Denting jam terdengar jelas di ruang inap yang tengah terisi beberapa orang di dalam nya. Suasana nampaknya sedang tegang, ketika Kevin dan Gin saling berhadapan. Nampaknya akan terjadi interogasi mendadak.
"Kata Krow, kamu suka sama Souchi?-maksudnya, Souta."
"MANA ADA?!"
"GA ADA OM!"
Pertanyaan Kevin itu langsung mendapatkan jawaban keras dari dua oknum yang tengah di bicarakan. Kevin spontan melempar tatapan tajam pada Souta yang tengah duduk setengah berbaring di atas ranjang dengan Zora di sebelahnya yang hanya bisa geleng-geleng kepala.
Awal dari semua interogasi ini karena Krow dan Jaki yang sengaja menyuarakan godaan pada Gin yang secara tiba-tiba datang ke ruang inap Souta. Padahal tak ada dari mereka berdua yang memberi tau keadaan Souta pada Gin. Tapi bisa saja Souta sendiri yang memberi tau Gin tentang dirinya.
Tau bahwa semua ini karena tingkah sahabatnya, Gin menatap tajam pada Krow dan Jaki yang tengah cekikikan begitu sadar bahwa mereka di tatap oleh Gin yang siap meledak. Jika saja tak ada Kevin Zora dan Rion Caine tentunya.
"Ekhem, mungkin ini terlalu privacy jadi.. Krow sama Jaki keluar dulu yaa. Bye byee Souta dan Gin!!" Tiba-tiba Krow berceletuk seraya menggenggam jari jemari Jaki dan membawa nya keluar dari ruang inap itu.
"Gue sama Caine juga kayak nya keluar deh, Vin." Rion ikut bangkit dari sofa dan di susul Caine di sebelahnya. "Duluan ya, Vin, Zor. Semangat interogasi nya."
Terdengar kekehan ringan mengalun dari Caine yang melambaikan tangan pada mereka. Sementara semua orang yang tersisa di dalam ruangan hanya memandang kepergian mereka yang secara bertahap.
"Oke," tatapan Kevin kembali pada Gin setelah pintu ruang inap itu tertutup oleh Rion.
Gin spontan menegang. Tubuhnya terduduk tegap seperti sebelumnya sebab gugup harus menjawab apa. Tangan nya yang masih menenteng martabak juga sudah berkeringat dingin dan gemetar.
"Saya tanya sekali lagi, ya." Kevin menatap Gin makin dalam,
"Kamu bawa martabak manis atau telor? Kalau telor, sana keluar. Saya maunya yang manis."
Ingatkan Gin bahwa di hadapan nya ini adalah orang tua yang sudah hampir berkepala tiga. Kalau tau pertanyaan nya begitu, harusnya Gin menjawabnya dengan leha-leha sejak tadi.
"Saya bawa terang bulan sih, om.." ragu-ragu Gin meletakkan kresek putih itu di atas meja.
Kevin pun dengan tergesa membukanya, dan benar saja, wangi khas martabak rasa keju coklat langsung menyeruak ke dalam ruangan. Martabak itu nampak masih hangat, coklatnya meleleh dengan keju nya yang terlihat berlipat ganda hingga membuat martabak itu terlihat berisi.
Air liur Kevin sudah tak tertahan, bahkan sampai menetes ke meja. Tapi buru-buru ia bersihkan. Mau gimana pun, Kevin tetap jaga image di depan orang yang baru dia kenal.
Buru-buru Kevin tutup lagi martabak itu, "oke. Kamu boleh jengukin Souta. Tapi ada satu syarat."
Gin udah berdoa dalem hati, semoga kali ini ga melenceng permintaan nya seperti apa pertanyaan Kevin barusan.
"Apa, om?" Tanya Gin pelan.
"Kalau kamu bikin Souta baper dan apa yang Krow sama Jaki bilang tadi, kamu harus berhadapan sama saya lagi." Ucapnya tegas. Kemudian pria itu bangkit dari duduknya, buat Gin mendongak dengan ragu.
"Sehabis dari sini, temui saya lagi." Setelahnya, Kevin beranjak dari sana dan menggandeng tangan Zora untuk ikut pergi keluar dari ruangan.
Dan kini hanya tertinggal si surai biru dengan Gin yang masih meneguk ludahnya dengan kasar. Helaan nafas terdengar yang membuat Gin menoleh ke arah Souta yang mencoba untuk bangkit dari atas ranjang seraya memegang tiang infusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love
RandomPertemuan tak sengaja keduanya yang membawa mereka pada malam panas yang tak akan pernah mereka kira bagaimana ujung nya.