06. My Soul in Seoul

3.9K 284 7
                                    

Karena sebagian cerita terhapus, jadi harus ter-pending lama sekali. Mohon maaf :"(

Semoga kalian suka~

.

Nathan's POV

"Good morning my angel."

Aku membuka gorden besar di kamar dengan nuansa cream pucat itu. Sinar matahari langsung berebut masuk begitu kusibak kain gordennya. Menimpa wajah cantik milik seorang pemuda bernama Gie. Pemuda cantik yang kucintai.

Hari ini begitu cerah. Matahari bersinar lebih terang dari hari sebelumnya. Hujan yang mengguyur Seoul selama dua hari kemarin tergantikan dengan pelangi indah di pagi ini.

Aku berjalan mengitari ranjang di mana Gie sedang -masih- tertidur. Mengecek aliran infus yang memberinya nutrisi selama hampir dua minggu sudah ia koma.

Yah ... sudah dua minggu.

Aku sudah menunggunya selama dua minggu untuk melihat pemuda cantikku bangun dari tidur panjangnya dan aku selalu berusaha berinteraksi dengannya, mengobrol dengannya, karena aku yakin ia mendengarku.

"Kau tahu Gie, hari ini begitu indah. Matahari seperti tersenyum pada dunia. Kalau kau bangun nanti, aku berjanji mengajakmu jalan-jalan. Bibi Seo menanam banyak bunga di pekarangan rumah, aku harap kau juga suka bunga."

Tersenyum menatap wajah damai itu. Menyibak poninya yang menutupi sebagian mata. Aku menghela nafas. Aku ingin sekali Gie bangun. Aku ingin sekali membuatnya tersenyum. Wajah cantik itu pasti memiliki senyum yang sangat manis.

Aku mendekat dan mencium pipi putihnya yang kemerahan. "Sleeping beauty, mau sampai kapan kau tertidur begini? Tidakkah kau ingin mencoba belajar berjalan? Ah ... aku lupa kalau kau belum tahu bahwa kakimu cidera 'kan? Tenang saja, aku pasti akan membantumu."

Aku tersenyum lagi. Senyum yang miris. Semua ini terlihat sia-sia 'kan? Aku yang bicara sendiri pada seseorang yang sedang tertidur damai.

Aku mengusap wajahku lelah. Hari ini aku libur lagi dari rumah sakit. Setelah minggu lalu aku meminta Dokter Han agar Gie pindah dan di rawat di rumahku saja, aku jadi jarang datang ke rumah sakit. Young Woo juga sudah beberapa kali memintaku datang ke klinik untuk membantunya di sana. Semua benar-benar menjadi sangat menumpuk dan aku malah meninggalkannya. Untung saja Seok Chun mau membawa segala berkas rumah sakit yang harus kuperiksa ke rumah.

Entahlah ... aku merasa pusat duniaku kini berada pada pemuda cantik di hadapanku. Seluruh perhatianku tertuju padanya. Andai saja kau cepat bangun, sayang ....

"Gie ... mengapa aku bisa begitu jatuh hati padamu? Padahal pertemuan pertama kita adalah moment yang sangat konyol bukan? Aku malah membuat keningmu membiru karena terantuk pagar."

Terkikik geli saat aku mengulang lagi kejadian memalukkan itu di kepalaku. Aku yang sedang terburu-buru malah bicara tidak jelas pada Gie yang kebingungan.

Aku berhenti tertawa dan kembali menatap Gie. Aku tidak tahu mengapa saat menatap wajahnya, hatiku akan berdesir hangat. Bibirku tidak bisa berhenti untuk mengembangkan senyum. Semua tentang Gie memang hal-hal yang membahagiakan.

Tok tok

Suara ketukan dari pintu kamar membuyarkan khayalanku akan Gie. Aku menoleh dan mendapati Dokter Han tersenyum di ambang pintu.

"Apa kabar?" tanya Dokter Han begitu aku mempersilahkan dirinya untuk masuk. Aku mengangguk dan tersenyum.

"Baik, tentu saja," balasku. Sekilas Dokter Han memperhatikan Gie, lalu ia tersenyum.

My Soul in SeoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang