"Mamah..." Favian terkejut dengan kehadiran mamah nya yang telah pergi meninggalkan nya selama 8 tahun ini.
"Vian..." panggil mamah yang sedang duduk dikursi roda dan menangis sembari melihat ke arah Favian.
Favian yang masih kaget hanya bisa mematung dan terdiam hingga tak sadar airmatanya telah keluar, Favian mengeraskan rahangnya menahan seluruh emosi yang ia pendam. Sedih, marah, bahagia semua tercampur menjadi satu hingga membuat Favian tak mampu untuk bicara.
Disebelah sang mamah, Favian melihat sosok lelaki yang ia jumpai tadi. Lelaki itu menggendong Key yang membuat Favian mengerti dengan kondisi ini, ia hanya bisa tersenyum pahit melihat mamah nya telah bahagia bersama keluarga baru nya. Walaupun, ia merasa sangat hancur ketika tau tentang semua itu.
Ia harus menderita disebabkan sang ayah yang tak menganggap nya sebagai anak, Favian lagi lagi tak kuasa menahan airmatanya hingga kaki nya menjadi lemas dan jatuh ke lantai. Malik yang melihat hal itu langsung menghampiri Favian dan membantunya untuk bangun, akan tetapi Favian menolak nya.
"Favian, ayo bangun." Ucap Malik sembari mengangkat badan Favian yang terjatuh kelantai.
"Gue nggak apa apa..." Sahut Favian yang masih terduduk di lantai dengan senyum palsu nya dan juga airmata yang terus mengalir.
"Favian, bangun." Tarik Malik yang masih berusaha membantu Favian untuk bangun.
"Lepasin gue!" Bentak Favian sembari melepaskan tangan Malik yang membantunya.
Favian menutup telinganya ketika ia kembali teringat dengan ucapan sang ayah, ia bangun dan berlari keluar dari ruangan tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada mamah nya.
"Favian!" Panggil Malik yang berusaha mengejar Favian.
"Udah, mah. Mungkin Vian butuh waktu untuk menerima ini semua, nanti kita balik lagi ya." Ucap Om Argan, suami mamah nya Favian yang sekarang atau ayah nya Key.
Mamah hanya bisa menatap Favian yang sudah menghilang dari penglihatan nya, Om Argan pun mendorong kembali kursi roda sang istri untuk kembali ke ruangan nya.
***
Favian merasa sudah berlari cukup jauh, ia berlari ke arah rooftop rumah sakit dan melampiaskan semuanya disana. Ia terduduk diam sembari memukul kepala dan menutup telinga nya, perkataan ayah kembali menghantuinya. Favian hanya bisa menangis sembari memeluk kedua kaki nya dengan badan yang gemetar, ia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat hingga membuat tangannya memutih.
"E-enggak... Favian i-ini a-anak k-kandung, ayah." Ucap Favian pelan sembari menutup telinga nya.
"A-ayah nggak mungkin b-benci sama Favian, a-ayah n-nggak... HUUUAAAAA!!" Teriak Favian yang sudah tak mampu mengontrol emosi nya.
Favian kembali berdiri dan berjalan ke ujung tembok rooftop, ia memandangi langit yang cerah itu dengan tatapan sendu.
"Apa gue mati aja ya? Seenggaknya kalo gue mati, gue nggak bakalan jadi beban lagi bagi oranglain." Fikir Favian yang mulai lelah.
Disaat yang bersamaan Malik, Theo, Bono, dan Eza menghampiri Favian yang sudah berdiri di atas tembok rooftop. Mereka menarik Favian untuk turun, Favian yang terjatuh hanya terdiam bahkan dengan telinga yang sudah tampak memerah akibat pukulannya.
"LO MAU MATI, JUNE?!!" Marah Eza dan Favian hanya terdiam tanpa menatap mereka, Favian hanya menatap langit dengan tatapan kosong.
"FAVIAN, SADAR!! LO HARUS SADAR, SYAUQI ARJUNE FAVIAN!" Bentak Malik sembari menggoyangkan badan Favian akan tetapi, Favian masih tak menghiraukannya.
"Favian, gue tau pasti berat banget ngehadapin semuanya dengan sendiri. Tapi, lo masih ada kita kita. Lo nggak sendiri, Favian. Kalo ada masalah cerita sama kita, kita bakalan selalu ada buat lo. Jangan pernah lo berniat buat ngakhirin hidup kayak gini, lo harus ingat sama Maria. Gimana kalo dia tau kalo lo berniat buat ngakhirin hidup, dia pasti sedih dan ngerasa bersalah sama lo dan lo nggak mau kan hal itu terjadi?" Ujar Theo sembari mengusap punggung Favian.
Favian menatap ke arah teman teman nya dan tersenyum, ia bahagia bahwa masih ada seseorang yang mengkhawatirkan nya.
"Makasih buat lo semua udah khawatir sama gue, gue tau kalo gue seburuk itu bahkan ayah gue aja ragu kalo gue anak kandung nya." Ucap Favian dengan senyum palsu nya.
"Gue tau, gue nggak pernah bisa jadi anak kebanggaan mereka karena itu mamah pergi dan memilih kebahagiaan nya yang baru. Sedangkan ayah, nggak pernah bangga punya gue jadi untuk apa gue masih hidup?" Jelas Favian yang kembali menatap langit.
"Semua nya bukan salah lo, Favian. Orangtua lo pergi itu karena keputusan mereka, bukan karena lo. Dan itu juga bukan tanggung jawab lo buat memperbaiki yang rusak. Bukan tugas lo juga bikin oranglain bahagia dan sekarang, gue harap lo bisa luangin waktu untuk diri lo sendiri tanpa mikirin oranglain. Lakukan apa yang pengen lo lakuin, jangan terbebani sama oranglain. Ini hidup lo, cuman tuhan dan lo yang bisa ngatur nya." Ujar Bono sembari menarik Favian untuk duduk dilantai rooftop bersama mereka.
Favian yang mendengar hal itu mencoba perlahan menerima semuanya, ia bahagia melihat sang mamah bahagia bersama keluarga baru nya. Tapi disisi lain, ia merasa hancur dan fikiran tak henti menanyakan mengapa harus dia yang menderita? Mengapa harus dia yang menanggung semuanya? Mengapa harus dia yang merasakan sakit? Apakah ia tak berhak juga untuk bahagia?
Fikiran nya terus berbicara yang membuat Favian sangat lelah, hingga dia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia berdiri dan berjalan menuju tembok rooftop itu, Malik dan yang lain mencoba menangkap Favian lagi akan tetapi langkah mereka terhenti saat mendengar teriakan Favian.
"HAAAAAAA!! GUE BENCI HARUS BERFIKIRAN KAYAK GINI! KENAPA HARUS GUE YANG NGERASAIN SEMUA RASA SAKIT NYA?!! GUE JUGA MANUSIA, GUE BISA NGERASA CAPEK JUGA!" Teriak Favian yang sudah tak dapat menampung rasa lelahnya, mereka yang melihat itu dengan segera menghampiri Favian dan merangkulnya.
"Udah, Arjune. Nangis aja jangan ditahan, keluarin semua uneg uneg lo yang selama ini selalu lo pendam." Ucap Eza sembari mengusap punggung sahabatnya itu.
"Favian, lo nggak boleh nyerah sampai disini. Perjuangan lo masih panjang, lo masih punya cita cita yang harus lo kejar. Jangan takut, karena kita semua selalu ada dipihak lo." Ujar Bono yang merangkul Favian.
"Favian, lo tau nggak? Maria pernah bilang sama gue, kalo lo itu sahabat cowok dia yang pertama kali. Disaat dia susah, lo selalu ada buat dia, lo selalu meluk dia di saat dia butuh, lo selalu stay buat dia bahkan gue sendiri yang sebagai abang nya aja nggak bisa ngelakuin hal itu. Thanks, lo mungkin udah liat tentang masalah Maria sama ibu dan gue harap lo bisa selalu ada disisi Maria. Anggap aja, gue minta lo buat gantiin peran gue dan ayah jika sewaktu waktu gue pergi karena gue nggak mungkin selalu ada buat Maria." Pinta Malik yang tersenyum sembari menatap langit dan merangkul erat bahu Favian.
"Gue juga mau minta sesuatu sama lo, Favian." Ujar Theo.
"Apa?" Jawab Favian yang sudah lebih tenang.
"Gue minta..." Theo pun membisikkan sesuatu ketelinga Favian.
"Hah? Serius lo, Theo?!" Kaget Favian setelah mendengar permintaan Theo.
"I-iya, emang berat banget ya permintaan gue?" Tanya Theo dengan tampang tak berdosa nya.
"Emang dia minta apa, Favian?" Tanya Bono yang penasaran, Favian pun membisikkan kepada yang lain soal permintaan Theo dan mereka semua kaget seperti Favian tadi.
"L-lo s-serius, Theo?" Tanya Bono yang masih tak percaya.
"Gue cuman bisa terdiam." Ucap Malik yang tak menyangka.
Theo menganggukkan kepalanya dan mereka berempat hanya bisa terdiam, mereka masih tak menyangka dengan permintaan yang diajukan oleh Theo.
《Lanjut Bab Selanjutnya》
Maaf ya kalau mimin lambat up nya, soalnya mimin jumat ini sangat sangat sibuk dan makasih juga udah nungguin HARSA up lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARSA (END)
Novela Juvenil"Hidup dengan penuh keindahan" itulah kata yang sesuai untuk Maria Sofia Isabella wanita cantik dengan banyak talenta yang dia miliki serta otak yang cerdas. Bagaimana jadinya jika semua keindahan yang dimiliki Maria sekarang akan menghilang satu pe...