It's been a long time since the last time I published the new chapter for this work, but here we are, honey.
Will really appreciate it if you leave some comments or love this work; it makes me somehow feel motivate 😊
❄️
❄️
❄️“She was something he knew he had missed: the flower of life.”
—Edith Wharton—Ada kalanya hal yang selalu dia doakan supaya berjalan lancar justru jadi salah satu yang paling rentan. Dalam hal ini, Althea tidak berbicara tentang pernikahan. Hubungannya dengan Atzel berjalan semakin romantis dan bisa dikatakan semakin lancar pula. Sama seperti hubungan pada umumnya, selalu ada masa ketika mereka tidak banyak bicara karena perdebatan kecil yang berujung ketidaksetujuan. Contohnya ketika Althea ingin pergi grocery pukul sebelas siang, sementara di jam itu Atzel bahkan belum menaruh konsol gamenya.
Hal yang Althea maksudkan di sini lebih menjurus kepada penelitian yang kerap kali menemui hambatan. Tapi, dibandingkan hasil lab yang sering kali membuatnya frustasi, fakta bahwa dirinya dipertemukan dengan Adimas di satu forum yang sama mungkin jadi peristiwa paling menyebalkan—mungkin juga memuakkan. Ditambah, terhitung tanggal 15 April tahun ini, timnya dan tim Adimas akan mulai menjalin kerja sama professional. Memang sejak kapan virus berkorelasi dengan NGO yang berfokus di sustainability? Sungguh tidak masuk akal!
Althea tidak bisa menutupi ekspresi pahitnya. Tapi dia adalah seorang peneliti profesional; dan dia tidak mau melibatkan masalah personal ke dalam pekerjaan. Meskipun dia masih merasa perlu mengomunikasikan hal ini dengan Atzel saat tiba di rumah nanti. Skenario Tuhan memang bisa menjadi selucu ini.
Tapi kenapa Adimas terus-terusan menatapnya, ya? Adakah yang salah dengan wajah Althea selain fakta kalau dia memang hampir menunjukkan secara terang-terangan rasa tidak sukanya kepada pria itu? Demi Tuhan, momen ini benar-benar sangat mengganjal!
Begitu rapat selesai, Althea segera bergegas meninggalkan ruangan. Tapi langkahnya melambat saat Adimas secara tak terduga justru sudah berjalan di sampingnya. Althea tidak mau menunjukkan terlalu banyak emosi karena itu bisa membuatnya dengan mudah dilabeli sebagai tidak profesional. Sebenarnya itu bukan masalah besar; tapi penelitian ini akan jadi salah satu indikator yang menentukan kesuksesannya kelak. Dan Althea tidak mau gagal hanya karena eksistensi Adimas yang muncul dan menyebar seperti virus Covid.
“Takdir emang lucu, ya?” ucap Adimas dibarengi senyum samar. Tubuhnya sedikit condong ke arah Althea saat menambahkan, “Siapa sangka kalau kita bisa kerja sama kayak gini. Terutama kalau mengingat fokus kita benar-benar jauh dari beririsan.”
“Let’s work professionally. It won’t be that hard,” kata Althea yang berusaha sebaik mungkin untuk mengontrol emosi. Tapi kalau Adimas terus bertingkah, dia bakal mempertimbangkan untuk menendang kemaluannya.
Mereka keluar dari gedung hampir bersamaan. Langkah Althea menjadi semakin cepat; dia terlihat sangat tergesa-gesa. Tapi Adimas yang punya kaki lebih panjang selalu bisa dengan mudah menyamai temponya.
“You don’t have life, ya?” itu lebih mirip tuduhan ketimbang pertanyaan. Tapi Althea sudah tidak peduli dengan masalah kesopanan. Adimas benar-benar sudah kelewatan.
Adimas membuka pintu kafe untuk Althea—masih mengikuti bahkan duduk di sampingnya setelah memesan dua jenis latte: less sugar untuk Alteha dan normal sugar untuknya. Dia duduk di seberang Althea, hampir tidak mengindahkan segala macam peringatan yang dilayangkan kepadanya.
“It’s not like I will do some bad shits to you, Thea.”
“You won’t because you had.” Kata-kata Althea membuat Adimas membeo. Wanita itu menarik napas panjang—kemudian meminum latte yang Adimas pesan setelah memberikan selembar lima pounds tunai padanya. “Kita enggak bisa menghentikan proyek ini karena sama-sama penting buat karir ke depannya. Aku juga enggak akan bilang sama supervisor buat ngeluarin aku dari tim cuma gara-gara mantan pacarku dari beberapa tahun lalu justru gabung tim. Itu sangat tidak profesional dan aku juga enggak mau melibatkan masalah yang udah lama lewat ke dalam pekerjaan. Kita berdua sama-sama orang dewasa dan profesional yang menghargai batasan. Jadi Adimas, aku bakal sangat mengapresiasi kalau kamu juga bisa jaga sikap sebab komunikasi kita cuma diperlukan untuk masalah pekerjaan.”
![](https://img.wattpad.com/cover/364038837-288-k191322.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You
Fanfiction[ON GOING] Living like a salmon. Althea and Atzel kick on the wedding life with a very small thing in common. In searching for true love, trust, and comfort, will the two people find peace in each other company? March 1 2024