[13]

1.3K 120 18
                                    

"Pelukk!!!"

Setibanya di kamar, Jaki langsung merentangkan tangan dan meminta pelukan dengan wajah cemberut pada Krow yang hanya melempar tawa. Si dominan itu bersedekap dada, sepintas ide jahil terbesit dalam benaknya.

"Yang bener dong minta peluknya. Masa sambil cemberut gitu mukanya."

Namun bukannya merubah raut wajahnya, Jaki justru makin cemberut mendengar itu. Tapi dengan berusaha ia menetralkan wajahnya, mencoba tersenyum dan kembali merentangkan tangan nya.

"Peluk!"

"Nope."

"IHHH?! TERUS GIMANAA?!"

Krow kembali tertawa mendengar protes dari Jaki yang menggema di dalam kamar itu. Lantas ia langsung menerjang Jaki dengan pelukan dan juga mencium seluruh bagian wajah milik si cantik di bawahnya.

Jaki sendiri hanya bisa terkikik kegelian sebab merasa tiap inci wajahnya bersentuhan dengan bibir Krow yang basah. Sebelum belah bibir itu bertemu dengan bibir tipisnya. Krow perlahan meraup bibir itu dan menggigit bagian bibir bawah Jaki yang langsung terbuka, lantas ia melesakkan lidahnya ke dalam sana dan memperdalam ciuman mereka.

Hal itu membuat tangan Jaki mengalung di leher Krow sembari beberapa kali desahan tertahan nya lepas begitu saja sebab nikmat yang ia rasakan menjadi berkali-kali lipat ketika tangan Krow bergerak menelusup ke dalam pakaian yang ia kenakan. Tangan kekar itu dengan sensual mengusap punggung mulus milik Jaki membuat tubuh si cantik melengkung begitu merasa sensitif akan sentuhan dari si dominan.

"Ahh.. slowly, please.." keluh Jaki setelah ciuman itu selesai dan Krow yang terasa begitu buru-buru segera menyingkap bajunya dan meraup puting miliknya.

Lidah itu dengan lihai mempermainkan puting Jaki hingga basah. Sementara tangan nya bergerak juga untuk menyentuh puting Jaki yang satunya. Mencubit, memelintir dan menarik-narik hingga Jaki mengerang keenakan.

"Abang Ke—i?"

Seketika keduanya langsung terlonjak dan buru-buru merapihkan pakaian mereka masing-masing. Jaki langsung bangkit dari kasur dan menatap Souta yang memandang mereka dengan terkejut, di belakang nya berdiri Gin yang menahan tawa melihat kejadian barusan.

"Enak banget—

Plak!

Belum sempat Gin menyelesaikan ucapan nya, mukanya lebih dulu Jaki lempar menggunakan sendal kamarnya. Dengan cepat Jaki menghampiri Souta yang terlihat masih terkejut, "i-iya itu.. emmm.. tadi Krow lagi—

IHHH OM-OM CABUL!!"

Namun Souta lebih dulu berlari ke arah Krow dan memukuli tubuh besar itu menggunakan tas ransel nya. Jaki juga baru sadar bahwa Souta masih mengenakan baju seragam dan kaos kaki yang menandakan bahwa ia baru saja pulang sekolah. Tapi kenapa Gin ikut bersamanya?

"Lu ngapain kesini? Mana sama Souta." Tanya Jaki yang mulai tidak memperdulikan keadaan Krow yang sekarang babak belur akibat terus Souta pukuli gunakan tas nya.

"Gue tadi ketemu tuh sama anak itu di jalan, ya awalnya mau lewat aja tapi pas ngeliat di kaca spion dia jalan nunduk kayak orang nangis ya gue samperin aja. Eh beneran nangis itu bocah, terus minta anterin kesini, yaudah gue anterin. Gue kan orang baik."

Begitu mendengar pujian menggelikan di akhir kalimat dari Gin untuk Gin sendiri itu membuat Jaki meringis sembari berdigik geli mendengarnya. Namun seutas tanya terbesit dalam benak, mengapa Souta menangis di perjalanan pulang nya? Apakah ada seseorang yang mengganggu nya?

Maka dari itu, Jaki menarik Souta yang masih terus memukuli Krow dan mendudukkan tubuh mungil itu di kasur. Sementara Souta yang di perlakukan demikian dengan tiba-tiba hanya mengerjap pelan dan menatap bingung pada Jaki yang kini berlutut di hadapan nya sembari Jaki memperhatikan apakah ada luka di tubuh Souta. Namun tubuh kecil itu nampak baik-baik saja. Lantas apa yang membuat Souta menangis seperti yang Gin katakan tadi?

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang