[19]

1K 101 13
                                    

"Gimana?" Pertanyaan itu terlontar dari Jaki yang meraut kebingungan.

Krow menghela nafasnya sejenak. Satu tangan nya bergerak menyentuh pipi Jaki dan mengusap nya dengan perlahan. Sebetulnya ia tak tau harus bercerita darimana, sebab kabar yang ia terima juga begitu tiba-tiba.

"Jak, aku pergi ke Singapore lusa. Aku tau ini tiba-tiba, sejujurnya juga aku masih kaget karena Papa ngasih tau kabarnya baru tadi siang, tapi aku juga gabisa apa-apa," ucapan nya menggantung di udara. Buat Jaki menatap nya dengan lekat, dengan sorot mata yang tak bisa di jelaskan.

"Aku di sana 3 bulan aja, kok. You don't need to worry." Krow mengecup jidat itu singkat. Bersama dengan senyuman nya yang mengembang, berbeda dengan Jaki yang kini suram.

"Tetep aja... Nanti kita jauhan, gabisa peluk, gabisa cium..." Dengan wajah melas, Jaki merengek. Tubuhnya makin ia dekatkan dengan yang lebih tua, hingga kini dada mereka bersentuhan. Jaki lantas menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang dominan. Menghirup dalam-dalam aroma Krow yang masih segar.

Tapi Krow yang kegemasan justru tertawa ringan, tangan nya bergerak mengusak surai merah muda Jaki yang masih menyembunyikan wajahnya.

"Don't be sad, sayangg. Kalau kamu sedih gini, nanti aku jadi gabisa ninggalin nya." Si dominan berusaha menangkup wajah Jaki agar kembali bersitatap dengan nya.

Mata berkaca-kaca dan hidung nya yang memerah itu berhasil membuat Krow mengulas senyum menahan gemas.

"Yaudah, selama sisa waktu ini kita habisin buat pelukan, ciuman, yang lama ya? Yaaa??" Krow menaik turun-kan alisnya. Mencoba menghangatkan suasana yang mendadak menjadi sedih.

Yang lebih muda justru menggeleng pelan, "gamauu.. maunya setiap hari. Gamau cuma dua hari doang pelukan sama ciuman nya." Rengeknya lagi.

"Terus, kan.. kak El baru pulang. Masa kamu udah pergi?" Kali ini Jaki menatap Krow dengan lamat. Sirat kesedihan nya tersorot jelas.

"Harusnya sih untuk itu Papa udah mikir mateng-mateng dan bikin keputusan juga sama El,"

Balasan itu Jaki terima dengan spontan. Entah mengapa langsung membuat Jaki bungkam. Rasanya ada sesuatu hal yang membuat Krow ingin sekali pergi jauh darinya. Seperti Krow yang tak ingin menyangkal tiap pertanyaan yang ia lontarkan barusan. Apa mungkin ada seseorang istimewa yang menunggu nya di sana.

Namun Krow terlalu peka untuk Jaki yang begitu mudah di tebak dari mimik wajahnya. Maka dari itu, si pemilik surai abu yang lebih tua mengecup bibir Jaki dengan cepat dan berkali-kali. Mampu membuat Jaki terdiam dan mengerjap cepat.

"Aku di sana juga cuma liat-liat gedung sama karyawan nya. Lagian ini juga salah satu bentuk kerja sama perusahaan Papa sama perusahaan Papi, Jakii." Suara Krow menjelaskan dengan lembut. Hal itu tentu membuat Jaki menjadi tergerak hatinya, mencoba untuk mengiyakan apa yang Krow ucapkan.

"Umng... Tapi janji cuma 3 bulan, ya?" Jari kelingking kecil itu mengacung di hadapan wajah mereka.

Krow sempat tersentak sesaat, sebelum ia sadar dan tertawa. "Janji, sayang." Dan jari kelingking yang lebih besar milik Krow langsung bertaut di milik yang lebih kecil.

...

Tapi esok harinya, wajah Jaki masih terus murung. Padahal pagi ini mereka ada janji untuk pergi. Krow tau bahwa penyebab nya masih tentang percakapan mereka semalam.

"Gausah di pikirin terus," celetukan itu datang dari Krow yang duduk di kursi kemudi. Si surai merah muda yang sedari tadi melamun sedikit tersentak akan kedatangan Krow di sebelahnya,

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang