[02]

2K 166 27
                                    

"Habis darimana semaleman?" Perempuan dengan surai biru tua itu berdiri di hadapan Jaki yang kini meneguk ludahnya dengan susah payah. Kini dirinya tengah berada di ruang tengah, ya dengan kakak sulung nya itu berdiri di hadapan nya dengan bersedekap dada dan wajah garang.

"Habis main sama Garin sama Mako." Jaki menjawab nya dengan lugas. Awalnya perempuan itu memicingkan matanya tak percaya pada Jaki, namun melihat sang adik yang tetap menunduk membuatnya menghela nafas dalam.

"Key, don't be hard to him." Mendengar ucapan dari arah tangga rumah nya itu membuat keduanya menoleh, Key Oriesa—kakak sulung Jaki yang barusan di panggil oleh sang Mami hanya diam dan mendudukkan dirinya di hadapan Jaki.

Lalu muncul lah seorang lelaki bersurai merah dengan kacamata yang membuat wajah kecil nya terlihat imut meski ia sudah berkepala tiga. Jaki yang melihat kehadiran nya lantas tersenyum senang, "Mami!" Pekiknya sembari merentangkan tangan meminta pelukan.

Harris Caine—lelaki itu hanya terkekeh ringan dan memeluk tubuh ramping itu dengan senang hati. Melupakan bahwa semalaman dirinya uring-uringan berkat seseorang di dalam dekapan nya kini. Key yang melihat itu hanya bisa mendengus pelan, sudah lelah menasehati Mami-nya untuk bisa tegas pada Jaki tiap kali ia melakukan kesalahan. Namun apa daya, Jaki memang anak kesayangan.

"Kamu kemana aja semalem, hm?" Tanya Caine dengan lembut. Ia mengusap pelan surai Jaki, sementara si bungsu di dalam pelukan nya hanya menggesekkan hidung nya di dada bidang Caine dengan nyaman.

"Mhn.. Kei cuma main, Mi. Sama Garin sama Mako."

"Then why you don't pick up my call?"

"Keasikan main, Mi.."

"Main dimana emang nya?"

"Kei di ajak ke rumah pacarnya Mako semalem, soalnya pacarnya Mako ulang tahun jadi ada party gitu."

"Okay, i understand," Caine mengecup puncak kepala si bungsu itu berkali-kali hingga membuat Jaki merasa kegelian dan tertawa, "but please let me know if you safe with them okay? Don't forget to pick up my call too."

"Aduhh iya Mamii." Jaki mengaduh singkat saat Caine mencubit hidung nya. Si surai merah itu kemudian terkekeh, kemudian beralih pada Key yang sedari tadi hanya menyaksikan mereka.

Caine lantas tersenyum ke arahnya, "gapapa, Key. Lagian ini juga pertama kalinya Kei datang ke party kayak gitu. Selama dia pulang dengan aman, that's okay."

Key yang merasa di tenangkan oleh ucapan Mami-nya itu hanya bisa kembali menghela nafas. Ia kemudian mengangguk dan mendekat ke arah mereka berdua yang masih berpelukan. Caine yang sadar bahwa Key ingin mengatakan sesuatu pada adiknya akhirnya melepaskan pelukan itu dan berpamitan untuk menuju ke dapur.

Dan kini keadaan kembali tegang karena tatapan Key yang terus mengintimidasi dirinya. "Listen, Kei." Si sulung kembali bersedekap dada di hadapan Jaki.

"Jangan mentang-mentang Mami bilang gitu dan Papi udah biarin lo keluar dari rumah sekarang, don't you think you are free now. Gue masih tetep bisa ngawasin lo."

Mendengar itu diam diam Jaki meneguk ludahnya susah payah, jujur jantung nya sekarang lumayan berdetak lebih kencang dari saat tadi Caine masih bersama nya.

"Iya, kak. Maaf udah bikin lo sama Mami khawatir." Sebetulnya penuh dengan rasa penyesalan, Caine berbicara seperti itu pada kakaknya. Ia hanya menyesal harus membohongi Key san Caine. Tapi mau bagaimana lagi, Jaki juga tidak mau jika harus adu mekanik dengan kakak sulung nya.

Pembicaraan itu berhenti disana, dengan Key yang tiba-tiba di panggil oleh Caine untuk membantu nya di dapur, dan Jaki yang mendengar suara mobil masuk ke dalam pekarangan rumahnya langsung pergi ke kamar. Ia tau itu adalah Papi-nya, maka untuk menghindari hal yang tak di inginkan terjadi, Jaki lebih memilih pergi ke kamar dan pura-pura tertidur jika nanti Key atau Caine datang mengetuk pintu kamarnya.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang