Lembayung senja kala itu menemani Souta dengan rasa bingung dan gugup dirinya kala berhadapan dengan sepasang suami-istri yang barusan mengajaknya pergi ke kafe terdekat. Beruntung nya, di meja lain ada dua pemuda lain—Marchie dan Glen, yaitu
bawahan Istmo yang seperti nya mendapat perintah dari Kevin untuk menemani diri nya.Souta sebenarnya tidak, sangat tidak mengerti dengan keadaan saat ini. Siapa pasangan suami-istri ini? Kenapa Souta merasakan hatinya berdenyut sakit kala melihat binar mata mereka yang meredup? Dan, apa urusan mereka dengan Souta?
"Izumi.."
Lamunan Souta buyar kala wanita di depan nya bersuara. Souta lantas mendongak begitu merasakan tangan nya yang berada di atas meja di genggam. "Ya..?"
Begitu Souta menjawab panggilan nya, tak ada lagi balasan. Mereka berdua memandangi Souta cukup dalam, seperti mencoba menggali jiwa Souta yang tertelan kebingungan.
Kulit wanita itu pucat, pipinya tirus dan matanya cekung. Dia nampak seperti mayat hidup. Dan pria di sampingnya juga sama. Kurus, pipi tirus, tidak berambut. Tapi anehnya, Souta merasa tak terganggu dengan hal itu.
"Izumi benar-benar ga ingat sama Bunda?"
Bunda..
Manik biru cerah itu spontan membola sempurna ketika mendengar ucapan wanita tadi. Dan kali ini Souta merasakan sesuatu seperti menghantam hati nya,
Sesak.
"Bunda? Bunda yang buang Souta di panti asuhan?" Genangan air mulai terlihat di kedua pelupuk sipit cantik Souta yang menatap lurus pada wanita itu. Sementara manik legam wanita di hadapan nya menyorot sebuah kesedihan yang mendalam.
Wanita di hadapan Souta menggeleng ribut, "no, Izumi. Bunda engga buang kamu ke panti asuhan. Justru, justru Bunda yang kehilangan kamu.." manik wanita itu juga mulai berkaca-kaca, dan pria di sebelahnya mulai merangkul pundak sang istri untuk ia elus perlahan.
"Cia, jelasin nya pelan pelan, ya?"
Mendengar lirihan yang ikut menyapa rungu Souta membuat manik berkaca milik si surai biru menoleh pada pria itu. Dan pria itu juga sama, menampilkan sebuah genangan air mata di pelupuk sipitnya, yang terus fokus pada wanita di samping nya.
Apa itu Ayahnya? Apakah ini benar-benar keluarga nya? Tapi mengapa Souta tak merasakan ada setetes darah mereka yang mengalir, meronta, meminta sebuah pelukan untuk kembali?
"Izumi, Bunda mohon.. kembali sama Bunda dan Ayah, ya? Bunda janji, Bunda ga akan ngebiarin kamu di ambil lagi sama bajingan-bajingan itu. Bunda janji akan jaga kamu. Bunda—Bunda bakal beri semua yang Bunda punya untuk
kamu."Souta bisa merasakan jika genggaman di tangan nya itu mengerat, sebelum dengan cepat Souta melepaskan nya. Air matanya sudah berlumuran di pipinya yang basah, meninggalkan jejak begitu saja. Nafas Souta terengah sejenak, ia menatap Cia dan Imbot yang menatapnya penuh harap.
"Souta.. Souta minta maaf, Souta butuh waktu buat berfikir. Kalau gitu Souta pamit." Jemari mungil itu bergerak cepat untuk menyambar tas nya di bawah meja dan beranjak dari tempat duduknya.
Namun tiba-tiba sebuah tangan menggenggam pergelangan Souta yang membuat langkahnya terhenti. Souta segera menoleh, dan mendapati Cia yang sudah menangis tersedu-sedu di hadapan nya.
"Izumi, Bunda mohon! Pulang sama Bunda! Bunda gamau kamu justru di siksa juga sama mereka!"
Souta mengerutkan kening nya bingung kala ia tak mengerti dengan ucapan Cia. Kepada siapa kata mereka itu mengaju? Siapa yang Cia maksud?
"Maaf, nyonya. Tapi Souta sudah harus kembali ke rumah." Glen tiba-tiba datang dan menarik perlahan tangan Cia dari pergelangan Souta.
Sementara Marchie berdiri di samping Souta dan memegangi pundak pemuda itu kala dirinya terhuyung. Maniknya menatap sedih pada Souta yang nampak kebingungan dan kecewa atas semua ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
RandomPertemuan tak sengaja keduanya yang membawa mereka pada malam panas yang tak akan pernah mereka kira bagaimana ujung nya.