Chapter 15

341 62 39
                                    

Heya, update lebih awal karena tonight aku bakal nonton sampai subuh. Heuheu

Oh, listen to these songs while you read this chapter: Cruel Summer, Enchanted, All Too Well. Enjoy and please leave some comments ya!

❄️
❄️
❄️

“To love oneself is the beginning of a lifelong romance.”
—Oscar Wilde—

Ada tiga alasan kenapa Althea sampai meminta Atzel untuk menemaninya selama berada di London. Pertama karena akhir-akhir ini dia sedang tidak bisa jauh dari Atzel. Kedua karena Althea merasa tidak aman ketika berada di sekitar Adimas. Ketiga adalah untuk menonton konser Taylor Swift.

Demi Tuhan, jika bukan karena rasa cintanya yang begitu besar pada Althea, dia tidak akan mau mengorbankan hari Minggunya yang berharga untuk menonton konser. Apalagi konser Taylor Swift. Apakah ini bisa disebut sebagai puncak menjadi budak cinta?
Agaknya Atzel kurang setuju. Dia yakin seribu lima ratus persen kalau dirinya bisa melakukan sesuatu yang lebih dari ini demi Althea. Kalau ada yang menghakimi karena bersikap seperti ini, dia juga tidak peduli. Sebab prinsip Atzel adalah: ‘Judge me as much as you want. It won’t make me less wealthy and amazing than I’ve already been.’

Saat bangun pagi ini, dengan tubuh pegal-linu karena bonding dengan Althea yang terlalu lama, Atzel berjalan ke kamar mandi dengan tergopoh-gopoh. Di situ ada istrinya, tapi sepertinya dia sudah selesai mandi. Sudah bersih dan tampak rapih. Oleh sebab itu, Atzel hanya mengecup keningnya sambil mengucapkan ‘Good morning cintaku’ sebelum menyikat gigi dan cuci muka.

Tapi rupanya itu membuat Althea tersinggung. Sambil mengamati Atzel yang kelihatan tenang saat mencuci muka, Althea yang dramatis mulai menitikkan air mata. Katanya sambil mengusap dada, “Kok kamu nggak ngajak mandi bareng sih? Kamu udah nggak suka lagi sama aku? Udah nggak sayang lagi? Okay, fine, jangan minta jatah apapun lagi selama seminggu ke depan!”

Dengan muka cengo Atzel menjawab, “Aku nggak ngajak karena kamu udah rapih gitu. Masa mau mandi lagi?”

“Aku belum mandi!” sentak Althea dibarengi tangis yang meledak semakin dramatis. Tiap kali selesai bonding, sisi manjanya memang selalu muncul secara tak terduga. Ada saja terobosannya.

“Ya udah sini mandi bareng!” Atzel bukan sedang marah, dia hanya panik.

“Kok ngajaknya kayak nggak ikhlas gitu sih?” respon Althea malah makin dramatis. Kendati demikian, dia tetap melangkah semakin dekat ke arah Atzel, sebelum memeluknya dengan erat.

“Pertanyaan,” Atzel menunggu sampai Althea mengangguk sebelum melanjutkan, “mandi aja atau lanjut bonding jilid ke-sekian?”

“Mandi juga bonding, kan?” ucap Althea dengan muka polos.

“Hah... sabar Atzel kecil, sabar. Ya udah. For now you’re safe. Kita harus nonton konser. Nggak lucu juga kalau kamu nonton konser dalam keadaan lelah karena kebanyakan olahraga. Jangan macem-macem tapi ya?” katanya sambil menangkup kedua pipi Althea.

Senyumnya terulas saat Althea mengangguk dan mendorong mundur dirinya. Tiga menit pertama, semuanya berjalan sebagaimana rencana. Tapi pada detik berikutnya, ketika tangan Althea yang panas menyentuh perutnya, ketegangan seketika merambati seluruh jaringan tubuh Atzel begitu saja. Dia mengecup bibir Althea—mengunci pergerakannya dan membuat wanita itu mengerangkan namanya dengan suara pelan.

Adore YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang