17

299 18 0
                                    

Hari ini mess Kesya kedatangan dua orang tamu, satunya suami Ivana yang abdi negara, satunya suami Irma. Sedang Tiara dan Kesya hanya bisa jadi obat nyamuk. Mereka pun memutuskan untuk melipir ke kebon singkong. Daripada ngenes melihat pasutri yang lagi kangen-kangenan.

"Orang-orang kenapa pada bahagia banget, ya? Bisa sampai nikah." Kesya menerawang ke arah persawahan di depannya.

"Kata siapa? Pernikahan bukan akhir segalanya. Sama kayak pacaran yang bisa putus, nikah juga bisa cerai. Hidup itu nggak ada yang pasti. Rumah tangga orang yang keliatan baik-baik saja, tau-tau bubar. Banyak kok kasus kayak begitu."

"Jangan nyumpahin deh, jahat banget tau."

Kesya merasa ngeri membayangkan rumah tangga kedua temannya akan berakhir seperti yang diceritakan Tiara. Ivana dan Irma adalah orang baik, Kesya berharap jodoh mereka juga orang baik. Bukannya orang baik akan dipertemukan dengan orang baik juga. Kesya berharap rumah tangga mereka langgeng sampai akhir hayat.

"Hubungan lo sama Ganta udah baikan?" Tiara tiba-tiba membahas soal Ganta. Ia juga menyaksikan adegan film India di pematang sawah kemarin.

"Ya gitu deh."

Kesya menjawab singkat. Baginya semua masalahnya dengan Ganta ia anggap case closed. Tapi Kesya tidak tau bagaimana perasaan Ganta, apa pria itu sudah benar-benar memaafkannya. Kesya sadar, ucapannya yang kemarin itu memang agak keterlaluan. Semuanya keluar begitu saja, Kesya merasa emosi karena Ganta seolah membenarkan perbuatan kakaknya.

"Sebenarnya dia udah baik tau. Coba kalau dia nggak ngasih tau, terus lo beneran sampai nikah sama Tristan ... bisa-bisa kena tipu lo. Selingkuh itu kayak penyakit, lo di sini setia, di sana dia buka cabang. Ngeri kena penyakit tau."

Kesya mengangguk pelan, kemudian menghela nafas dalam. "Iya, gue juga sadar. Makanya gue minta maaf ke dia."

"Terus, kapan lo ngasih tau keluarga lo?"

Kesya tampak berpikir lama. Gadis itu menggeleng pelan. Memberitahu mamanya adalah hal terberat, Kesya tidak bisa membayangkan raut kecewa di wajah mamanya.

"Nanti lah, kalau urusan kuliah udah kelar."

***

Hari Minggu jadwalnya Kesya dan kawan-kawannya untuk belanja keperluan pribadi ke kota. Jadwal belanja adalah seminggu sekali, mengingat jauhnya jarak dari kota ke desa ini. Kesya telah melewatkan jatah belanjanya Minggu lalu, waktu ia masih terkapar sakit. Saat belanja adalah yang paling ditunggu oleh Kesya, karena ia bisa menghubungi mamanya.

Melalui sambungan telepon, Kesya meluapkan segala kerinduannya kepada orang tuanya.

"Ya Allah, Kesya. Kenapa kamu baru menghubungi Mama?"

Terdengar suara kaget bercampur senang dan kesal di seberang sana.

"Maaf, Ma. Akhir-akhir ini kegiatan Kesya banyak, jadi belum sempat ke kota." Kesya merasa bersalah karena telah membohongi mamanya, Kesya hanya tak mau mamanya khawatir kalau tau dia pernah sakit parah.

"Hampir saja Mama minta kakakmu untuk mengantar ke tempat KKN. Dua Minggu lebih kamu nggak ada kabar, Mama khawatir kamu kenapa-kenapa, Dek."

"Kesya baik-baik saja, Ma. Jadwal Kesya belanja ke kota cuma seminggu sekali. Kesya 'kan pernah bilang, di desa nggak ada signal. Harus nunggu ke kota dulu kalau mau nelpon Mama."

"Kamu perlu apa, Dek? Nanti Mama kirim ...."

"Nggak perlu, Ma. Semua kebutuhan yang Mama bawain masih ada, yang habis cuma sabun mandi aja. Lagian Mama kirim pakai apa? Di sini nggak ada layanan paket, Ma."

"Beli sabun mandi aja sampai ke kota, Dek? Apa disitu nggak ada warung?"

"Kalau nggak ke kota, aku nggak bisa sekalian hubungi Mama."

"Oh, iya-ya."

Setelah hampir satu jam mengobrol dengan mamanya, Kesya pun memutuskan percakapan.  Dengan janji akan menghubungi mamanya Minggu depan.

Kesya membuka juga pesan dari Tristan yang menyerbu ponselnya, sebagian besar berisi tentang kerinduan pria itu kepada Kesya. Mungkin dulu Kesya akan senang, dan segera membalasnya. Tapi sekarang Kesya muak melihatnya, segera Kesya hapus semua pesan itu. Kesya tidak mau menyimpannya. Bahkan semua foto Tristan di galeri semua sosmednya sudah dihapus. Kesya ingin benar-benar move on.

KKN (Kuliah kerja Nikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang