03. My Soul in Seoul

6.9K 408 42
                                    

Gie's POV

Aku menaruh botol susu rasa strawberry milik ku di pinggiran pagar semen samping ruko. Setelah selesai mengantar semua susu, aku kembali ke kamar kecil milik kami di atas loteng. Inginnya aku bisa berkeliling dahulu dengan sepeda, namun sadar bahwa aku belum terlalu hapal dengan daerah di sini membuat ku memilih kembali pulang. Beruntung Paman Shim sebelumnya memberi ku jatah satu botol susu, kalau tidak aku sudah kehausan sekali.

Aku menghela nafas kecil, memarkirkan sepeda ku ke gang sempit samping ruko dan menggemboknya. Lagi-lagi pemberian Joon Hyung. Dia sangat baik pada ku dan Eun Soo Noona, bahkan walau ia belum tahu siapa kami dan dari mana sesungguhnya kami berasal. Aku berjanji akan menceritakannya nanti, jika aku sudah siap, begitu juga kakak ku.

Baru saja aku akan naik ke tangga, sebuah suara yang ku kenal memanggil nama ku.

"Gie-ah! Gie Soo-ah!"

Aku membalikkan badan, Joon Hyung melambaikan tangannya pada ku sambil tersenyum cerah seperti biasa. Rambutnya yang agak berantakan berkibar dengan tiupan angin. Tubuhnya yang cukup tinggi itu mulai berlari kecil ke arah ku. Jika kalian tanya, ia cukup berotot untuk lelaki seumurnya. Mungkin karena pekerjaan di bengkel lumayan berat dan melelahkan membuat otot-otot di tubuhnya terbentuk. Terkadang aku iri jika melihat tubuh Joon Hyung, jelas saja aku iri, bagaimana tidak? Aku terlalu kecil untuk ukuran ku. Walau aku bekerja berat sewaktu di desa, itu semua tidak menghasilkan apapun untuk otot di lengan ku. Di tambah lagi kulit ku yang putih pucat turunan dari mendiang ibu. Bahkan kulit Eun Soo Noona saja lebih langsat di banding diri ku. Menyedihkan sekali bukan?

"Kau sudah pulang?" tanyanya dengan nada semangat. Aku tersenyum lalu menganggukan kepala sebagai balasan.

"Ada apa dengan dahi mu?" tanya Joon Hyung lagi agak khawatir. Aku terkejut dan memegang dahi ku, aku baru ingat kalau itu pasti masih memar. Ah... ini gara-gara pria aneh tadi...

"Ahaha, tidak apa-apa hanya terbentur stang sepeda karena aku tidak hati-hati," balas ku agak gugup. Joon Hyung menatap ku dengan bingung.

Aku buru-buru mengalihkan topik pembicaraan, "kenapa Hyung sudah pulang? Bukankah seharusnya Hyung masih bekerja?" kini gantian aku yang bertanya dengan tampang bingung. Ia jelas masih menggunakan seragam bengkelnya.

"Oh... yah... hari ini Eomma menelpon ku bahwa ia sedang tidak enak badan dan minta di belikan obat, jadi aku pulang lebih dulu," ucap Joon Hyung sambil memperlihatkan plastik berisi obat di tangannya.

"Ya sudah berikan dulu obatnya, nanti Hyung bisa di marahi pemilik bengkel bukan?" tanya ku lagi makin bingung. Kalau sedang penting kenapa mendatangi ku dulu?

"Eh- iya, hehe..." Joon Hyung menggosok tengkuknya gugup, "apakah kau sibuk sehabis ini?"

Aku menggeleng bingung.

"Aku ingin minta bantuan mu, itu pun kalau boleh, sih," katanya lagi masih dengan menggosok tengkuk.

"Tentu saja, apa itu?" kata ku. Joon Hyung tersenyum lebar. "Apakah kau mau menemani Eomma sampai aku selesai? Aku akan membawakan mu makanan sepulang nanti." Joon Hyung memberi ku tatapan memohon sambil menangkupkan kedua tangannya. Aku terkekeh kecil.

"Tentu saja aku mau, aku tidak sibuk, kok," sahut ku sambil tersenyum. Ia mengembangkan senyum sumringah dan tiba-tiba, hup!

"Ah~ terimakasih Gie-ah, kau yang terbaik!" Ia memeluk ku.

Aku menepuk-nepuk punggung Joon Hyung yang masih memeluk ku erat. Beberapa yang lewat mulai menatap kami dengan tatapan aneh. Aku meringis kecil.

"Terimakasih yah Gie-ah! Kau baik sekali!" serunya lagi sambil akan memeluk ku lagi, aku mundur beberapa langkah ke belakang. Joon Hyung tersenyum meringis. "Hehe, maaf."

My Soul in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang