[12]

1.1K 98 10
                                    

Senyum itu mengembang dengan sangat lebar di wajahnya, si surai merah muda memutar-mutar tubuhnya di hadapan cermin, memastikan bahwa tak ada lagi yang kurang dari dirinya yang sekarang akan pergi berkencan. Ya, berkencan. Di siang bolong terik panas matahari ini akan Jaki lewatkan dengan berkencan bersama sang pujaan hati, Krow Thornes.

Sebetulnya mereka ada janji jogging pagi tadi, tapi harus di batalkan sebab Jaki yang bangun kesiangan. Ya meski yang di salahkan tetap saja jam weker nya yang tak berbunyi, padahal ia sendiri yang lupa menyetel alarm pada jam nya. Suka suka Jaki saja, lah. Intinya sekarang lelaki manis itu sudah siap dengan kaos hitam lengan pendek juga celana bahan yang membalut kaki jenjang nya,

"Ih gila cakep banget gue." Dengan percaya dirinya ia berpose di hadapan cermin. Sebelum ia sadar akan tingkah konyol yang barusan ia lakukan dan tertawa. Mungkin jika sekarang Caine masuk ke dalam kamarnya, si surai merah itu akan segera menelpon pihak rumah sakit agar mendatangkan psikolog ke rumahnya.

Tapi Jaki tetap lah Jaki. Ia sekarang tengah jatuh cinta, mana bisa ia tidak bertingkah begitu bersemangat meski hanya akan pergi ke taman hiburan di siang bolong begini? Ia akan berjalan berdampingan bersama Krow! Jelas Jaki sangat gembira dan antusias.

"Keii! Ini ada Krow!"

Teriakan Caine yang terdengar dari bawah itu membuat tubuh mungil Jaki terjengit. Mendadak jantung nya berdegup tak karuan seperti di bawa lari marathon tak berhenti. Namun dengan cepat ia menarik nafas dan membuang nya perlahan,

"Tenang, Jak, tenang... Ekhem," surai merah muda yang sedikit berantakan itu ia rapihkan di hadapan cermin. Setelahnya Jaki bersikap tegap, diam sejenak, otaknya mencerna apa yang harus ia katakan nanti ketika ia bertemu dengan Krow.

"ARGHH!! Udahlah! Ribet! Gausah! Langsung cium aja!" Lalu terdengar bunyi pintu yang di banting.

Caine yang mendengar itu dari bawah hanya bisa menghela nafasnya. Lama-lama terlihat juga sifat Rion dan Key yang menurun pada si bungsu. Lantas pandangan nya teralih pada Krow yang hanya bisa meringis melihat Jaki berjalan dengan langkah lebar ke arah mereka yang berdiri di depan pintu,

"Ayo! Aku udah siap!"

Krow menahan tawa nya melihat dahi Jaki yang mengkerut, "kalau masih mau dandan, dandan aja dulu. Aku tungguin. Gausah ngambek karena keburu-buru gitu." Ucapnya sembari menyandarkan tubuhnya di samping tembok.

"Siapa yang ngambek? Udah ayo berangkat!"

Kekehan terdengar dari kedua orang itu ketika Jaki melangkah melewati mereka berdua. Jaki memang mengatakan hal seperti itu, namun raut wajahnya tak bisa berbohong bahwa ia tengah kesal dengan suatu hal. Caine sendiri juga geleng-geleng kepala melihat kelakuan anaknya, maksudnya, mengapa Jaki bisa begitu menggemaskan bahkan di umurnya yang sekarang.

"Duluan ya, Mi. Takut bayi itu makin ngambek."

Setelah mendapatkan balasan anggukan dari Caine, si surai abu itu langsung berlari keluar rumah gedong milik keluarga sang kekasih dan menemukan si manis sudah berada di dalam mobilnya. Krow tak lagi mampu menahan senyum nya, bahkan ketika wajah itu terhalang kaca, ia masih dapat melihat raut kekesalan yang menggemaskan dari sana.

"Kenapa sih, hm?" Pertanyaan itu langsung keluar ketika Krow masuk ke dalam mobil dan mendudukkan dirinya di kursi kemudi. Ia melirik pada Jaki yang memalingkan wajah darinya,

"Kamu kenap—

Belum sempat Krow menyelesaikan kalimatnya, mulutnya lebih dulu di bungkam oleh kedua belah bibir yang memaksa bertemu. Jemari Jaki yang menarik rahang nya itu kini menumpu pada pipi Krow, mengelusnya dengan lembut.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang