1

1.6K 50 13
                                    

Kesya dengan semangat mengepak barang-barangnya ke dalam koper. Besok adalah hari yang ditunggu-tunggu. Akhirnya Kesya akan melakukan KKN di sebuah desa terpencil di Bandung Barat. Kesya sangat bersemangat membayangkan kesehariannya di desa terpencil itu.

Berbeda dengan Kesya yang begitu antusias, Tari, mama Kesya sedari tadi menunggui Kesya berkemas sambil menangis tersedu-sedu.

"Ma, udahan dong, nangisnya. Aku cuma mau pergi KKN, bukan mau dijadikan tumbal dewa matahari kayak di pilem Doremon. Aku pergi untuk sementara aja kok, bukan pergi untuk selamanya." Kesya berusaha menenangkan mamanya.

"Hua! Kesya sayang, Mama kepikiran terus, nanti di sana kamu gimana makannya, mandinya, tidurnya ... Mama takut kamu digigit nyamuk malaria." Tari menangis lagi.

Kesya kewalahan menenangkan mamanya yang tantrum, sedang Jamal, papanya hanya menonton sambil sibuk ngemil emping melinjo sisa lebaran.

"Udah, Ma. Kesya udah besar, udah bisa jaga diri." Hanya itu yang diucapkan Jamal untuk menghibur istrinya.

"Kesya, kamu janji sama Mama. Kamu harus ngabarin Mama terus." Tari memeluk Kesya erat.

Kesya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku nggak bisa janji, Ma ...."

"Tapi, Kesya ...."

"Kata kating aku, di sana susah sinyal. Nanti, kalau aku belanja ke kota, aku usahakan nelpon Mama, oke?" Kesya masih berusaha membujuk mamanya.

Jason kakak Kesya yang baru saja pulang kerja, heran melihat adegan tangis-tangisan di ruang tamu itu.

"Mereka kenapa, Pa?" tanya Jason kepada pak Jamal.

"Tau tuh, mau pergi KKN ada aja dramanya." Pak Jamal menjawab malas.

Jason menghampiri mama dan adiknya yang sedang berpelukan. "Lo mau KKN di mana emangnya?" tanya Jason kepada Kesya.

"Ke Bandung Barat, Kak. Desa Pasir Emas." Kesya menyebutkan tempatnya KKN nanti.

Jason tampak berpikir, kemudian tersenyum jahil. "Wah, desa terpencil banget itu. Dengar-dengar penduduknya masih kanibal gitu."

Mendengar ucapan Jason, Tari kaget setengah mati. Makin menjadi-jadi tangis wanita itu. "Gimana ini, Dek? Mama takut kamu jadi korban."

"Mama, kenapa sih percaya sama omongan Kak Jason. Dia cuma bercanda aja kok." Kesya berusaha menenangkan Tari. Kemudian dengan geram mencubit pinggang Jason dengan sekuat tenaga.

"Pesan gue, lo jangan aneh-aneh. Jangan cinlok sama cowok, apalagi sampai mesum. Takutnya kejadian kayak KKN di desa penari. Ada kejadian katingku dulu, mesum sampai anunya nggak bisa lepas." Jason berkata lagi.

"Oh, iya. Mama keinget kejadian di film KKN di desa penari. Gimana, nih, Dek ... Mama takut banget kamu diincar Badarawuhi. Gini aja, kamu cari kampus lain aja, ya. Yang nggak pakai KKN segala." Tari semakin panik mendengar ucapan Jason.

"Iya, makasih nasihatnya, Kak Jason. Mending Kakak sekarang masuk kamar, sebelum gue jahit mulut Kakak pakai mesin obras." Kesya mendorong kakaknya pergi.

Akhirnya, setelah dibujuk lama, akhirnya Tari bersedia melepas kepergian Kesya, walau dengan diiringi derai air mata.

Sebelum naik bis, Tari sempat berpesan panjang lebar, membuat Kesya malu karena jadi bahan tontonan rekan-rekannya, apalagi bawaan Kesya yang paling banyak. Tari yang menyiapkan semuanya. Isinya ada obat, alat skincare dan lain sebagainya.

"Dek, ingat pesan Mama. Kamu jaga diri, ya. Jaga makan. Jangan lupa kabarin Mama kalau butuh apa-apa. Jangan lupa minum vitamin. Pakai autan kalau mau tidur ...."

Beberapa rekan Kesya tertawa mendengar ucapan Tari. Kesya sendiri malu karena diperlakukan seperti anak kecil.

Tari memang sangat protektif kepada putri semata wayangnya itu. Tidak mudah mendapatkan Kesya, Tari harus beberapa kali keguguran. Sejak kecil Kesya juga selalu sakit-sakitan, karena Kesya terlahir prematur, saat itu beratnya cuma sekilo setengah. Beberapa Minggu lamanya Kesya menjadi penghuni ruang inkubator. Untunglah Kesya bisa tumbuh normal sebagai gadis yang sehat dan ceria.

"Ma, udahan dulu, ya ... pesan dan kesannya. Bisnya udah mau berangkat ...." Kesya mencium dan memeluk mamanya sebelum naik bis. Kepergian Kesya diiringi derai tangis mamanya.

Kesya melihat dari kejauhan mamanya masih menangis di pelukan Jason. Sedang pak Jamal tidak bisa mengantar Kesya karena ada acara liga Voli antar kampung, pak Jamal adalah panitianya.

Tak terasa air mata Kesya ikut mengalir. Ini kali pertama ia berpergian jauh ke luar kota. Apalagi tanpa mamanya.

"Anak mama kenapa nangis?" Ganta yang duduk di belakang Kesya meledek.

Ganta adalah teman Kesya sejak jaman masih TK. Kesya sendiri heran, kenapa ia selalu satu sekolah dengan Ganta, malah satu kelas. Terus terang Kesya sudah muak melihat muka Ganta yang itu-itu saja, bosan.

"Anak Mama jangan lupa pakai autan sebelum tidur, cuci tangan, cuci kaki, berdoa ...." Ganta meledek lagi.

"Bisa diem, nggak?" Kesya mulai kesal dengan Ganta yang meniru gaya bicara mamanya.

"Padahal mau KKN aja, bukan mau dikirim ke wilayah konflik. Perpisahannya udah kayak sinetron," ucap Ganta lagi.

Kesya menoleh kesal ke belakang. Ia heran, kenapa dari dulu Ganta senang sekali menganggunya.

"Ganta, sebenarnya lo ada masalah apa sama gue? Lo kebanyakan waktu luang? Kenapa lo selalu ikut campur urusan gue?" Kesya bertanya dengan geram.

Ganta hanya menanggapi dengan senyuman yang menyebalkan. "Emang kenapa kalau gue kebanyakan waktu luang? Nggak boleh?"

Kesya tersenyum miring. "Makanya pacaran sana. Jomblo, sih. Udah jomblo nggak punya mama. Kasihan, ya ...."

Ganta terdiam mendengar ucapan Kesya, raut wajahnya seketika berubah. Membuat Kesya agak tidak enak hati. Tapi 'kan Ganta sendiri yang mulai.

"Hayo loh, dia marah tuh. Lo, sih, balesnya keterlaluan. Pakai bawa-bawa ortu." Tiara yang duduk di samping  Kesya menyenggol bahunya. Kesya menoleh lagi, Ganta masih diam dengan memasang ekspresi yang sama.

"Apa gue udah keterlaluan, ya?" Seketika perasaan Kesya diliputi perasaan bersalah.

"Lagian gue heran, kenapa sih kalian berdua berantem terus? Gregetan gue liatnya, pingin gue kawinin aja." Tiara berkata lagi. "Ganta juga, ngapain juga ganggu lo terus, duduk juga milih di belakang lo. Terobsesi apa gimana?" Tiara ikut-ikutan melirik ke belakang.

Sebenarnya banyak gosip beredar, kalau Ganta naksir Kesya. Tapi Kesya pura-pura cuek. Saat ini fokus Kesya hanya pendidikan. Kesya ingat pesan mamanya. Kuliah, kuliah aja. Nggak usah pakai pacaran. Lagipula Kesya sudah dijodohkan dari kecil dengan kakak sepupunya, Tristan. Sekarang Tristan sudah kerja di sebuah perusahaan BUMN.

Sejak kecil Kesya sudah didoktrin mamanya, nggak usah pusing nyari cowok. Tugas Kesya cuma sekolah, urusan cowok mama yang sediakan. Kesya nggak usah takut jadi perawan tua.

Bisa dibilang Kesya dan Tristan pacaran jarak jauh, mereka hanya bertemu sesekali. Biasanya cuma berkomunikasi lewat telepon.

Selama ini Kesya selalu percaya, pilihan mamanya yang terbaik. Kesya hanya fokus dengan pendidikan. Tidak pernah ia tanggapi cowok-cowok yang selama ini berusaha mendekati.

"Minta maaf sana." Tiara mencolek tangan Kesya yang sedang melamun.

"Udah, ah. Tidur aja yuk. Daripada pusing mikirin engsel paralon itu." Kesya menolak

***

KKN (Kuliah kerja Nikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang