18

303 17 2
                                    

Kesya minta diantar Tiara ke rumah pak kades. Rencananya Kesya akan mengembalikan uang pak kades yang digunakan untuk biaya pengobatannya di rumah sakit kemarin. Waktu di kota, Kesya sempat menarik sejumlah uang di ATM.

Sampai di rumah pak kades, kedua gadis itu segera disambut ibunya pak kades dengan sangat antusias.

"Kamu apa kabar, Neng? Ya Allah sampai kurus gini kamu." Ibunya pak kades menyentuh pundak Kesya dengan perasaan trenyuh.

"Saya sudah sehat kok, Bu. Tapi memang agak susah menggemukkan badan hehe ...." Kesya tersenyum canggung. Tampak sungkan menerima perhatian dari ibunya pak kades yang kelewat baik.

"Maaf, ya, Bu. Kemarin waktu saya sakit, saya telah banyak merepotkan Ibu. Sampai tiap hari ibu masak bubur buat saya. Terus ibu juga membuatkan acara syukuran saat saya keluar dari rumah sakit." Kesya mengangguk malu, karena kegalauannya telah merepotkan orang satu kampung.

"Ulah kitu, Neng. Kamu teh udah ibu anggap sebagai anak sendiri. Asal kamu sehat, ibu sudah senang. Kamu juga begitu, anggap ibu seperti ibu kamu sendiri, ya. Jangan sungkan kalau ada yang mau dimakan, bilang aja. Nanti ibu kirim lewat kang Asep."

"Aduh, nggak usah repot-repot, Bu." Kesya merasa makin sungkan mendengar perkataan ibunya pak kades.

"Repot apa, sih? Ibu mah di rumah kerjanya kalau nggak masak, ya ngurus taneman. Nggak ada kegiatan. Cucu juga dibawa mamanya ...." Ibunya pak kades bicara sambil menerawang, mungkin sedang teringat cucunya.

Kesya teringat tujuannya semula. "Oh, ya, Bu. Pak kadesnya ada?"

Raut wajah wanita paruh baya itu langsung berbinar mendengar Kesya menanyakan anaknya. Perempuan itu mengira hubungan pak kades dan Kesya sudah ada perkembangan. Buktinya Kesya bela-belain menghampiri puteranya. Pasti karena kangen. Inilah yang ia harapkan dari kemarin. Selangkah lagi Kesya akan menjadi menantunya, dan puteranya tidak akan jadi duda abadi.

Sejak pertama melihat Kesya di acara penyambutan mahasiswa KKN, ia langsung suka. Gadis itu terlihat sangat imut dan periang. Kesya juga terlihat seperti anak penurut, penyayang dan sopan kepada orang tua. Pasti sangat serasi jika disandingkan dengan puteranya. Tidak terlihat kalau beda 9 tahun.

Perempuan itu langsung menyuruh pak kades untuk mendekati Kesya dan mengenalnya lebih jauh. Perempuan itu juga memerintahkan pak kades untuk memperhatikan semua kebutuhan Kesya, dari genset, kipas angin, sampai pompa air.

Kesya merasa aneh melihat ibunya pak kades yang tampak melamun sambil senyum-senyum sendiri.

"Ada yang perlu saya bicarakan dengan pak kades, Bu. Tentang program KKN." Kesya menambahkan.

Ucapan Kesya membuyarkan lamunan perempuan paruh baya itu.

"Sebentar. Ibu panggilkan. Dia lagi ngaji di kamar."

"Oh, kalau gitu lain kali saja saya datang lagi." Kesya merasa tidak enak karena datang di waktu yang tidak tepat.

"Nggak papa, Ibu panggil sekarang." Ibunya pak kades bergegas masuk rumah. Sedangkan Kesya dan Tiara dipersilahkan menunggu di ruang tamu itu dengan ditemani sejumlah cemilan dan minuman yang disediakan asisten rumah tangga.

Lima menit kemudian pak kades muncul bersama ibunya. Pak kades masih mengenakan baju koko, sarung dan peci. Sekilas penampilan pak kades mirip Ji Chang Wook yang sudah mualaf. Kesya segera menepis pikiran ngawurnya, ia harus fokus kepada tujuan semula, bukannya malah fokus pada sarung pak kades.

Ibunya pak kades langsung tanggap dengan mengajak Tiara untuk melihat bunga-bunga koleksinya. Agar Tiara tidak menggangu anaknya yang sedang berduaan dengan Kesya.

"Dek Kesya, ada apa mencari saya?" tanya pak kades dengan sopan.

Kesya meletakkan sebuah amplop di meja, di depan pak kades. Pria itu melihat amplop itu dengan dahi mengerut.

"Apa ini?"

"Itu uang pengganti biaya rumah sakit saya, Pak. Maaf baru saya kembalikan sekarang. Kemarin baru sempat ke kota, narik uang ke ATM."

"Nggak usah, Dek Kesya. Nggak usah diganti." Pak kades mendorong amplop itu ke arah Kesya.

"Jangan, Pak. Kemarin itu saya opname cukup lama, pasti habisnya tidak sedikit karena saya nginap di ruangan VIP." Kesya mendorong lagi amplop itu ke arah Pak kades.

Pak kades tidak mau kalah, ia balik mendorong amplop itu ke arah Kesya.

"Kalau Dek Kesya memaksa, saya akan marah."

***
Gemes banget dah, duit didorong kesana, kesini. Sini buat gue kalau nggak mau 😁

KKN (Kuliah kerja Nikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang