11

304 17 1
                                    

Saat istirahat kerja bakti, Ganta mengajak Kesya bicara empat mata di kebon singkong. Kesya semula menolak, tapi melihat wajah serius Ganta, Kesya akhirnya setuju. Reyhan yang melihat kedua orang itu sedang nego, hanya bisa tersenyum tipis.

"Sya, Lo beneran sayang sama pacar lo itu?"

"Kenapa nanya gitu?" Kesya tak mau langsung menjawab.

"Jawab aja kenapa sih, Sya. Gue nanya baik-baik ini." Ganta memaksa.

"Sayang lah." Kesya menjawab singkat, tidak memuaskan rasa ingin tau Ganta.

"Sesayang apa?"

"Sayang banget pokoknya. Udah ah, jangan nanya gitu terus. Sebenarnya lo mau ngomong apa, sih?" Kesya mulai tidak sabar.

"Kalau misalkan kalian putus ...."

"Jahat banget lo doain kayak gitu!" Kesya memotong ucapan Ganta yang belum selesai.

"Misalnya doang. Misalnya, kalau kalian putus lo bakalan sesedih apa?"

"Yang pasti gue sedih banget, sih." Kesya makin curiga mendengar pertanyaan Ganta. Ini orang sebenarnya mau ngomong apa, sih? Muter-muter nggak jelas.

"Sampai bunuh diri nggak?" Ganta malah bertanya lagi.

"Buruan ngomong sebelum gue gampar, ya! Sebenarnya lo mau ngomong apa? Nggak usah muter-muter kayak odong-odong!" Kesya menarik kerah baju Ganta.

"Putusin pacar lo, Sya. Dia cowok brengsek." Akhirnya Ganta memberanikan diri bercerita. Setelah itu perasaannya terasa lega.

Kesya masih mencoba bersabar menghadapi Ganta. "Tau darimana dia brengsek?"

Ganta gelisah mendengar pertanyaan Kesya. "Dari ... dari ... Mukanya. Kek anjing."

"Kok lo gitu, sih? Sebagai teman seharusnya lo seneng liat temen lo seneng. Bukan malah sirik. Kemarin lo bilang pak kades begini begitu, sekarang pacar gue lo bilang brengsek. Emang, ya ... cowok paling bener di dunia ini cuma lo doang."

"Nggak gitu, Sya. Gue gini karena gue perhatian sama lo."

"Apa?"

"Maksud gue prihatin, prihatin maksudnya." Ganta meralat ucapannya.

Kesya diam sejenak, kemudian mencoba berbicara dengan tenang kepada Ganta. "Gini ya, Ganta. Gue makasih banget lo udah mau repot-repot perhatian sama gue ...."

"Prihatin, Sya." Ganta meralat ucapan Kesya.

"Yah, apapun itulah ... gue makasih banget. Selama ini gue selalu menganggap lo temen gue. Walaupun lo ngeselin tapi gue nggak pernah benci. Tapi kita tetap punya batasan. Dan lo udah melanggar privasi gue. Lo nggak punya hak nyuruh gue putus, sedangkan keluarga besar gue aja pada setuju."

"Jangan terusin, Sya. Nanti lo yang menyesal. Cowok lo itu beneran brengsek tingkat dewa. Percaya sama gue." Ganta masih berusaha menjelaskan.

"Cowok itu bukan gue yang pilih, Ganta. Ortu gue yang milih. Dan Gue percaya pilihan mereka. Menurut lo, mana yang harus lebih gue percaya, ortu gue, apa lo?"

"Gue paham, Sya. Gue cuma orang luar yang nggak punya kontribusi apa-apa dalam hidup lo, nggak seperti orang tua lo. Tapi sekali ini percaya sama gue. Nggak papa sekarang lo benci sama gue, tapi suatu saat lo pasti akan berterimakasih."

"Cukup, ya, Ganta. Kita urus aja hidup kita masing-masing. Jangan campuri urusan gue lagi. Masalah hidup gue, biar gue yang tanggung."

"Menurut lo kenapa gue repot-repot ikut campur urusan orang? Karena orang itu adalah lo, Sya. Kalau yang lain gue nggak peduli. Lo tau sendiri gue paling males ikut campur urusan orang lain. Gue cuma nggak mau lo kenapa-kenapa. Itu aja." Suara Ganta mulai meninggi.

Kesya melihat keseriusan di wajah Ganta. Dan gadis itu mulai goyah. "Kasih buktinya, baru gue percaya."

"Percaya aja, Sya. Gue nggak mungkin bohong sama lo." Ganta menolak memberikan bukti.

"Lo kalau berani nuduh, lo harus berani ngasih bukti." Kesya berkata dingin.

"Ya Allah, Sya. Apa gue harus bersumpah? Gue nggak mungkin tega bohongin lo. Gue emang jahil, tapi gue nggak jahat."

"Kasih buktinya, atau gue pergi." Kesya mengancam.

Ganta memandang Kesya dengan pandangan putus asa. "Benar-benar lo, ya. Apa nggak bisa lo percaya aja?"

"Nggak bisa!"

Ganta mengeluarkan ponselnya, kemudian membuka galeri dan menunjukkan foto seorang wanita kepada Kesya.

"Itu kakak gue. Dia hamil karena perbuatan cowok lo."

***

KKN (Kuliah kerja Nikah)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang