R - 10

82 24 8
                                    

Please Support Follow, Comment, and Vote⭐

.

.

.

🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Gumpalan awan putih tersebar indah. Samudera langit biru nampak cerah. Sangat bertolak belakang dengan suasana hati seorang gadis yang saat ini tengah berjalan di belakang sepasang ayah dan anaknya.

Akhir pekan, Alden memutuskan untuk mengajak keluarga kecilnya berlibur. Bukan liburan mewah melainkan hanya berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Namun, bukannya merasakan suasana hati yang lebih baik, Sheina justru tidak ingin berada dalam situasi ini.

Jika saja Kayla tidak memaksanya ikut, gadis itu tentu tidak ingin repot-repot mengambil bagian dari liburan keluarga ini. Lebih baik ia menghabiskan waktu di rumah, menonton drama misalnya, atau hanya sekadar bermalas-malasan. Namun, melihat antusias Kayla dan segala celotehan bersarat permohonan dari gadis kecil itu, mampu membuat Sheina kembali kalah dengan perasaan tidak teganya.

"Mama, kenapa jalan di belakang?"

Sheina tersentak tatkala suara cempreng itu kembali menyapa rungunya. Pikirannya yang tengah berkelana seketika buyar. Kini atensinya tertuju pada gadis kecil yang tengah menatapnya intens.

"Sini, Mama. Kay mau digandeng Mama juga," ucap Kayla lagi.

Sheina tersenyum samar. Sejak awal ia berjumpa dengan anak ini, Sheina benar-benar tidak bisa menolak keinginan gadis kecil itu. Seperti ada perasaan tidak rela jika melihat kesedihan di wajah mungil itu. Mau tidak mau Sheina terpaksa mengikuti apa yang menjadi keinginan anak sambungnya.

"Iya, Kay. Maaf, ya, Mama jalannya lambat."

Sheina lantas menggandeng tangan mungil itu. Melirik sekilas ke arah pria yang saat ini tengah menatapnya datar. Dalam hatinya, ia berdecak kesal, sebab harus berjalan beriringan dengan sang pria.a

Berbanding terbalik dengan istrinya, Alden justru merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama keluarga kecilnya. Kesibukannya yang sangat menyita waktu, membuat pria itu jarang sekali bisa memiliki waktu luang seperti ini. Terlebih, kali ini ada anggota baru yang hadir melengkapi keluarga kecilnya. Anggap saja ini adalah salah satu cara Alden untuk mempererat hubungan anaknya dengan sang istri.

"Papa, Kay boleh beli cat warna?" Kayla bertanya seraya mendongak, menatap sang ayah.

Kedua alis Alden saling bertaut, "Untuk apa? Kay mau melukis?"

"Iya, Papa. Besok Kay diminta bawa cat warna sama Miss di sekolah," terang Kayla.

"Ah, oke! Ayo, Papa belikan!" ucap Alden yang dihadiahi senyum lebar dari anaknya.

Mereka lantas bertolak ke toko buku yang ada di sana. Barisan buku-buku berjejer memanjakan mata para pengunjung. Tak hanya itu, beragam alat tulis serta keperluan sekolah pun tersedia.

Kayla tengah sibuk memilih apa yang ia butuhkan bersama ayahnya. Hal tersebut, dimanfaatkan Sheina untuk memisahkan diri dari ayah dan anak itu.

Sheina sibuk merotasikan netranya, melihat-lihat jejeran novel fiksi di hadapannya . Tangannya terulur, mengambil salah satu buku yang menarik perhatiannya.

Sheina memutuskan untuk membeli dua buku novel yang menarik baginya. Ia lantas melangkah ke kasir guna membayar belanjaannya ini. Kedua bola matanya pun mulai mencari keberadaan Alden dan Kayla, takur-takut mereka meninggalkan dirinya di sini. Namun, rasanya tidak mungkin jika Alden akan melakukan itu.

RENJANA || MYG ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang