20

314 16 0
                                    

Setelah Kesya pamit pulang, Fadhil (gue panggil nama aja ya, dari kemarin pak kades mulu) langsung diinterogasi oleh ibunya.

"Gimana, Dhil? Kesya bersedia menerima lamaran kamu?" tanya ibunya pak kades (kita panggil Bu Marni aja yuk) dengan penuh harap.

"Nggak ada yang melamar, Bu." Fadhil menjawab tenang.

"Terus, kalian tadi ngobrolin apa aja? Kamu itu lelet banget, sih. Ibu sampai gemes. Apa perlu ibu yang turun tangan?"

"Sabar, Bu. Jangan sampai Kesya merasa tidak nyaman. Biarkan dia fokus dengan KKN nya. Lagipula Kesya itu baru patah hati."

"Kamu ini sebenarnya beneran suka dia nggak, sih? Kok kayak nggak niat?"

"Siapa yang nggak suka sama dia, Bu? Kesya itu tipe gadis yang sangat mudah untuk disukai. Pasti di kota pun banyak yang suka dengan dia."

"Lah, itu kamu tau. Kamu harus bergerak cepat, Dhil. Jangan sampai keduluan yang lain."

"Masalahnya, Bu ... walaupun Kesya mau dengan saya, belum tentu dia mau saya ajak tinggal di desa ini. Kesya itu sama dengan Calista. Mereka gadis kota yang sudah terbiasa dengan segala kemudahan. Saya juga harus lebih berhati-hati. Karena saya pernah gagal."

Bu Marni teringat mantan menantunya. Perempuan paruh baya itu hanya bisa menghela nafas.

"Baiklah, Dhil. Terserah kamu saja. Ibu tidak akan ikut campur lagi."

***

Di messnya, Kesya pun segera diinterogasi Tiara. Gadis itu kepo apa saja yang dibicarakan Kesya dan Fadhil sampai hampir satu jam.

"Pak kades tadi ngomong apa aja, Sya?"

Kesya merasa tidak nyaman dengan pertanyaan Tiara. "Cuma bahas proyek irigasi."

"Beneran irigasi? Bohong dosa!" Tiara mengancam.

"Irigasi sama yang lain juga." Kesya meralat jawabannya.

"Yang lain itu apa?" Tiara makin gencar menyerang Kesya.

Kesya memang tidak bisa menyembunyikan rahasia dari Tiara. Gadis itu adalah sahabat terdekatnya. Setiap dia ada masalah, larinya selalu ke Tiara. Akhirnya Kesya pun menceritakan semuanya.

"Itu artinya dia melamar lo, Sya."

"Kesimpulan darimana itu? Bilang cinta aja nggak. Mana ada ngelamar." Kesya menyangga dugaan Tiara.

"Pak kades itu pria dewasa, beda sama cowok ingusan yang sukanya ngomong i love you tapi selingkuh."

Kesya menghadiahi Tiara dengan tatapan tajamnya. Setajam silet.

"Gue nggak lagi nggak bahas Tristan kok."

"Jangan sebut nama itu lagi. Gue eneg dengernya." Kesya bersiap pergi keluar kamar.

"Oke-oke. Maafin gue." Tiara buru-buru menenangkan Kesya dengan mengusap pundaknya.

"Lo yakin pak kades naksir sama gue? Soalnya gue nggak mau salah paham." Kesya meminta kepastian.

"Ya Allah, Sya. Rasa suka itu nggak harus diucapkan! Dari perlakuan dia sama lo, seharusnya lo udah bisa merasakan." Tiara menjelaskan dengan kesal.

"Menurut gue tetap harus diucapkan, minimal bilang i love you walaupun cuma sekali. Ntar takutnya gue yang kegeeran. Soalnya yang gue tangkep, cuma ibunya yang semangat, pak kadesnya mah biasa aja. Apa mungkin dia dipaksa ibunya?"

Tiara yang kesal segera menarik tangan Kesya. "Untuk lebih memastikan, gimana kalau kita balik lagi ke rumah pak kades. Kita tanya sama orangnya langsung."

"Gila lo!"

***

Bernada kayak Loly 😁

KKN (Kuliah kerja Nikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang