04. My Soul in Seoul

5.5K 351 17
                                    

Prepare your heart, guys! Karena akan ada beberapa kejutan sekaligus dalam chapter ini. I warn yaa~

Enjoy!

.

Nathan's POV

Hari ini benar-benar melelahkan. Rumah sakit dalam masa sibuknya sekarang ini. Membludaknya pasien flu membuat dokter-dokter umum dan para perawat menjadi kewalahan.

Meskipun aku tidak mengurusi hal semacam itu, namun semua berkas-berkas yang seharusnya di tangani oleh kepala rumah sakit -dalam kasus ini, yaitu ayah ku- kini beralih menjadi tugas ku. Belum lagi kenyataan bahwa aku juga harus mengurus klinik milik ku dan Young Woo yang juga sedang dalam masa pengembangan. Membuat kepala ku semakin pusing.

Aku menarik nafas perlahan dan menghembuskannya, berusaha mengusir penat yang bersarang di otak ku. Ku harap dapat beristirahat sehabis ini. Merebahkan tubuh ku yang sudah letih dan mengistirahatkan pikiran ku.

Aku menepuk kening ku ketika sadar semua pegawai rumah di pulangkan sejak sebulan lalu sebagai hukuman dari ayah karena aku tidak becus mengurus rumah sakit. Tentu saja, aku baru!

Terkadang aku ingin sekali bicara pada ibu agar aku di perbolehkan tinggal di apartemen saja. Tapi aku sudah membayangkan, ibu pasti akan bilang,

"Jonathan-ku sayang... kau tahu 'kan rumah itu sangat berharga bagi Mom. Di sana lah awal pernikahan Mom dan Dad di bangun, di sana juga kita tinggal saat kau masih kecil, terlalu banyak kenangan bila-" dan bla bla bla. Aku tidak mau di ceramahi lagi. Cukup, aku bukan anak kecil.

Tapi jujur saja, rumah yang ku tempati terlalu besar untuk diri ku sendiri. Mungkin lain kali aku akan menyuruh Young Woo untuk tinggal saja bersama ku. Tapi... tidak tidak! Aku tidak mau mendengar kebisingan yang akan sahabat ku itu buat.

Aku turun dari mobil ku lalu membuka gerbang rumah, naik lagi ke mobil dan memasukannya ke garasi lalu menutup gerbang lagi. Semua ku lakukan sendiri, yah paling tidak hanya sampai besok. Yah, besok masa hukumannya sudah berakhir dan seluruh pegawai rumah akan bekerja kembali. Hanya sampai besok! Yosh, Jo!

Aku melepaskan jas putih ku lalu menyambar handuk dan pergi mandi. Untung saja sebelum pulang tadi aku sempat makan di luar, jika tidak perut ku pasti sudah berisik.

Air shower yang hangat mengguyur seluruh tubuh ku. Lumayan menghilangkan pegal-pegal dan menyegarkan pikiran. Setelah mandi, aku memilih kaos putih polos dan celana pendek selutut sebagai baju tidur ku.

Aku merebahkan tubuh ku di kasur besar milik ku dan memejamkan mata. Tiba-tiba aku teringat lagi dengan gadis pengantar susu tempo hari. Sudah dua minggu sejak kejadian waktu itu dan aku tidak lagi melihatnya.

Aku bersyukur ia tidak berhenti dari pekerjaannya. Karena di lihat dari susu pesanan ku yang selalu datang tiap hari. Mungkin dia datang lebih pagi sebelum aku berangkat bekerja setelah hari itu.

Entahlah, meskipun aku baru pertama kali melihatnya, tapi sorot mata itu mampu membuat ku terus-menerus memikirkannya. Aku tidak tahu ada apa dengan diri ku. Sungguh aku tidak mengerti.

Aku memejamkan lagi mata ku. Keheningan dari rumah besar ini membawa ku pada rasa nyaman dan hanyut di dalamnya. Semoga saja suatu saat aku dapat melihat wajah indah itu lagi...

***

Gie's POV

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Tapi mata ku belum juga bisa terpejam. Aku sudah berusaha untuk menutup mata ku dan tidur, tapi yang ada beberapa detik kemudian aku terbangun dengan rasa sebal.

My Soul in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang