Warning!
Terdapat part tidak ramah botjil di sepertiga bagian akhir. So be a wise reader ya!
❄️
❄️
❄️“You are my fantasy on a cold dark night, my muse during the light of day and the one wish my soul would make.”
—Grace Willows—Atzel baru melangkah keluar dari stasiun saat membaca pesan dari Althea. Istrinya cuma menuliskan ‘GAWAT’ dengan huruf kapital dan tiga tanda seru di belakang. Keningnya berkerut—masih belum membalas pesan sang istri karena masih ada informasi typing. Setelah membaca pesan kedua, Atzel yang pada dasarnya lebih suka bicara langsung lantas menekan tombol telpon, membiarkan Althea mengambil alih sepuluh detik pertama obrolan mereka, sebelum akhirnya buka suara.
“I’ll be home in 20 minutes. Kita langsung ke Sainsbury’s Heyford berarti ya?”
Buru-buru Althea menyahut, “Gimana kalau aku jemput kamu aja ke stasiun? Supaya kamu nggak harus bolak-balik gitu lho sayang.”
“Bukannya kamu nggak suka nyetir sendiri ya?” tanya Atzel dengan kening berkerut. Hari ini dia lumayan sering mengerutkan dahi.
“It’s okay kalau sekarang! Aku lagi jalan keluar nih. Udah buka pintu mobil. Sekarang udah duduk. Mau berangkat. See you soon sayangku! Much love!”
Aneh. Tidak biasanya Althea mengajukan diri buat menyetir sendiri. Dia punya sense direction yang buruk, makanya menyetir terutama sendirian selalu jadi opsi terakhir yang akan Althea pilih. Tapi kalau Althea dengan sadar dan sukarela menawarkan diri untuk menyetir, maka Atzel tidak akan menolak. Hari ini pekerjaannya lumayan melelahkan dan membuat kepala pening. Dia bakal membutuhkan lebih banyak perhatian—khususnya dari Althea.
Makanya ketika bertemu, Atzel langsung memeluk Althea. Katanya setengah berbisik, “Recharge dulu. Aku capek banget.”
“Sini lihat dulu mukanya,” pinta Althea pada Atzel. Kedua tangannya menangkup pipi Atzel sebelum mendaratkan satu kecupan di bibirnya. Senyumnya terlukis saat merasakan tangan Atzel meraih pinggang dan membawanya semakin dekat.
Tapi itu tidak berlangsung lama. Kendati ini bukan hal yang tabu di sini, tapi secara pribadi Althea memang tidak suka mengumbar kemesraan di tempat umum. Oleh sebab itu dia segera melepas tautan dengan Atzel, segera menariknya ke dekat mobil, dan memintanya untuk masuk di kursi penumpang.
“Bukan aku yang nyetir?” tanya Atzel bingung.
“Kamu kan lagi ulang tahun. Anggap aja ini sebagai special treatment buat my beloved birthday boy.”
Ini menjadi ulang tahun kedua yang Atzel rayakan dengan Althea. Maret tahun lalu, Althea masih kelihatan sangat enggan buat sebatas mengucapkan ‘selamat ulang tahun’. Meski begitu, Althea yang kala itu masih suka jaga imej dan jaga jarak tetap memberinya dua buku sebagai hadiah, dan dia juga memberinya selembar surat tulisan tangan berisikan pesat singkat namun menyentuh. Setelah menikah, Althea baru bilang kalau dia mengulang sampai delapan kali sampai surat itu jadi, dan alasannya cuma karena dia tidak mau di suratnya ada typo.
Tahun ini, Althea bukan saja jadi yang pertama mengucapkam, tapi dia juga menyiapkan kejutan kecil-kecilan yang baru pertama kali Atzel dapatkan. Sampai dua tahun lalu, ulang tahunnya selalu dirayakan di hotel dengan ratusan tamu undangan yang hampir seluruhnya tidak Atzel kenal. Kebanyakan merupakan rekan bisnis ayahnya atau dewan direksi di kantor ibunya. Setiap tahun, khusus pada hari perayaan ulang tahunnya, Atzel hanya diperbolehkan punya satu emosi. Dia harus selalu tersenyum bahagia. Tapi lama-kelamaan, hal itu justru membuatnya muak. Atzel lelah memalsukan emosi secara konstan padahal yang dia inginkan hanya perayaan ulang tahun yang intim dan sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adore You
Fanfiction[ON GOING] Living like a salmon. Althea and Atzel kick on the wedding life with a very small thing in common. In searching for true love, trust, and comfort, will the two people find peace in each other company? March 1 2024