24

260 13 0
                                    

Kesya melepaskan diri dari Tristan dan mengusap air matanya dengan kasar. "Kakak pulang aja. Aku pingin sendiri."

"Aku nggak akan pulang sebelum kamu menarik lagi kata-kata kamu. Sebentar lagi kita akan menikah, Sya. Kita sudah lama bersama, tiga tahun bukan waktu sebentar. Keluarga besar kita juga menaruh harapan besar."

Tristan memang benar-benar serius memperistri Kesya. Cintanya kepada Kesya bukan main-main. Tristan bahkan sudah mempersiapkan rumah megah untuk ditinggali bersama Kesya setelah menikah. Dia juga sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk mewujudkan resepsi pernikahan sesuai impian Kesya.

"Tolong Kakak pergi dulu. Aku benar-benar pingin sendiri."

Dari kejauhan, Ganta melihat pertikaian diantara Kesya dan Tristan. Ia yang semula hanya mengamati dari jauh karena mengkhawatirkan keadaan Kesya, segera berlari mendekat.

"Lo nggak papa, Sya?"

Kesya melihat kedatangan Ganta, yang menurutnya malah akan semakin memperkeruh suasana.

"Kamu?"

Tristan heran melihat kedatangan Ganta. Tentu ia tau Ganta itu siapa. Adik wanita simpanannya. Tristan tidak menyangka kalau Kesya dan Ganta saling mengenal.

"Ganta, lo pergi aja. Gue nggak papa." Kesya menyuruh Ganta pergi daripada terjadi pertumpahan darah.

"Nggak, Sya. Gue akan tetap di sini." Ganta malah menolak pergi.

Kesya hanya bisa menahan sakit di kepalanya sambil bersandar di dinding. Pelipisnya terasa berdenyut hebat. Migren Kesya kambuh.

"Kita perlu bicara."

Tristan memandang tajam ke arah Ganta. Kemudian pria itu pergi menaiki mobil Pajeronya, diikuti Ganta.

Kesya yang melihat kejadian itu hanya bisa pasrah, tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan keduanya.

Untunglah Fadhil datang di saat yang tepat. Melihat keadaan Kesya yang sangat memperihatinkan, Fadhil segera menghampiri Kesya.

"Kamu kenapa?" Fadhil menangkap tubuh Kesya yang tiba-tiba limbung.

"Pak, tolong ikuti mereka. Saya ... takut ... ada apa-apa." Kesya berkata terbata-bata.

"Mereka siapa? Maksud Dek Kesya apa?" Pak kades bertanya kebingungan

"Mereka pergi ke sana ...." Kesya sempat mengucapkannya sebelum benar-benar pingsan.

***

Di kebon singkong ....

"Kamu yang memberitahu Kesya semuanya?" Tristan menatap Ganta dengan aura permusuhan yang kental.

"Iya. Kenapa?" Ganta menjawab santai.

Tanpa diduga, tiba-tiba Tristan menghadiahkan bogem mentah di pipi Ganta. Membuat pemuda itu jatuh tersungkur di tanah. Sudut bibir Ganta mengeluarkan darah.

"Manusia tidak tau terimakasih! Kalau bukan karena uang dari aku, keluargamu akan terlunta-lunta di jalanan. Papamu tidak akan hidup sampai detik ini. Kamu pikir siapa yang bayar biaya kuliah kamu?" Tristan menghadiahkan bogem kedua di pelipis Ganta.

Ganta mencoba bangkit dengan sisa tenaga yang ia punya, sambil menahan sakit, Ganta mengusap darah yang mengalir di sudut bibirnya. Ganta mencoba berdiri tegak.

"Silakan pukul lagi." Ganta malah menantang Tristan.

Tristan bersiap memukul Ganta lagi, tapi ia urungkan. Sebagai gantinya pria itu mendorong Ganta hingga jatuh tersungkur untuk kedua kalinya.

"Apa maumu?" tanya Tristan dingin.

"Tinggalkan Kesya. Nikahi kak Cyntia." Ganta berkata dengan tegas.

"Jangan bermimpi!" Tristan meraih kerah baju Ganta dan memaksanya untuk berdiri. Tristan berkata di depan muka Ganta. "Sampai kapanpun Kesya tidak akan aku lepaskan!"

"Kak Cyntia hamil anak Kakak ...." Ganta membalas ucapan Tristan.

Mendengar ucapan Ganta, Tristan tertawa terbahak-bahak. Seolah hal itu sangat lucu. Ganta heran melihat perubahan Tristan yang tiba-tiba.

Tristan menghentikan tawanya, kemudian bicara dengan nada tajam.

"Kamu yakin itu anakku?"

***

Kalau bukan anak lo, terus anak siapa? Anak gondoruwo?











KKN (Kuliah kerja Nikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang