[05]

1.6K 129 16
                                    

Pagi itu, si surai biru terang sudah cemberut di meja makan. Caine, Papi dan Key sudah lelah membujuknya yang merajuk. Sementara si bungsu baru saja keluar dari kamarnya dengan pakaian sederhana. Kaos hitam lengan pendek dengan celana training yang membalut kaki jenjang nya. Berbeda dengan Caine, Rion dan Key yang sudah berpenampilan rapih, dan Souta juga.

"Kenapa? Kok Sou cemberut?" Jaki yang memang baru saja bangun bertanya begitu ia melihat Souta cemberut di meja makan. Ia menarik kursi dan duduk di sebelah Souta.

Tapi Souta justru memalingkan wajah nya ke samping, masih merajuk. "Sou gamau pulang sekarang." Ucapnya untuk yang kesekian pagi itu.

"Kenapa gamau? Emang Sou ga kangen sama Omah sama Abah Istmo?" Caine bertanya lembut setelah meletakkan sepiring omelette di hadapan Jaki.

"Engga! Sou mau disini aja sama abang Kei, bunda Key, Papi Rion sama Mami Caine!"

"Emang di rumah ga ada Daddy Kevin sama Ayah Zora?"

"Ada! Tapi Daddy Kevin suaranya gede! Sou kan takut kalau ngomong sama dia jadinya, tapi kalau Ayah Zora sih baik.. dia suka beliin Sou permen sama pop ice."

Mendengar itu Papi tersenyum dalam diamnya sembari menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya, "suruh Ayah Zora cari suami yang lain aja, Sou. Yang modelan kayak Papi contohnya."

"Nah iya itu!" Souta berbinar-binar mendengarnya. Sementara Rion sudah kepalang sombong, membuat seisi meja menatapnya dengan jengah.

"Bilang aja Papi mau sama Uncle Zora." Celetukan Jaki itu mendapatkan tatapan terkejut dari Rion. Ia diam diam melirik ke arah Caine yang sedari tadi memperhatikan dirinya, kemudian tersenyum. Senyuman yang cukup membuat Rion merinding.

"Weh gila kali kamu, Kei! Mana ada Papi sama Uncle Zora. Mami Caine yang cantik jelita aja Papi mah udah cukup."

"Hilih." Key pun kini ikut angkat bicara. Dan pagi itu mereka habiskan dengan canda tawa di meja makan sebelum Souta kembali ke kota nya di antar oleh Rion, Caine, dan Key. Sementara Jaki diam di rumah, hitung-hitung ikut menjaga rumah.

Maka, setelah kepergian mobil yang di isi keluarga nya itu. Jaki lantas menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya. Ia cukup bosan sekarang, tangan nya bergerak mengambil ponsel namun tak ada yang menarik di sana. Ia kembali meletakkan ponsel itu di atas kasurnya, sementara dirinya menatap langit-langit kamar.

Tiba-tiba dirinya teringat kejadian kemarin. Kejadian dimana pertemuannya dengan Krow yang tidak di sengaja. Awalnya ia hanya bermain biasa dengan teman-teman nya dan juga Souta, mereka mengambil beberapa gambar di photo booth dan membeli beberapa jajanan dan juga makan di restaurant yang baru buka. Sebelum Souta menarik tangan nya begitu mereka keluar dari restaurant dan mengajaknya ke toko mainan anak-anak.

Dan tak menyangka sama sekali di sana Jaki akan kembali bertemu dengan Krow. Jujur, selama seminggu kemarin Jaki sama sekali tidak memfokuskan pikiran nya pada Krow. Di pikirnya ya Krow hanya teman satu malam nya kala itu saja. Walau tiba-tiba wajah tampan Krow di atasnya kala itu terkadang menghantui nya ketika ia akan terlelap.

Tapi hal itu tak Jaki hiraukan, sebelum mereka bertemu. Dan Jaki tak mengerti sama sekali mengapa jantung nya bisa berdegup hebat ketika bersebelahan dengan lelaki itu, atau ketika mereka saling pandang, dan ketika memperhatikan Krow yang mengoceh pada Garin atau Gin. Itu semua membuatnya berdebar tak karuan, entah mengapa.

"Astaga, siapa yang nelpon juga?"

Di tengah lamunan nya itu, tiba-tiba ponselnya berdering. Saat di lihat siapa yang menelpon nya, itu hanya nomor biasa. Jaki mengerutkan kening nya, dengan ragu ia mengangkat telepon itu.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang