Karena sudah sampai 40 votes di chapter kemarin, so aku post chapter ini buat kalian semua yang sudah sayang sama Gie! Yeay!
'Enjoy chingu-deul^^ ' -Gie
.
Joon's POV
Demi Tuhan!
Aku menghembuskan nafasku keras - keras kala mengingat kata - kata Eun Soo hari lalu. Apa dia bilang? Dia sudah bertemu Gie? Tanpa memberitahuku atapun ibuku? Dia tidak tahu seberapa cemasnya kami! Dan lelucon apa yang sedang dijalankannya? Gie mengalami amnesia? Yang benar saja! Aku tidak bisa percaya begitu saja pada Eun Soo. Dia seakan menghalangiku untuk bertemu Gie.
Hari ini aku sengaja mengambil cuti. Aku akan mendatangi alamat yang Eun Soo berikan padaku waktu itu dengan sebuah permohonan 'Tolong, jangan ajak dia bicara. Hanya lihat saja, dari kejauhan.' Aku tidak mengiyakannya, tidak juga membantahnya. Permintaan Eun Soo terlalu tidak masuk akal untukku.
Sebuah rumah besar berdiri dengan megah di hadapanku. Awalnya aku tidak yakin Gie tinggal di sini, sampai ketika seorang pemuda membukakan pagar dan keluarlah dia ... pemuda cantik yang ku sayangi, Gie.
Tidak pernah terbayang olehku kecelakaan apa yang Gie alami. Dari sini kulihat kaki kanannya seperti di balut kain putih. Ia juga menggunakan kursi roda sebagai alat bantu. Jika waktu bisa diputar kembali, aku tidak akan pernah membiarkannya pulang sendiri waktu itu. Aku sungguh merasa bersalah. Andai saat itu aku menemaninya pulang, mungkin sekarang kami sedang menjalani hari bahagia bersama.
Gie terlihat ceria seperti biasa walau keadaannya seperti itu. Ia bergurau bersama pemuda yang tadi membuka pagar rumah. Suara mesin mobil yang dipanaskan berderu kencang, menghantarkan seorang pria ber-jas putih layaknya dokter keluar dari rumah itu. Gie tersenyum manis padanya, lalu sedikit mengerucutkan bibirnya tanda sebal. Gie selalu melakukannya. Aku hapal betul. Tapi, kejadian berikutnya membuatku mengepalkan tangan kuat - kuat. Dia, pria ber-jas putih ーyang sangat kuyakin adalah pria yang sama yang waktu itu berada di kedai kopiー itu mencium kening Gie. Mencium Gie-ku!
Harusnya aku ke sana, menarik kerah pria itu, lalu menghantam keras wajahnya dengan kepalan tanganku. Menarik Gie untuk pulang bersamaku. Tapi tidak, aku tidak melakukan itu. Otakku bekerja cepat, jika Gie mengingatku maka dia pasti tidak akan menunjukkan wajah merona-nya pada pria itu. Gie tidak akan tersenyum malu setelah sang pria mencium keningnya. Gie harusnya mendorong pria itu jika ia mengingatku. Ini berarti ... Dia berarti benar - benar melupakanku ... Dia sungguh ... amnesia?
Aku merasa sebuah batu besar jatuh begitu keras ke dasar hatiku. Rasa khawatir yang selama ini menyelimutiku karena kehilangan Gie terbayar dengan rasa sakit yang amat sangat. Aku sangat merindukannya, merindukan senyumnya, merindukan rona manis yang menghiasi pipi putihnya, merindukan rengekannya, yang kini bahkan telah ia 'berikan' pada orang lain.
Pria dengan rambut agak kecoklatan itu lalu memapah Gie, membantunya untuk masuk ke dalam mobil. Ia melipat kursi roda yang tadi Gie pakai dan memasukkannya ke dalam bagian belakang mobil. Ia sedikit bercakap - cakap dengan seorang wanita yang ku kira mungkin seumur dengan ibuku.
"Hei, kau! Sedang apa di sana?!"
Suara teriakan seseorang mengejutkanku tiba - tiba. Ternyata pemuda yang tadi membuka pintu pagar sedang melihat ke arahku. Ia lalu mendatangiku dengan wajah curiga. Ah, sial! Aku ketahuan!
"Sedang apa kau?" tanya pemuda itu sinis. Ia mempunyai mata yang agak sipit memicing tajam tepat ke dalam mataku.
"Uhm- ah, aku sedang mencari seseorang di sini," kataku cepat. Kuharap pemuda itu percaya dengan ucapanku. Alisnya yang bertaut itu perlahan merenggang. Ia terlihat lebih tenang sekarang. Sepertinya aku berhasil meyakinkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Soul in Seoul
RomanceJung Gie Soo tak menyangka hidupnya akan begini menderita. Setelah sang ibu meninggal karena penyakit kanker yang di deritanya sejak lama, membuat sang ayah menjadi begitu putus asa dan mulai pulang larut serta minum-minum. Kakak perempuan nya, Jung...