat melihat Adimas mengakhiri panggilan video dengan Marissa dan Kirana begitu saja. Kalau saja badannya lebih besar dari Adimas, ingin rasanya Akmal menonjok pria itu sebagai bentuk pembelajaran. Sepertinya kawannya ini memang tidak akan pernah bisa menjadi pria baik-baik.

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang