37

246 15 1
                                    

Pagi ini pak kades dibuat pusing oleh ulah putrinya, sejak bangun tidur Sherin terus saja merengek. "Pingin main sama kak Kesya." Tadi malam pun yang dibicarakan gadis kecil itu cuma kak Kesya, kak Kesya saja.

Pak kades paham, Sherin baru kali ini punya kawan akrab. Di kota seringnya dia ikut mamanya ke klinik usai sepulang sekolah. Dan Sherin hanya bergaul dengan asisten mamanya di klinik.

"Sayang, pagi ini Ayah harus kerja. Ada yang harus Ayah urus di balai desa." Pak kades berusaha membujuk putrinya. "Gimana kalau main sama uti ( nenek)?"

"Main sama uti nggak seru. Pingin sama kak Kesya." Sherin terus merengek.

Pak kades memijit pelan pelipisnya. "Baiklah, kamu iku Ayah ke kantor. Semoga ketemu dengan kak Kesya."

Akhirnya Sherin setuju untuk ikut ke balai desa. Beruntung di sana dia bertemu dengan Kesya yang sedang membantu kegiatan posyandu.

"Kak Kesya!" Sherin segera menghampiri Kesya.

Mendengar namanya dipanggil, Kesya pun menoleh. Senyumnya mengembang melihat kedatangan Sherin.

Sherin dan Kesya segera berpelukan, seolah tak berjumpa selama bertahun-tahun.

"Bantuin Kakak nimbang adek bayi, ya?" tanya Kesya sembari menunjukkan bayi yang tertidur lelap di gendongannya.

Sherin pun mengangguk senang. Gadis itu menempel kepada Kesya kemanapun. Mengikuti Kesya yang mondar-mandir kesana kemari.

Pak kades yang melihat kejadian itu merasa sangat tersentuh. Sherin tidak pernah seperti ini kepada orang baru. Hanya kepada Kesya saja dia bisa membuka diri.

Tiara yang melihat pak kades melamun, segera menghampiri. Tiara menegur pak kades. "Mereka udah kayak adek kakak, ya, Pak?"

Mendengar ucapan Tiara pak kades langsung melirik tajam.

"Eh, maksud saya, ibu dan anak." Tiara meralat ucapannya. "Tapi lebih mirip kaka adek, sih."

Saat Dafa akan menyuntikkan vaksin kepada seorang bayi yang digendong ibunya, Kesya pun menunggu di sampingnya, sambil berpesan kepada Dafa.

"Kak, suntiknya jangan sakit, ya. Kasian adek bayinya." Kesya merasa ngeri, sesekali gadis itu memejamkan mata.

"Diem, Sya. Lama-lama kamu aku suntik juga." Dafa menjawab.

Setelah ibu bayi itu pergi, Dafa bicara kepada Kesya.

"Ini anak siapa, Sya?" Dafa menunjuk Sherin yang setia berdiri di samping Kesya.

"Ini adek aku. Kami mirip 'kan?" Kesya menempelkan wajahnya ke pipi Sherin kemudian berpose sok imut.

"Orang nanya serius juga." Dafa malah gondok berat.

"Ini anak pak kades, namanya Sherin." Kesya meralat ucapannya.

Dafa teringat sesuatu, kemudian melihat sekeliling. Benar saja, pak kades mengawasi mereka dengan mata elangnya.

"Kak, mau kemana?" Kesya mencegah Dafa yang ingin pergi.

"Mending gue kabur sebelum dilabrak pak kades." Dafa pun buru-buru kabur dari hadapan Kesya. Meninggalkan Kesya yang kebingungan.

Pak kades menghampiri Kesya. Sherin yang melihat kedatangan ayahnya, segera bersembunyi di balik punggung Kesya.

"Ayah, aku masih pingin di sini." Tampaknya Sherin takut di ajak pulang.

"Biar dia main sama saya, Pak. Nanti saya antar ke rumah." Kesya berkata.

"Nanti merepotkan Dek Kesya." Pak kades sungkan kalau Kesya harus kerepotan mengasuh anaknya.

"Nggak repot. Saya seneng kok." Kesya membantah.

"Iya, Ayah. Aku janji nggak nakal kok." Sherin ikut membujuk ayahnya. Akhirnya pak kades pun menyerah.

***

Sore harinya, sesuai janjinya, Kesya mengantarkan Sherin ke rumah pak kades, setelah mereka bermain seharian.

Kesya melihat ada sebuah mobil Pajero terparkir di depan rumah pak kades. Kesya mengerutkan kening.

"Ini mobil mama, Kak."

***

Kesya bakalan ketemu sama mantan istrinya pak kades 🤭 kira-kira cantikan mana ....

KKN (Kuliah kerja Nikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang